Seksi Pemerikasaan dan Kepatuhan Internal
keniscayaan mengingat perkembangan masyarakat dan dunia usaha yang sangat dinamis dan semakin komplek. Sampai saat ini ada dua perubahan yang cukup
fenomenal di DJP, yaitu perubahan sistem pemungutan pajak dariOfficial Assessment menjadiSelf Assessment yang dilakukan pada tahun 1983 dan
modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada tahun 2002 dimulai dengan pembentukan Kanwil dan KPP Wajib Pajak WP Besar. Kedua
perubahan tersebut telah berhasil mengubah pola pikir dan perilaku para stakeholders terlebih pola pikir dan perilaku aparat perpajakan.
Sistem pemungutan pajak Self Assessment memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Perubahan ini telah berhasil mengubah aparat perpajakan yang sebelumnya powerful karena kewenangan penetapan
besarnya pajak terutang berdasarkan penilaian secara langsung menjadi aparat perpajakan yang akuntabel dalam berinteraksi dengan Wajib Pajak. Awalnya
cukup efektif untuk meredam perilaku-perilaku kolusi dan koruptif. Namun, seiring perjalanan waktu, akibat tidak efektifnya sistem pengendalian internal
pada DJP ditambah dengan organisasi yang cukup toleran dengan perilaku- perilaku kolusi koruptif, maka budaya organisasi yang berkembang saat ini lebih
cenderung ke arah budaya materialistis dan berdampak pada kurang baiknya citra DJP baik di mata masyarakat Indonesia maupun di dunia internasional. Dengan
demikian banyak pegawai DJP sendiri yang merasa malu mengaku bekerja di DJP. Momentum krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, yang membawa angin
perubahan untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih dan transparan, dimanfaatkan dengan baik oleh para pemimpin DJP untuk menyusun suatu agenda
reformasi di DJP yang bertujuan untuk membawa DJP menjadi suatu institusi yang akuntabel, dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Agenda reformasi ini
kemudian lebih dikenal dengan nama Modernisasi Administrasi Perpajakan. Secara umum, modernisasi perpajakan menyentuh 3 tiga hal utama, yaitu
restrukturisasi organisasi, pengembangan proses bisnis yang berbasis Teknologi Informasi, dan penyelengaraan praktek Good Governance yang didukung oleh
Manajemen Sumber Daya Manusia yang berbasis kompetensi. Konsep restrukturisasi organisasi bertujuan untuk mengatasi permasalahan
organisasi pada level operasional unit vertikal seperti adanya redundansi duplikasi pengawasan dan pemeriksaan, tidak adanya pelayanan satu atap, struktur
belum mendukung sepenuhnya praktek Good Governance, standar pelayanan yang belum proper memadai, dan sebagainya. Konsep ini meliputi hal-hal sebagai
berikut: 1.
Struktur organisasi KPP berdasarkan segmentasi Wajib Pajak Besar, Menengah, dan Kecil.
2. Struktur organisasi yang berbasiskan fungsi administrasi perpajakan.
3. Penggabungan KPP, Karipka, dan KPPBB.
4. Penerapan konsep Account Representative.
5. Pemindahan fungsi keberatan ke Kanwil.
6. Pembentukan Unit Transformasi dan Kepatuhan Internal.
Pengembangan proses bisnis yang berbasis teknologi informasi ditandai dengan penerapan sistem workflow dan case management dalam Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak SIDJP. Dengan adanya kedua sistem tersebut, proses