Kinerja Terkini Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

reformasi di DJP yang bertujuan untuk membawa DJP menjadi suatu institusi yang akuntabel, dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Agenda reformasi ini kemudian lebih dikenal dengan nama Modernisasi Administrasi Perpajakan. Secara umum, modernisasi perpajakan menyentuh 3 tiga hal utama, yaitu restrukturisasi organisasi, pengembangan proses bisnis yang berbasis Teknologi Informasi, dan penyelengaraan praktek Good Governance yang didukung oleh Manajemen Sumber Daya Manusia yang berbasis kompetensi. Konsep restrukturisasi organisasi bertujuan untuk mengatasi permasalahan organisasi pada level operasional unit vertikal seperti adanya redundansi duplikasi pengawasan dan pemeriksaan, tidak adanya pelayanan satu atap, struktur belum mendukung sepenuhnya praktek Good Governance, standar pelayanan yang belum proper memadai, dan sebagainya. Konsep ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Struktur organisasi KPP berdasarkan segmentasi Wajib Pajak Besar, Menengah, dan Kecil. 2. Struktur organisasi yang berbasiskan fungsi administrasi perpajakan. 3. Penggabungan KPP, Karipka, dan KPPBB. 4. Penerapan konsep Account Representative. 5. Pemindahan fungsi keberatan ke Kanwil. 6. Pembentukan Unit Transformasi dan Kepatuhan Internal. Pengembangan proses bisnis yang berbasis teknologi informasi ditandai dengan penerapan sistem workflow dan case management dalam Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP. Dengan adanya kedua sistem tersebut, proses bisnis administrasi perpajakan menjadi semakin akuntabel karena penentu mulai dan berakhirnya suatu kasus di generate oleh sistem sehingga tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Dalam sistem tersebut juga dapat diketahui tahapan proses secara transparan, sehingga apabila terjadi keterlambatan, sistem dengan mudah mendeteksi pihak-pihak yang bertanggung jawab. 20 BAB III PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Pengertian Pajak

Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan tapi hanya pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai, dan lain-lain. Setelah terbentuknya negara- negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja. Pada abad pertengahan, pajak mendapat tempat yang lebih mantap di antara berbagai pendapatan negara. Sehubungan dengan itu, maka pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela berubah menjadi pembayaran yang di tetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang-undang dan dapat dipaksakan. Suandy, 2011:1 Menurut Soemitrodalam Resmi 2013:1 dalam Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan, dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Djajadiningrat dalam Resmi 2013:1 Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

B. Ciri-Ciri Yang Melekat Pada Pengertian Pajak

Ciri-ciri pajak yang tersimpul dalam berbagai defenisi tersebut menurut Suandy 2011:10 adalah : 1. Pajak peralihan kekayaan dari orangbadan ke pemerintah 2. Pajak dipungut berdasarkandengan kekuatan undang-undang sehingga dapat dipaksakan 3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah 4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah 5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment 6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah 7. Pajak dapat dipungut secara langsng maupun tidak langsung.

C. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan menurut Devanodan Rahayu 2006:81 yaitu: 1. Official Assessment System Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenanganaparatur perpajakanuntuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai denganperaturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatifserta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan paraaparatur perpajakan. 2. Self Assesment System Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak . Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk : 1. Menghitung sendiri pajak yang terutang 2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang 3. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang 4. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang 5. Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang 3. With Holding System Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak yang terutang oelh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 70 56

Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

2 97 62

Prosedur Pelaksanaan Penagihan Terhadap Wajib Pajak Dalam Pencapaian Pelunasan Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

4 62 63

Dampak Penggunaan Drop Box Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Peranannya Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 37 70

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan KepatuhanWajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 29 65

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 0 7

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 1 4

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 2 15

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 0 1