f. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan Wajib Pajak baru, pendapatan objek dan subkjek
pajak, penilaian objek-objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, III, dan IV
Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri dari 4 kelompok bagian, seksi ini masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, bimbingan dan himbauan kepada Wajib Pajak serta sebagai tempat konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak
analisis kerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan mensifikasi dan melakukan evaluasi hasil bandang.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Supervisor, Ketua Tim. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai 2 kelompok
fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Wilayah, atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan. Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditemukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
F. Kinerja Terkini
Bagi Direktorat Jenderal Pajak DJP, institusi yang bertanggung jawab dalam menopang pembiayaan kehidupan bernegara, Perubahan merupakan
keniscayaan mengingat perkembangan masyarakat dan dunia usaha yang sangat dinamis dan semakin komplek. Sampai saat ini ada dua perubahan yang cukup
fenomenal di DJP, yaitu perubahan sistem pemungutan pajak dariOfficial Assessment menjadiSelf Assessment yang dilakukan pada tahun 1983 dan
modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada tahun 2002 dimulai dengan pembentukan Kanwil dan KPP Wajib Pajak WP Besar. Kedua
perubahan tersebut telah berhasil mengubah pola pikir dan perilaku para stakeholders terlebih pola pikir dan perilaku aparat perpajakan.
Sistem pemungutan pajak Self Assessment memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Perubahan ini telah berhasil mengubah aparat perpajakan yang sebelumnya powerful karena kewenangan penetapan
besarnya pajak terutang berdasarkan penilaian secara langsung menjadi aparat perpajakan yang akuntabel dalam berinteraksi dengan Wajib Pajak. Awalnya
cukup efektif untuk meredam perilaku-perilaku kolusi dan koruptif. Namun, seiring perjalanan waktu, akibat tidak efektifnya sistem pengendalian internal
pada DJP ditambah dengan organisasi yang cukup toleran dengan perilaku- perilaku kolusi koruptif, maka budaya organisasi yang berkembang saat ini lebih
cenderung ke arah budaya materialistis dan berdampak pada kurang baiknya citra DJP baik di mata masyarakat Indonesia maupun di dunia internasional. Dengan
demikian banyak pegawai DJP sendiri yang merasa malu mengaku bekerja di DJP. Momentum krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, yang membawa angin
perubahan untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih dan transparan, dimanfaatkan dengan baik oleh para pemimpin DJP untuk menyusun suatu agenda