PERILAKU Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pemijatan Bayi Di Puskesmas Pamulang Tahun 2011

C. PERILAKU

1. Definisi

Berdasarkan sudut pandang biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia, berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2007. Skinner 1938 dalam Notoatmodjo 2007 seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Skinner membedakan adanya dua respons, yaitu : a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons- respons yang relatif tetap. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulus atau reinforcer , karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua : a. Perilaku tertutup covert behaviour Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka overt behaviour Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik practice, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan dapat diklafikasikan menjadi 3 kelompok : a. Perilaku pemeliharaan kesehatan Perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan jika sakit. b. Perilaku pencarian pengobatan Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. c. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatanya sendiri, keluarga atau masyarakat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Lawrance Green Notoatmodjo, 2007 mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku behaviour causes dan faktor di luar perilaku non-behaviour causes. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu : a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat- obatan dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain dari pendidikan merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Kurt lewin 1970, dalam Notoatmodjo, 2003 berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong driving forces dan kekuatan-kekuatan penahan restining forces. Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut dalam diri seseorang. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seserang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

3. Domain Perilaku

Benyamin Bloom 1908 seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni kognitif cognitive, afektif affectife, psikomotor psychomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini kemudian dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang Notoatmodjo, 2007. Menurut Taksonomi Bloom 1987 pengetahuan mencakup enam tingkat domain kognitif, yaitu : 1 Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2 Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan, terhadap objek yang dipelajari. 3 Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya . Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4 Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5 Sintesis synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6 Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Rogers 1974, dalam Notoatmodjo, 2007 sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut sudah terjadi proses berurutan, yaitu: a. Awareness kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, dimana sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial mencoba dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas Notoatmodjo, 2007. Ada variabel yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain : a. Umur Umur merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu yang dihitung dari sejak dilahirkan hingga saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur seseorang akan semakin tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh Notoadmodjo, 2003 b. Pendidikan Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur proses perkembangan dan hubungannya dengan proses belajar tingkat pendidikan, juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persespsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan tekhnologi baru Arikunto, 2006 Bahwa tingkat pendidikan seseorang akan menetukan pola pikir dan wawasan, selain itu tingkat pendidikan merupakan bagian dari pengalaman kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan dan keterampilan akan semakin meningkat. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kuwalitas manusia. Lewat pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan semakin tinggi pendidikan akan semakin berkuwalitas Hurlock, 2006. Lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya diharapkan manusia dapat membangun kehidupannya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan, semakin berkualitas hidup manusia. Jika wanita berpendidikan mereka akan membuat keputusan yang benar dalam memperhatikan kesehatannya Notoadmojo, 2003. c. Pekerjaan Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Jenis pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan sebagai Ibu rumah tangga, wiraswsta, pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan yang memerlukan hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan Notoadmojo, 2003. d. Sumber informasi Informasi adalah data yang diproses dalam suatu bentuk yang mempunyai arti dan mempunyai nilai nyata. Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan Kamus besar Bahasa Indonesia, 2007. e. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu Notoatmodjo, 2007. f. Sosial Budaya Sosial budaya adalah kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Pengetahuan seseorang akan bertambah melalui apa yang diketahuinya walaupun tidak melakukan. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan sesorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena melalui hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan Hendra, 2008 dalam Mawarni, 2008. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas Notoatmodjo, 2007. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Jalur pendidikan formal misalnya sekolah, termasuk didalamnya pendidikan intra dan ekstra kurikuler. Seseorang biasa mendapatkan pengetahuan melalui pendengaran atau informasi, melihat dan meraba baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media cetak, elektronik dan media informasi lainnya melalui pendidikan nonformal. Apabila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar dan jelas baik secara tertulis ataupun secara lisan, maka dapat dikatakan seseorang mengerti mengenai bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan seseorang disebut pengetahuanknowledge Skinner, dalam Notoatmodjo 2007. Pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan suatu informasi, ide atau fenomena yang sudah diperoleh sebelumnya. Pengetahuan merupakan dasar untuk pembentukan tingkatan tingkatan ranah kognitif berikutnya yang meliputi tingkatan pemahaman comprehension, penerapan application, analisis, sintesis dan penilaian evaluasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmania 2008 dengan judul Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Bayi 0-1 Tahun Di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah Pada Bulan Maret 2008, terdapat 76 Ibu yang mempunyai Bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah. Dari hasil penelitian tersebut terdapat 8 40 orang Ibu yang memiliki pengetahuan baik, 7 35 orang Ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5 25 orang, dan Ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat. Penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan aspek penting dalam sesuatu yang membentuk tindakan seseorang.

b. Sikap attitude

Notoatmodjo 2007 mengatakan sikap adalah respon individu yang masih bersifat tertutup terhadap suatu rangsangan dan sikap tidak dapat diamati secara langsung oleh individu lain. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu untuk melakukan tindakan. Proses terbentuknya suatu sikap pada individu dapat dijelaskan pada diagram ini : Bagan 2.1. Proses terbentuknya sikap Sumber : Notoatmodjo 2007 Menurut Allport 1954, dalam Notoadmodjo, 2003 sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: 1 Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek. 3 Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk suatu sikap yang utuh total attitude dan dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi. Sikap mempunyai beberapa tingkatan, diantaranya: a Menerima receiving, pada tingkat ini individu mau memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau informasi tertentu. b Merespon responding, pada tingkat ini individu akan memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu Stimulus Rangsangan Proses Stimulus Reaksi Tingkah laku terbuka Sikap dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh individu tersebut. c Menghargai valuing, pada tingkat ini individu sudah mampu untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu. d Bertanggung jawab responsible, pada tingkat ini individu mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap tertinggi dalam tingkatan sikap seseorang untuk menerima suatu objek atau ide baru.

c. Hubungan Sikap dan Perilaku

Azwar 1995, dalam Sobur, 2003 mengemukakan tiga postulat untuk mengidentifikasi tiga pandangan umum mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu : postulate of consistency, postulate of independent variation , dan postulate of contingent consistency. Penjelasan mengenai ketiga postulat tersebut adalah sebagai berikut. 1 Postulat konsistensi postulate of consistency Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi, postulat ini mengasumsikan adanya postulat konsistensi dapat terlihat pada pola perilaku individu yang memiliki sikap ekstrem cenderung untuk berperilaku yang didominasi keekstreman sikapnya itu, sedangkan mereka yang sikapnya lebih moderat akan berperilaku yang lebih didominasi oleh faktor-faktor lain. 2 Postulat Variasi Independen postulate of independent variation Postulat Variasi Independen mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten. Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah, dan berbeda. Adanya pengetahuan tentang sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku. Dukungan yang jelas pada postulat ini adalah hasil studi klasik yang sangat terkenal yang dilakukan oleh LaPierre 1934, dalam Sobur, 2003. Contoh, seorang profesor berkulit putih berpergian keliling Amerika serikat bersama suami istri muda berkebangasaan Cina. Pada saat itu, masih terdapat prasangka yang kuat terhadap orang Asia dan tidak ada hukum yang menentang diskriminasi rasial di penginapan umum. Ketiga pelancong tersebut singgah lebih dari 200 hotel, montel, dan restoran, tanpa masalah dan hanya satu tempat yang dikunjungi yang tidak melayani mereka dengan baik. Kemudian mereka menulis surat ke semua tempat yang telah dikunjungi yang menanyakan apakah mereka dapat menerima pasangan suami istri Cina sebagai tamu di tempat mereka. Berdasarkan 128 jawaban yang diterima, 92 persen mengatakan bahwa mereka tidak dapat menerimanya, dengan kata lain, pemilik tempat tersebut mengungkapkan sikap yang jauh berprasangka dibandingkan perilakunya sendiri Atkinson dalam Sobur, 2003. 3 Postulat Konsistensi Tergantung postulate of contingent consistency Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok, kebudayaan, dan sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap, akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya.

d. Praktek atau Tindakan practice

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan terwujudnya suatu tindakan, diantaranya adalah faktor fasilitas dan faktor dukungan dari pihak lain. Beberapa tingkatan dalam praktek antara lain: 1 Persepsi perception, merupakan praktek pada tingkat pertama. Pada tingkat ini individu mampu mengenal dan memilih berbagai objek terkait dengan tindakan yang akan diambil. 2 Respon terpimpin guide response, indikator pada tingkat ini adalah individu mampu untuk melakukan sesuatu dengan urutan yang benar. 3 Mekanisme mechanism, pada tingkat ini individu sudah menjadikan suatu tindakan yang benar menjadi suatu kebiasaan. 4 Adopsi adoption, individu sudah mampu memodifikasi suatu tindakan tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya, dan secara langsung dengan cara mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut Notoadmodjo, 2007. Perilaku pemijatan bayi yang dimaksud pada penelitian ini dilakukan secara langsung dengan cara mengobservasi tindakan Ibu ketika melakukan pemijatan bayi dengan cara mengurut pada bagian tubuh tertentu seperti kedua kaki dan tangan secara bergantian, badan, punggung, serta wajah. Contoh Hasil penelitian yang dilakukan oleh Firdiansyah 2008 tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Perilaku Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung, memperlihatkan hasil bahwa pengetahuan Ibu hamil dari seluruh sampel paling banyak memiliki pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 58 orang 54,7. Sikap Ibu hamil dari seluruh sampel, memperlihatkan sikap yang mendukung sebanyak 51 orang 48,1, sedangkan perilaku kunjungan pemeriksaan Ibu hamil yang tinggi sebanyak 61 orang 57,5. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang.

D. KERANGKA TEORI

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

2 76 68

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

3 79 140

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011

0 34 99

Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

2 42 66

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Terhadap Status Karies Balitanya Di Kecamatan Medan Selayang

7 73 54

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pemijatan Bayi Dipuskesmas Pamulang Tahun 2011

1 22 80

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM MERAWAT BAYI BARU LAHIR DENGAN PEMILIHAN DUKUN BAYI Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Merawat Bayi Baru Lahir Dengan Pemilihan Dukun Bayi Di Desa Kecapi Kabupaten Jepara.

0 2 15

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung Tahun 2009.

13 47 39

Pengaruh Program Pelatihan Prisai (Perilaku Ibu Sayang Bayi) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi 0?6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi Kabupaten Banyuasin.

0 0 2

PENGARUH PENYULUHAN PIJAT BAYI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PERILAKU IBU MELAKSANAKAN PIJAT BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS MLATI I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan Pijat Bayi terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Perilaku Ibu Melaksanakan P

0 3 8