PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keluarga dan bangsa. Setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Menurut Dasuki 2003 tercapainya pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan rangsangan atau stimulasi.
Stimulasi tumbuh kembang pada bayi penting dilakukan lebih awal antara lain dengan melakukan pijat bayi karena pijat bayi adalah pemijatan yang
dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap
syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpa Subakti dan Rizky, 2008. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan
adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi.
Pijat bayi sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat di seluruh belahan dunia. Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus
Ebers , yaitu catatan kedokteran zaman Mesir Kuno. Ayur-Veda buku kedokteran
tertua di India sekitar 1800 SM menuliskan tentang pijat, diet, dan olah raga sebagai cara penyembuhan utama masa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para
dokter di Cina dari Dinasti Tang juga meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari
4 teknik pengobatan penting Roesli, 2009. Di Indonesia pijat bayi pada masyarakat pedesaan masih dilakukan oleh dukun bayi. Selama ini pemijatan
tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir Prasetyono, 2009.
Pada dasarnya bayi yang mengalami proses kelahiran normal sudah mengalami pemijatan secara alamiah, terbukti ketika bayi harus melalui sebuah
saluran dari rahim, bayi mendapatkan berbagai tekanan yang mampu membentuk kepalanya dan memompa cairan nutrisi di sekitar sistem syaraf pusat Jackson,
2009.
Para pakar ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuhan dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila
dilakukan sendiri oleh orang tua bayi terhadap peningkatan produksi ASI dan kenaikan berat badan bayi. Berdasarkan hasil penelitian Lana Kristiane dalam
Roesli 2008 di Australia membuktikan bahwa bayi yang dipijat oleh orang tuanya akan mempunyai kecenderungan peningkatan berat badan. Penelitian
Dasuki 2003 tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi umur 4 bulan memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol terdapat kenaikan
berat badan sebesar 6,16 sedangkan pada kelompok yang dipijat sebesar 9,44, serta adanya hubungan emosional dan sosial yang lebih baik.
Selain manfaat di atas ada beberapa manfaat pijat bayi yang lain yaitu meningkatkan pertumbuhan bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi,
meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap, meningkatkan ikatan kasih sayang orangtua dan anak bonding attachment, serta meningkatkan
produksi ASI Roesli, 2008.
Penelitian Field Scafidi 1986 dalam Roesli, 2008 menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat akan terjadi peningkatan tonus nervus vagus saraf otak.
Peningkatan aktivitas nervus vagus akan menyebabkan peningkatan produksi enzim penyerapan seperti gastrin dan insulin sehingga penyerapan makanan
menjadi lebih baik. Kondisi inilah yang dapat menjelaskan berat badan bayi yang dipijat lebih meningkat Roesli, 2001.
Pengamatan T. Field dari Universitas Miami AS, Roesli 2008 yang dikutip dr. J. David Hull, ahli virologi molekuler dari Inggris, menyebutkan bahwa terapi
pijat selama 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan pada bayi sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak dan tenang. Terapi pijat yang dilakukan
15 menit selama enam minggu pada bayi usia 1-3 bulan juga meningkatkan kesiagaan alertness, diikuti dengan peningkatan berat badan, perbaikan kondisi
psikis, berkurangnya kadar hormon stres, dan bertambahnya kadar serotonin. Peningkatan aktivitas neurotransmitter serotonin ini akan meningkatkan kapasitas
sel reseptor yang mengikat glucocorticoid adrenalin. Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin hormon stres, dan selanjutnya
akan meningkatkan daya tahan tubuh. Begitu banyak manfaat pijat bayi yang disebutkan di atas perlu diketahui
dan dilaksanakan oleh orang tua yang memiliki bayi, karena orang tua mungkin mengalami masalah dalam membesarkan anak-anak seperti tidak dapat tidur
nyenyak dan kesulitan makan, sehingga rentan terhadap penyakit. Orang tua yang melakukan pemijatan sendiri terhadap bayinya akan belajar memperhatikan
bagaimana reaksi bayi pada saat disentuh, mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai bayi, sehingga membuat para orang tua lebih mudah mengerti dan menjadi
sabar dalam menghadapi masalah yang timbul pada bayinya. Saat orang tua memperhatikan dan mengenali reaksi anak-anaknya dan memberikan responnya,
bayi memberikan reaksinya kembali dan terbangunlah sebuah hubungan yang positif di antara orang tua dan bayi. Health dan Bainbridge, 2007.
Ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang pijat bayi agar Ibu dapat melakukan pemijatan sendiri pada bayinya. Hal ini sesuai dengan teori yang
di temukan oleh Green Notoatmodjo, 2007 bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan. Ketiga faktor
tersebut adalah faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pendorong. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dan berasal dari dalam diri adalah faktor
predisposisi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai serta kepercayaan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, sedangkan sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2007. Menurut Allport 1954, dalam
Notoatmodjo, 2003 sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap objek, kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk suatu sikap yang utuh total attitude dan di
pengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi. Sementara itu perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar Skinner 1938, dalam Notoatmodjo 2007.
Pengetahuan merupakan domain kognitif dalam perubahan sikap dan praktek. Menurut Roger 1974, dalam Notoatmodjo 2007 sikap dan praktek yang
tidak didasari oleh pengetahuan yang adekuat tidak akan bertahan lama pada kehidupan seseorang, sedangkan pengetahuan yang adekuat jika tidak diimbangi
oleh sikap dan praktek yang berkesinambungan tidak akan mempunyai makna yang berarti bagi kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan, sikap dan praktek merupakan 3 komponen penting yang harus dimiliki seseorang sebelum melakukan tindakan. Oleh karena itu sebelum
seorang Ibu ingin melakukan pemijatan pada bayi, seorang Ibu harus memiliki pengetahuan tentang pijat bayi, manfaatnya dan bagaimana cara melakukannya.
Apabila hal tersebut telah diperoleh kemungkinan Ibu tersebut akan mencoba untuk melakukan pemijatan bayi.
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, terdapat kunjungan sebanyak 194 Ibu yang mempunyai bayi usia 0
– 12 bulan pada bulan Mei
– Juni 2011 di Poliklinik KIA. Menurut salah satu tenaga kesehatan di Puskesmas Pamulang, petugas memberikan pendidikan kesehatan mengenai
pemijatan bayi hanya kepada Ibu yang mempunyai bayi prematur yang datang ke Poliklinik KIA, tetapi mereka tidak mengevaluasi bagaimana pengetahuan Ibu
tentang pemijatan bayi dan apakah bayi di pijat di rumah atau tidak. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tenaga kesehatan
di Puskesmas Pamulang di informasikan bahwa di Puskesmas belum pernah dilakukan kegiatan pemijatan bayi pada seluruh bayi yang baru dilahirkan. Hal ini
didukung oleh hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 10 orang pengunjung di Poliklinik KIA Puskesmas Pamulang. Dari 10 pengunjung
Poliklinik KIA, terdapat 6 Ibu yang mengetahui tentang pijat bayi dan 4 Ibu mengatakan tidak mengetahui tentang pijat bayi. Diantara 10 Ibu tersebut 7
diantaranya mengatakan bersedia mengikuti program pijat bayi dan 3 Ibu tidak bersedia mengikuti program pijat bayi dengan alasan tidak sempat untuk
mengikuti program pijat bayi. Sementara itu, dari 3 Ibu yang bayinya sudah dilakukan pemijatan oleh dukun hanya 2 Ibu yang pernah mencoba melakukan
pemijatan sendiri terhadap bayinya dan 7 Ibu yang bayinya belum pernah sama sekali dilakukan pemijatan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar Ibu yang berkunjung ke puskesmas khususnya Poliklinik KIA tidak melakukan pijat bayi. Hal ini disebabkan tidak adanya
promosi kesehatan dan program mengenai pemijatan bayi dari pihak puskesmas, padahal pemijatan bayi merupakan salah satu program kesehatan yang berbasis
pada pelayanan promotif dan preventif dalam proses tumbuh kembang bayi Depkes RI, 2009.
Promosi kesehatan merupakan aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan menggunakan pendekatan perilaku, bukan berorientasi pada
penyakit serta mempunyai cakupan yang luas. Selain itu promosi kesehatan tidak hanya melibatkan gaya hidup tetapi juga mengikutsertakan individu dan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor penentu kesehatan Pender, 1996.
Meskipun pijat bayi mempunyai manfaat yang besar bagi bayi, namun kenyataannya banyak Ibu yang tidak melakukan pemijatan pada bayinya. Hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan tentang pijat bayi, sebagian mereka hanya mengandalkan dukun untuk memijat bayinya padahal berdasarkan pembahasan
diatas, pemijatan terhadap bayi yang dilakukan oleh Ibunya sendiri sangat mempunyai makna, karena sangat berpengaruh terhadap hubungan batin atau
hubungan kejiwaan antara Ibu dan anak. Bagi sang bayi, pijatan Ibu dapat dirasakan sebagai sentuhan kasih sayang yang sangat berarti bagi pembentukan
kepribadiannya kelak dikemudian hari, karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
perilaku Ibu dalam pemijatan bayi di Puskesmas Pamulang.
B. Rumusan Masalah