Pembinaan Ibadah dan Agama Pada umunya Observasi Wawancara

tunya banyak bergantung kepada sikap orang tunaya terhadap anaknya. Apabila sianak merasa terpenuhi semua kebutuhan pokoknya jasmani, kejiwaan dan sosialnya maka sianak akan sayang, menghargai dan menghormati kedua orang tuanya.

3. Pembinaan Ibadah dan Agama Pada umunya

Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, juga mulai dari dalam keluarga, anak yang masih kecil kegiatan ibadah yang menarik baginya adalah mengandung gerak, sedangkan pengertian tentang ajaran agama yang belum dapat dipahaminya. Pengalaman-penglaman beribadah yang menarik bagi anak adalah shalat berjamaah, lebih lebih lagi bila ia ikut shalat didalam shaf bersama orang dewasa. Disamping itu anak senang melihat dan berada didalam tempat ibadah masjid, musholla, surau dan sebagainya yang bagus, rapi dan dihiasi dengan lukisan atau tulisan yang indah. Marilah kita lihat Luqman menyurh anaknya untuk shalatdalam surat Luqman ayat 17 : ☺ ☺ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Maka perintah tersebut bagi anak adalah dengan persuasi, mengajak dan membimbing mereka untuk melakukan shalat. Kika anak-anak telah terbiasa shalat dalam keluarga, maka kebiasaan tersebut akan terbawa sampai ia dewasa, bahkan tua dikemudian hari.

4. Pembinaan kepribadian sosial dan anak

Pembentukan kepribadian erat kaitannya dengan pembinaan iman dan akhlak. Secara umum para pakar kejiwaan berpendapat, bahwa kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Apabila kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya tegas, tidak mudah terpengaruh, oleh bujukan-bujukan dan faktor-faktor yang datang dari luar, serta ia bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya. Dan sebaliknya, apabila kepribadiannya lemah, maka ia mudah terombang-ambing oleh faktor dan pengaruh dari luar. Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk kedalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oelh nilai-nilai Agama. Disinilah letak pentingya pengalaman dan pendidikan agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Anak mulai mengenal agama lewat pengalamannya, melihat orang tua melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata-kata agamis yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan. Kemajuan pikiran keterampilan dan kepandaian dalam berbagai bidang memantul kepada sianak. Mulai kecil si ibu menidurkan anaknya dengan dendang dan senandung yang merdu, menumbuhkan pada anak jiwa seni. 45

C. Kerangka Berpikir

Dalam memperbaiki sebuah masyarakat Islam tidak merusak apa yang telah ada, tetapi menyingkirkan ha-hal yang membuat masyarakat itu tidak baik. Dalam rangka melakukan proses pendidikan antara pasangan suami istri haruslah mempunyai “bekal” dalam pembentukan keberagamaan bagi anak- anaknya. Untuk itulah persamaan keagamaan kematangan emosi dan ilmu pengetahuan yang memadai menjadi landasan utama dalam mewujudkan hal diatas. 45 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta; PT. Remaja Rosda Karya. 1995 Cet. II hal. 53-64 Dalam membentuk rumah tangga tidak hanya dituntut kesiapan untuk menikah, tetapi juga dituntut kesiapan untuk membentuk rumah tangga. Berumah tangga dalam artian membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Suami istri harus siap menerima kehadiran seorang anak dalam kehidupan mereka. Banyak kasus pernikahan di usia dini yang tidak siap menerima anak. Pernikahan bagi mereka hanayalah sekedar penghalalan dari hubungan dua insan yang berbeda jenis tanpa mempersiapkan diri dalam menghadapi kehadiran anak sebagai titipan Allah Swt. Banyak kita lihat orang tua yang tidak bisa mengasuh bahkan mendidik anaknya sendiri. Berdasarkan Uraian diatas dan berdasarkan deskripsi teori maka, diduga bahwa orang tua pasangan yang menikah pada usia dini berpengaruh negatif dalam proses pendidikan agama Islam dalam keluarga, terdapat perbedaan proses pendidikan antara pasangan yang menikah pada usia dini dengan pasangan yang menikah pada usia dewasa.

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Ho = Tidak ada Pengaruh Negatif antara Pernikahan Pada Usia Dini terhadap Pendidikan Agama Islam dalam keluarga. Ha = Ada Pengaruh Negatif antara Pernikahan Pada Usia Dini terhadap Pendidikan Agama Islam dalam keluarga.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampung Kandang Sapi Rukun Warga. 04 Kelurahan Rorotan kecamatan Cilincing Jakarta Utara pada bulan Juli sampai Agustus 2008

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. Dalam sebuah penelitian harus terlebih dahulu menentukan populasi dan sampel guna membatasi ruang lingkup penelitian sehingga penelitian terarah. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pasangan yang menikah pada usia dini di kampung Kandang Sapi, Rukun Warga 00411 Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Mengingat luasnya populasi yang akan diteliti maka penulis menggunakan sampel untuk mendapatkan data- data yang refresentatif. Adapun sampel yang penulis gunakan adalah pruposive Samples yakni pengambilan unsur sampel atas dasar tujuan tertentu sehingga memenuhi keinginan dan kepentingan peneliti. 46 Sampel yang akan peneliti ambil adalah 30 responden dari pasangan yang menikah pada usia dini dan 30 responden dari pasangan yang menikah pada usia dewasa.

C. Konsep dan Pengumpulan Variabel

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan antara pernikahan pada usia dini dan pendidikan keluarga hasil pernikahan hasil pernikahan usia dini. 46 Nana Sudjana “ Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah “ Bandung ; Sinar Baru Al-Gesindo, 1999 Cet.V hal.73 Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu: variabel bebas independent dan variabel terikat dependent. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pernikahan pasangan yang menikah pada usia dini, sedangkan variabel terikatnya adalah pendidikan Agama keluarga.

D. Matrik Variabel

Adapun pengaruh pernikahan Usia dini dalam pada pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dapat dilihat dari sudut indikator dan dimensi sebagai berikut : No Variabel Dimensi Indikator NO. Item Jumlah item soal 1 Pendidikan Agama Islam dalam keluar • Aqidah • Ibadah • Akhlak • Mengenalkan anak pada rukun Iman • Mengenalkan anak pada rukun Islam • Mengajak dan memerintahkan anak untuk shalat • Mengajak dan mengajarkan anak untuk membaca dan mengamalkan al- Qur’an • Membiasakan membaca doa kepada anak • Memberikan hukuman kepada anak yang tidak melakukan Ibadah • Menanamkan rasa persaudaraan dan persamaan • Memberikan tauladan yang baik kepada anak 3 2 3 2 2 3 3 2 1, 2, 3 4, 5 6, 7, 8 9, 10 11, 12 13,14, 15 16, 17, 18 19,20

E. Tehnik dan Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang kuantitatif tentang variasi karakteristik variable secara objektif. Instumen tersebut juga alat pengumpulan data atau alat ukur variable yang menjadi konten. Adapun instumen yang penulis gunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian dan merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi langsung, mengamati dan mencatat. Observasi ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung ketempat tinggal Pasangan Pernikahan Usia dini dan pasangan Usia dewasa.

2. Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung. 47 wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berdasarkan dari pada laporan verbal dimana pada wawancara ini terdapat dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancara. Untuk mendapatkan data yang obnjektif penulis mengadakan wawancara kepada pasangan suami istri yang menikah pada usia dini dan pasangan Usia dewasa Kepala KUA Cilincing dan Tokoh Masyarakat warga Rukun Warga 04 Kelurahan Rorortan Kecamatan Cilincing.

3. Angket