Defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kaenaikansebagian besar
dari harga barang-barang lain Boediono, 1987:161. Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga.
Adapaun indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain : a. Indeks Biaya hidup consumer price indeks.
Indeks biaya hidup mengukur biaya pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Laju inflasi
dapat dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau penurunan indeks harga dari tahun ketahun atau dari bulan kebulan.
Laju inflasi antara t
1 −
dan t = IHKt-IHKt
1 −
1 1
− −
−
t t
IHK IHK
IHK
b. Indeks Harga Perdagangan Besar indeks harga perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang
pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti bahwa harga bahan mentah, bahan baku atau barang setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.
c. GNP Deflator GNP deflator mencakup jumlah barang danb jasa yang masuk dalam
perhitungan GNP nominalatas dasar harga berlaku dengan GNP riil atas dasar harga konstant.
2.3.2. Penyebab dan jenis Inflasi
Berdasarkan penyebabnya inflasi dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Demand pull inflation yaitu inflasi yang disebabkan kenaikan permintaan barang dan jasa namun tidak disertai dengan peningkatan output dengna kata lain
permintaan agragat meninghkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produksi pertekonomian, sehingga harga naik ke atas untuk menyeimbanghkan penawaran
dan permintaan agregat. Salah satu teori inflasi arikan permintaan yang berpengaruh menyatakan
bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi. Alasan dibalik pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan
permintaan agregat yang pada gilirannya menikkan tingkat harga. Pada gambar di bawah ini menunjukkan ssuatu demand inflation. Karena permintaan masyarakat
akan barang-barang agregat demand bertambahmisalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh pencetakan uang, atau kenaikan
permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, maka kurva aggregate
demand bergeser dari D
1
ke D
2
. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H
1
ke H
2
.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 Inflasi tarikan permintaan Demand Pull Inflation b. Cost push inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga faktor-
faktor produksi sehingga harga jual outputnya semakin tinggi. Dalam mencari penjelasan mengenai inflasi dorongan biaya, para ekonom seringkali memulainya
dengan upah yang merupakan bagian penting dari biaya-biaya usaha. Beberapa ekonom menunjuk serikat pekerja sebagai pihak yang bertanggungjawab karena
mereka memaksa untuk meningkatkan upah dalam bentuk uang sekalipun sebagian besar anggota mereka tidak lagi bekerja.
Pandangan mengenai serikat pekerja sebagai akibat inflasi dorongan biaya seperti ini tidak sesuai dengan kenyataan historis yang kompleks. Harga minyak
meningkat tajam dan biaya-biaya usaha untuk produksi meningkat. Akibat akhir dari kasus tersebut memang tidak sama untuk tiap periode, letusan dari inflasi
dorongan biaya mengikuti peningkatan harga minyak. Proses penetapan upah dan gaji dengan melihat ke kondisi ekonomi masa
mendatang dapat diperluas keseluruh pekerja. Cara pengambilan keputusan D
2
D
1
S
Q
2
Q
1
H
2
H
1
Universitas Sumatera Utara
seperti ini juga diterapkan ke banyak harga produk seperti biaya pendidikan tinggi, harga model otomotif, dan harga percakapan telepon jarak jauh yang tidak
mudah diubah setelah diterapkan. Dikarenakan panjangnya waktu yang diperlukan untuk memodifikasi perkiraan inflasi dan menyesuaikan sebagian
besar tingkat upah dan harga, inflasi inersial hanya akan menghasilkan guncangan atau perubahan besar dalam kebijakan ekonomi.
Gambar 2. Inflasi tarikan biaya cost push inflation Pada gambar 2 menunjukkan bahwa bila biaya produksi naik misalnya,
karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat
aggregat supply bergeser dari S
1
ke S
2
. Perbedaan dari kedua inflasi ini adalah terletak pada urutan dari kenaikan
harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang akhir output mendahului kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor-faktor produksi upah
dan sebaliknya. Sebaliknya, dalam cost push inflation kenaikan harga-harga D
1
Q
1
Q
2
H
2
H
1
S
2
S
1
Universitas Sumatera Utara
barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga barang-barang akhir output.
Kedua macam inflasi ini jarang sekali ditemukan dalam praktek dalam bentuknya yang murni. Pada umumnya, inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari
kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain.
Berdasarkan asalnya inflasi dapat digolongkan menjadi : 1.
Inflasi yang berdasarkan dari dalam negeri Domestic inflation Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetak uang baru. Akibat dari pencetakan uang baru tersebut pada akhirnya yang akan menimbulkan inflasi.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri
Inflasi ini terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri terutama pada barang-barang impor atau kenaikan bahan baku
yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan harga barang impor, yang merupakan salah satu komponen Indeks harga Konsumen, akan meningkatkan
biaya produksi. Berdasarkan besarnya inflasi dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu : a.
Inflasi ringan, biasanya bernilai satu digit per tahun b.
Inflasi sedang, biasanya bernilai antara sekitar 10 sd 30 per tahun c.
Inflasi berat, biasanya berniali antara sekitar 30 sd 100 per tahun d.
Hiperinflasi, biasanya berniali diatas 100
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Teori Mengenai Inflasi