Faktor fasilitas Pelayanan Kesehatan

terjadi kebutaan. Hal ini mungkin disebabkan karena minimnya informasi yang diperoleh oleh masyarakat tentang diabetes termasuk retinopati diabetik yang menjadi komplikasi dari DM. Tidak ada penanganan atau pencegahan dini yang dilakukan oleh penderita DM tersebut Admin, 2008.

2.4 Faktor fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dari hasil penelitian didapat data bahwa untuk faktor fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan mean 2,48 dalam rentang rendah 0-2, dengan nilai tertinggi diperoleh dari pertanyaan no 16 dengan jumlah seluruhnya responden sebanyak 82 orang 100 yang menjawab bahwa bila terjadi gangguan penglihatan, mereka tahu kemana harus memeriksakan diri. Hal ini didukung dengan usai mayoritas responden 60 tahun dan adanya pengalaman responden yang telah lama menderita retinopati diabetik mengenai tempat pelayanan khusus pemeriksaan retinopati diabetik. Dinyatakan dalam teori bahwa di Indonesia sudah banyak didirikan pusat kesehatan yang mampu memberi layanan komprehensif bagi penderita diabetes, tetapi masih terkonsentrasi di kota-kota besar sehingga cakupannya masih sangat kurang Admin, 2008. Diperkenalkannya pengobatan melalui fotokoagulasi merupakan suatu kemajuan pesat di bidang pengobatan retinopati diabetik. Pengobatan fotokuagulasi retinopati diabetik sangat menolong untuk mencegah kebutaan Adam, 2005. Nilai terendah diperoleh dari pertanyaan no 18 yaitu sebanyak 4 orang responden 4,9 yang menjawab “ya” dan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tempat khusus untuk melakukan pemeriksaan dan deteksi dini Universitas Sumatera Utara terhadap mata bagi penderita penyakit gula kencing manis. Hal ini dinyatakan dalam teori yang mengatakan bahwa ada kecenderungan bahwa angka kebutaan akibat diabetes melitus, khususnya akibat retinopati diabetik di Indonesia akan cukup tinggi. Setidaknya ada alasan yang menunjang perkiraan tersebut yaitu sebagian dari penderita diabetes melitus di Indonesia baru mengunjungi dokter setelah disertai dengan berbagai komplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya telah mengidap diabetes melitus bertahun-tahun sebelum ke dokter. Dan oleh karena berbagai hambatan, sebagian besar dari penderita diabetes mellitus tidak melakukan kontrol penyakitnya secara maksimal. Adam, 2005. Sangat disayangkan bahwa pengobatan fotokoagulasi di Indonesia baru terbatas pada beberapa kota besar yaitu Surabaya dan Jakarta. Sedangkan di Indonesia bagian timur belum tersedia fasilitas fotokoagulasi yang sebenarnya sudah sangat dibutuhkan Adam, 2005. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh nilai reliabel dari 10 responden yang memenuhi kriteria yaitu 0,7 dan nilai mean dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasien diabetes mellitus melakukan pemeriksaan mata dengan retinopati diabetik yaitu berdasarkan faktor tingkat pengetahuan mean 3,9, berdasarkan faktor persepsi dengan mean 3,6, dan faktor status ekonomi dengan mean 2,3, dan berdasarkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan mean 2,4. Faktor tertinggi yang mempengaruhi pasien diabetes mellitus dalam melakuka n pemeriksaan mata dengan retinopati diabetik adalah faktor tingkat pengetahuan dengan konsep terkait dengan dilakukannya penyuluhan dan adanya pengalaman penderita mengenai penyakitnya. Sedangkan nilai terendah adalah faktor status ekonomi.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diberikan rekomendasi kepada berbagai pihak antara lain:

2.1 Praktek Keperawatan

Pada perawat bagian endokrin lebih meningkatkan dan mengembangkan penyuluhan terkait dengan diabetes mellitus dan komplikasi yang terjadi guna meningkatkan pengetahuaan masyarakat menjadi lebih baik sehingga komplikasi diabetes berupa retinopati diabetik tidak terjadi. Universitas Sumatera Utara