Konsep Retinopati Diabetik 1.Pengertian Retinopati Diabetik
karena terjadi perubahan gaya hidup, keadaan fisik dan mental penderitanya. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan diabetes meliputi diet, latihan
fisik, pemantauan kadar gula darah, terapi dan penyuluhan berupa pendidikan Brunner Suddarth, 2001.
2. Konsep Retinopati Diabetik 2.1.Pengertian Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik merupakan kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus dimana retinopati akibat diabetes melitus yang lama
yang dapat berupa melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak Ilyas, 2006. Pada retinopati diabetik secara perlahan terjadi kerusakan pembuluh
darah retina atau lapisan saraf mata sehingga mengalami kebocoran sehingga terjadi penumpukan cairan eksudat yang mengandung lemak serta pendarahan
pada retina yang lambat laun dapat menyebabkan penglihatan buram, bahkan kebutaan. Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat
menjadi buta permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan Admin, 2008.
2.2.Klasifikasi Retinopati Diabetik:
Retinopati diabetik terdiri dari 2 stadium, yaitu : Retinopati non Proliferatif
Merupakan stadium awal dari proses penyakit Retinopati Diabetik. Selama menderita diabetes, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah kecil
pada mata melemah sehingga timbul tonjolan kecil pada pembuluh darah
Universitas Sumatera Utara
tersebut mikroaneurisma yang dapat pecah sehingga membocorkan cairan dan protein ke dalam retina. Menurunnya aliran darah ke retina menyebabkan
pembentukan bercak berbentuk cotton wool berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein yang berwarna putih kuning eksudat yang keras juga
terbentuk pada retina. Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan protein dari pembuluh darah yang rusak menyebabkan
pembengkakan pada pusat retina makula. Keadaan ini yang disebut makula edema, yang dapat memperparah pusat penglihatan seseorang.
Retinopati Prapoliferatif Keadaan yang merupakan lanjutan dari retinopati nonproliferatif yang
dianggap sebagai pencetus timbulnya retinopati proliferative yang lebih serius. Bukti epidemiologi menyebutkan bahwa 10 hingga 50 penderita retinopati
diabetik akan menderita retinopati proliferatif dalam waktu yang singkat mungkin hanya dalam waktu 1 tahun. Seperti retinopati nonproliferatif, jika
perubahan visual terjadi selama stadium prepoliferatif maka keadaan ini biasanya disebabkan oleh edema mukula.
Retinopati Proliferatif Retinopati proliferative merupakan stadium yang lebih berat pada penyakit
retinopati diabetik. Bentuk utama dari retinopati proliferatif adalah pertumbuhan proliferasi dari pembuluh darah yang rapuh pada permukaan retina. Pembuluh
darah yang abnormal ini mudah pecah, terjadi perdarahan pada pertengahan bola mata sehingga menghalangi penglihatan. Juga akan terbentuk jaringan parut yang
Universitas Sumatera Utara
dapat menarik retina sehingga retina terlepas dari tempatnya. Jika tidak diobati, retinopati proliferatif dapat merusak retina secara permanen serta bahagian-
bahagian lain dari mata sehingga mengakibatkan kehilangan penglihatan yang berat atau kebutaan Melayu, 2008; Brunner Suddarth, 2001. Pembagian
Retinopati Diabetik dapat diklasifikasikan berdasarkan derajatnya menjadi: Derajat I. terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus
okuli Derajat II. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau
tanpa eksudat lemak pada fundus okuli. Derajat III. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan dan bercak terdapat
neovaskularisasi dan proliferasi pada fundus okuli.
2.3.Patofisiologi Retinopati Diabetik
Peningkatan kadar glukosa dalam darah yang terus menerus mengakibatkan rusaknya pembuluh darah. Glukosa yang berada di pembuluh darah
menyebabkan penebalan pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran. Pada retinopati diabetik secara perlahan terjadi kerusakan pembuluh darah retina
atau lapisan saraf mata yang telah mengalami kebocoran sehingga terjadi penumpukan cairan eksudat yang mengandung lemak serta pendarahan pada
retina yang lambat laun dapat menyebabkan penglihatan buram, bahkan kebutaan. Kebocoran tersebut sudah menunjukkan bahwa suplai darah ke
bagian mata sudah tidak baik. Selanjutnya, pembuluh darah baru bisa tumbuh untuk memperbaiki suplai darah namun pembuluh darah baru tersebut sangat
Universitas Sumatera Utara
mudah pecah hingga menimbulkan pendarahan. Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta permanen sekalipun
dilakukan usaha pengobatan Admin, 2008; Bilous, 2003. 2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi pasien Diabetes Melitus melakukan
pemeriksaan Retinopati Diabetik
Dalam melakukan pemeriksaan Retinopatinopati Diabetikum, pasien Diabetes mellitus dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain:
2.4.1 Tingkat Pengetahuan
Penderita diabetes tidak mengetahui arti pentingnya pengendalian glukosa yang dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam kebutaan. dan
ketidakmauan penderita diabetes dalam melakukan pendeteksian awal pada penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula merupakan
kendala yang sangat banyak ditemukan Fong, dkk, 2003. Banyak penderita diabetes yang tidak memeriksakan matanya setahun sekali untuk mengetahui
apakah telah mengalami retinopati. Pada hal apabila dilakukan pemeriksaan dan deteksi awal dan pengobatan yang tepat pada penderita retinopati dapat
membantu mencegah, menghambat dan merubah kehilangan penglihatan. Sehingga penderita diabetes yang telah mengalami retinopati tidak mengetahui
bahwa mereka telah menderita retinopati sampai akhirnya kehilangan penglihatan yang lebih lanjut Melayu, 2008. Dan penderita Diabetes Melitus
datang mengunjungi layanan kesehatan setelah disertai berbagai komplikasi yang menunjukkan sebenarnya telah menderita diabetes selama bertahun-tahun.
Universitas Sumatera Utara
Dan oleh karena berbagai hambatan sebagian besar penderita diabetes tidak dapat melakukan kontrol yang maksimal terhadap penyakitnya sehingga
memperburuk komplikasi yang ada. Adanya komplikasi yang lebih berat yang dialami pasien berawal dari kesulitan membacamenulis, menonton TV, atau
mengenali muka orang. Jaringan neovaskular yang terus bertumbuh proliferatif pada PDR juga dapat berpotensi menarik retina hingga terlepas
danatau robek ablasi retina. Ablasi retina pada retinopati diabetik berakibat kebutaan dan umumnya sulit ditangani Admin, 2008.
Pengalaman pada masyarakat yang tidak mempunyai cukup informasi tentang Diabetes Mellitus akan berpengaruh pada ketidaktahuan tentang gejala,
tanda dan penangganannya, hal ini mengakibatkan semakin banyak masyarakat akan terkena Diabetes Melitus. Pengalaman seseorang pada dasarnya
dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, dimana semakin baik pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuan serta informasi yang dimiliki.
Notoatmodjo 2002 menyatakan bahwa pendidikan memberikan suatu nilai- nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta
menerima hal-hal baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan fakta dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi,
misalnya membaca, mendengar radio, melihat televisi. Betapa penting penyuluhan sebagai salah satu metoda pengobatan.
Terbukti bahwa pada mereka yang mendapat penyuluhan secara tetap, komplikasi koma diabetes makin jarang terjadi, jumlah amputasi menurun,
kemungkinan masuk rumah sakit makin kurang dan kepatuhan berobat
Universitas Sumatera Utara
meningkat. Upaya penyuluhan yang dilakukan untuk mencegah memburuknya komplikasi diabetik meliputi: penyuluhan mengenai penyakit diabetes bagi
penderita, pendidikan bagi dokter tentang bagaimana memberikan pengobatan yang tepat bagi penderita, mengaktifkan klinik diabetes di rumah sakit besar,
peran serta perkumpulan diabetes, dan kalau mungkin mendirikan yayasan diabetes. Di Indonesia penyuluhan penderita telah dirintis oleh Prof. Dr.
Supartondo di RS. Ciptomangunkusumo. Dengan sendirinya cara ini membutuhkan tenaga dan waktu. Di Ujung Pandang penyuluhan bagi penderita
baru dimulai pada tahun 1989, baik melalui perkumpulan diabetes maupun di klinik. Masih membutuhkan waktu yang lama untuk memetik hasil dari proses
penyuluhan penderita. Walaupun demikian saya yakin bahwa cara inilah merupakan salah satu langkah terbaik untuk mencegah komplikasi diabetik
yang lebih buruk Adam, JMF, 2005. Dan dari itu semua, pengalaman juga berpengaruh dimana pengalaman merupakan guru yang baik dan merupakan
sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan walaupun tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar,
maka perlu berfikir kritis dan logis Notoatmodjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Status Ekonomi
Program pendeteksiaan awal pada mata merupakan hal yang sangat penting dan merupakan pengobatan tahap awal pada penderita diabetes guna
mengurangi resiko terjadinya kebutaan dan komplikasi yang lebih berat. Biaya- biaya ataupun harga yang diperlukan pada pendeteksian awal tersebut cukup
relatif murah dan ekonomis termasuk bagi kalangan menengah kebawah. Namun masyarakat berasumsi bahwa biaya untuk pendeteksian awal penyakit
sama dengan biaya pengobatannya yaitu biaya yang cukup mahal. Dengan adanya berbagai asumsi yang salah seperti itu mengakibatkan keterlambatan
pendeteksian penyakit sehingga tidak jarang para penderita DM datang dengan berbagai komplikasi seperti retinopati diabetik pada tahap lanjut yang lebih
parah. Dengan adanya berbagai komplikasi yang lebih berat termasuk retinopati yang mengancam kebutaan, bagaimanapun juga biaya yang
dibutuhkan sebenarnya akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya pendeteksian awal yang sebenarnya dapat dihindarkan.
Disamping itu, banyak dokter mata yang tidak ikut ambil peran ketika akan dilakukannya program pendeteksian awal terhadap penyakit retinopati
diabetik. Sehingga, para masyarakat harus membayar mahal ketika melakukan pemeriksaan awal untuk membayar tenaga kesehatan lain yang bukan dokter
mata tetapi khusus dari bagian ophtalmol Ong; Ripley; Newsom Casswell, 2003. Pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Diabetes Mellitus masih
sangat minim. Hal ini membuat sebagian masyarakat masih enggan melakuka n deteksi dini penyakit Diabetes Mellitus dengan alasan beban ekonomi karena
Universitas Sumatera Utara
besarnya biaya medis yaitu biaya obat, biaya kunjungan dokter, pemeriksaan laboratorium, biaya untuk mengatasi komplikasi, dan biaya penyakit penyerta
Brunner Suddart, 2000. 2.4.3.
Persepsi Sangat penting untuk diketahui bahwa pada pembedahan retinopati yang
dilakukan dengan bedah vitrektomi seringkali segala tindakan tersebut tidak dapat mengembalikan penglihatan yang sudah hilang tetapi hanya dapat
mencegah perburukan lebih lanjut. Persepsi bahwa dengan dilakukan pembedahan yang tidak dapat mengembalikan penglihatan seperti semula akan
memicu penderita diabetes tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan retinopati segera sebelum ada komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah
dengan kontrol yang baik dan deteksi sedini mungkin. Viktor, 2008. Dan penderita DM hanya 30 yang dapat berobat teratur sehingga bagi yang tidak
melakukan pengobatan secara teratur memiliki peluang besar untuk menderita komplikasi lebih lanjut sangat besar termasuk Retinopati Diabetik. Retinopati
Diabetik tidak menimbulkan tanda dan gejala yang spesifik yang berat sampai pada akhirnya terjadi kebutaan. Dan hal ini mungkin disebabkan karena
minimnya informasi yang diperoleh oleh masyarakat tentang diabetes termasuk retinopati diabetik yang menjadi komplikasi dari DM. Dan tidak ada
penanganan atau pencegahan dini yang dilakukan oleh penderita DM tersebut Admin, 2008. Penderita diabetes mellitus tidak menyadari dirinya telah
mengidap retinopati diabetik karena penyakit ini tidak selalu menyebabkan gejala-gejala hingga kerusakan retina makin parah. Dan sayangnya lagi banyak
Universitas Sumatera Utara
penderita diabetes yang tidak memeriksakan matanya setahun sekali untuk mengetahui apakah telah mengalami retinopati atau penyakit mata lainnya
yang disebabkan diabetes. Akibatnya, mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah mengidap retinopati sampai akhirnya kehilangan penglihatan yang
signifikan yang memang di akibatkan oleh retinopati diabetik Melayu, 2008. 2.4.4.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian klinik di beberapa sentra pendidikan di indonesia,
dilaporkan retinopati diabetik berkisar antara 13,1-57,5. Prevalensi retinopati diabetik di Indonesia tidak banyak berbeda dengan yang dilaporkan
di beberapa negara ASEAN seperti di Philippine 25,0, di Thailand 17,0. Ada kecenderungan bahwa angka kebutaan akibat diabetes melitus, khususnya
akibat retinopati diabetik di Indonesia akan cukup tinggi. Setidaknya ada alasan yang menunjang perkiraan tersebut yaitu sebagian dari penderita
diabetes melitus di Indonesia baru mengunjungi dokter setelah disertai dengan berbagai komplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya telah
mengidap diabetes melitus bertahun-tahun sebelum ke dokter. Dan oleh karena berbagai hambatan, sebagian besar dari penderita diabetes mellitus tidak
melakukan kontrol penyakitnya secara maksimal. Adam, JMF, 2005. Di Indonesia sudah banyak didirikan pusat kesehatan yang mampu
memberi layanan komprehensif bagi penderita diabetes, tetapi masih terkonsentrasi di kota-kota besar sehingga cakupannya masih sangat kurang
Admin, 2008. Diperkenalkannya pengobatan melalui fotokoagulasi merupakan suatu kemajuan pesat di bidang pengobatan retinopati diabetik.
Universitas Sumatera Utara
Pengobatan fotokuagulasi retinopati diabetik sangat menolong untuk mencegah kebutaan. Tetapi sangat disayangkan bahwa pengobatan fotokoagulasi di
Indonesia baru terbatas pada beberapa kota besar yaitu Surabaya dan Jakarta. Sedangkan di Indonesia bagian timur belum tersedia fasilitas fotokoagulasi
yang sebenarnya sudah sangat dibutuhkan Adam, 2005. Dan diberbagai Negara pendeteksian awal terhadap komplikasi mata pada
penderita DM, terkait dengan tenaga kesehatan yaitu dokter mata tidak mempunyai waktu yang cukup sehingga banyak mendapati pasien retinopati
diabetik tahap lanjut Ong; Ripley; Newsom Casswell, 2003.
2.5.Penatalaksanaan Retinopati Diabetik 2.5.1. Mencegah sedini mungkin
Prinsip utama dalam menangani retinopati diabetik adalah pencegahan dengan deteksi dini sebelum terjadi gangguan penglihatan yang berat.
Walaupun belum mengeluh dan tanpa melihat berapa lama ia menderita diabetes, seorang pasien harus dirujuk ke dokter mata untuk menjalani
pemeriksaan mata awal skrining. Apabila retinopati diabetik sudah teridentifikasi, dilakukan manajemen sedini mungkin bagi penderita dengan
melakukan pemeriksaan mata secara berkala, minimal satu kali dalam setahun Viktor, 2008.
2.5.2. Fotokoagulasi laser
Terapi utama pada retinopati diabetik adalah tindakan fotokoagulasi laser pada retina. Tindakan laser bertujuan menutup kebocoran pembuluh darah
Universitas Sumatera Utara
retina, mengurangi edema makula, dan mencegah timbulnya rangsang untuk pembentukan neovaskular. Secara umum, tindakan laser pada retina yang
dibarengi dengan manajemen diabetes yang baik dapat mengurangi risiko buta hingga 90 persen Viktor, 2008.
2.5.3. Pembedahan Virektomi
Pemedahan dengan vitrektomi, yaitu tindakan bedah mikro yang bertujuan membersihkan perdarahan badan kaca, membebaskan retina dari segala tarikan
akibat pertumbuhan neovaskular dan mengaplikasikan sinar laser secara langsung di dalam bola mata. Pada kasus-kasus PDR, vitrektomi dapat
mencegah kehilangan penglihatan yang lanjut Viktor, 2008. Virektomi dilakukan pada pasien yang telah mengalami gangguan penglihatan akibat
perdarahan yang tidak sembuh spontan selama 6 bulan. Tujuan dari vitrektomi adalah untuk memulihkan penglihatan yang masih berfungsi dan kesembuhan
penglihatan hingga mendekati normal Brunner Suddarth, 2001. 2.5.4.
Terapi medis Terapi lain yang baru berkembang dalam dekade terakhir adalah pemberian
obat, seperti golongan kortikosteroid dan Anti-VEGF VEGF=vascular endothellial grwowh factor, yang bertujuan mengurangi edema makula dan
menghentikan pertumbuhan neovaskular Viktor,2008. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat progresivitas juga dapat dilakukan dengan
pengendalian hipertensi, pengendalian kadar glukosa dara dan penghentian kebiasaan merokok Brunner Suddarth, 2001.
Universitas Sumatera Utara