menunda untuk melakukan pemeriksaan mata dan pasti akan memeriksakannya walau tidak dalam waktu dekat. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan
bahwa pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Diabetes Mellitus masih sangat minim. Hal ini membuat sebagian masyarakat masih enggan melakukan
deteksi dini penyakit Diabetes Mellitus dengan alasan beban ekonomi karena besarnya biaya medis yaitu biaya obat, biaya kunjungan dokter, pemeriksaan
laboratorium, biaya untuk mengatasi komplikasi, dan biaya penyakit penyerta Brunner Suddart, 2000. Disamping itu, banyak dokter mata yang tidak ikut
ambil peran ketika akan dilakukannya program pendeteksian awal terhadap penyakit retinopati diabetik. Sehingga, para masyarakat harus membayar mahal
ketika melakukan pemeriksaan awal untuk membayar tenaga kesehatan lain yang bukan dokter mata tetapi khusus dari bagian ophtalmologist Ong; Ripley;
Newsom Casswell, 2003.
2.3 Faktor Persepsi
Dari hasil penelitian didapat data bahwa untuk faktor persepsi yang terdiri dari 5 pertanyaan didapat mean sebesar 3,65 dalam rentang tinggi 3-5 ,
dengan nilai tertinggi diperoleh dari pertanyaan no 12 dengan jumlah responden yang menjawab “ya” sebanyak 77 orang 93,9, yang mengatakan
bahwa menurut mereka di Indonesia sudah banyak didirikan pusat kesehatan yang memberikan pelayanan khusus bagi penderita penyakit gula kencing
manis sehingga mudah untuk melakukan pemeriksaan mata secara dini. Walaupun responden mayoritas berpendidikan SD, namun dengan adanya data
demografi yang menunjukkan mayoritas responden berusia 60 tahun maka
Universitas Sumatera Utara
dapat disimpulkan bahwa informasi dan pengalaman mengenai tempat – tempat yamg memberikan pelayanan komprehensif terhadap pemeriksaan mata mudah
di temukan. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa di Indonesia sudah banyak didirikan pusat kesehatan yang mampu memberi layanan
komprehensif bagi penderita diabetes, yang walaupun masih terkonsentrasi di kota-kota besar sehingga cakupannya masih sangat kurang Admin, 2008.
Diperkenalkannya pengobatan melalui fotokoagulasi yang merupakan suatu kemajuan pesat di bidang pengobatan retinopati diabetik. Pengobatan
fotokuagulasi retinopati diabetik sangat menolong untuk mencegah kebutaanAdam, 2005.
Nilai terendah diperoleh dari pertanyaan no 14 yaitu jumlah responden yang menjawab “ya” sebanyak 38 orang 46,3, yang mengatakan bahwa
mereka beranggapan jika terjadi kekeruhan pada mata bukanlah komplikasi dari penyakit gula yang telah lama mereka derita. Hal ini dilihat bahwa
seseorang tidak menyadari dirinya telah mengidap retinopati diabetik karena penyakit ini tidak selalu menyebabkan gejala-gejala hingga kerusakan retina
makin parah. Sayangnya lagi banyak penderita diabetes yang tidak memeriksakan matanya setahun sekali untuk mengetahui apakah telah
mengalami retinopati atau penyakit mata lainnya yang disebabkan diabetes. Akibatnya, mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah mengidap retinopati
sampai akhirnya kehilangan penglihatan yang signifikan yang memang di akibatkan oleh retinopati diabetik Melayu, 2008. Retinopati Diabetik tidak
menimbulkan tanda dan gejala yang spesifik yang berat sampai pada akhirnya
Universitas Sumatera Utara
terjadi kebutaan. Hal ini mungkin disebabkan karena minimnya informasi yang diperoleh oleh masyarakat tentang diabetes termasuk retinopati diabetik yang
menjadi komplikasi dari DM. Tidak ada penanganan atau pencegahan dini yang dilakukan oleh penderita DM tersebut Admin, 2008.
2.4 Faktor fasilitas Pelayanan Kesehatan