bahwa mereka telah menderita retinopati sampai akhirnya kehilangan penglihatan yang lebih lanjut Melayu, 2008.
Nilai terendah diperoleh dari pertanyaan no 2 dengan jumlah responden yang menjawab “ya” sebanyak 46 orang 56,1, yang mengatakan bahwa
adanya informasi mengenai komplikasi yang akan terjadi pada penderita penyakit gula kencing manis membuat penderita melakukan pemeriksaan pada
mata mereka. Hal ini terkait dengan data yang mangatakan bahwa pengalaman pada masyarakat yang tidak mempunyai cukup informasi tentang Diabetes
Mellitus akan berpengaruh pada ketidaktahuan tentang gejala, tanda dan penangganannya, hal ini mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat yang
terkena Diabetes Melitus. Pengalaman seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, semakin baik pendidikan seseorang berpengaruh
pada pengetahuan serta informasi yang dimiliki. Notoatmodjo 2002 menyatakan bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi
manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan fakta dengan melihat dan
mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya membaca, mendengar radio, melihat televisi.
2.2 Faktor Status Ekonomi
Dari hasil penelitian didapat data bahwa untuk faktor status ekonomi yang terdiri dari 5 pertanyaan didapat mean sebesar 2,35 dalam rentang rendah
0-2, dengan nilai tertinggi diperoleh dari pertanyaan no 10 dengan jumlah responden yang menjawab “ya” sebanyak 42 orang 51,2, yang mengatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa biaya bukanlah salah satu hambatan untuk memeriksakan gangguan komplikasi pada mata saya setelah mengalami penyakit gulakencing
manis.Hal ini di dukung dengan adanya data demografi yang menunjuk kan bahwa penghasilan responden mayoritas Rp 1.000.000,00, tidak membuat
penderita retinopati mengurungkan niat untuk melakukan pemeriksaan mata karena biaya yang diperlikan untuk pemeriksaan mata relatif murah. Hal ini
didukung oleh pernyataan Ong, Ripley, Newsom Casswell 2003 yang menyatakan bahwa biaya-biaya atau pun harga yang diperlukan pada
pendeteksian awal tersebut cukup relatif murah dan ekonomis termasuk bagi kalangan menengah kebawah. Namun masyarakat berasumsi bahwa biaya
untuk pendeteksian awal penyakit sama dengan biaya pengobatannya yaitu biaya yang cukup mahal. Dengan adanya berbagai asumsi yang salah seperti itu
mengakibatkan keterlambatan pendeteksian penyakit sehingga tidak jarang para penderita DM datang dengan berbagai komplikasi seperti retinopati
diabetik pada tahap lanjut yang lebih parah. Dengan adanya berbagai komplikasi yang lebih berat termasuk retinopati yang mengancam kebutaan,
bagaimanapun juga biaya yang dibutuhkan sebenarnya akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya pendeteksian awal yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Sedangkan nilai terendah diperoleh dari pertanyaan no 7 yaitu responden
yang menjawab “ya” sebanyak35 orang 42,7 yang menjawab bahwa karena biaya yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan komplikasi pada mata
bagi penderita penyakit gulakencing manis cukup mahal, membuatnya
Universitas Sumatera Utara
menunda untuk melakukan pemeriksaan mata dan pasti akan memeriksakannya walau tidak dalam waktu dekat. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan
bahwa pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Diabetes Mellitus masih sangat minim. Hal ini membuat sebagian masyarakat masih enggan melakukan
deteksi dini penyakit Diabetes Mellitus dengan alasan beban ekonomi karena besarnya biaya medis yaitu biaya obat, biaya kunjungan dokter, pemeriksaan
laboratorium, biaya untuk mengatasi komplikasi, dan biaya penyakit penyerta Brunner Suddart, 2000. Disamping itu, banyak dokter mata yang tidak ikut
ambil peran ketika akan dilakukannya program pendeteksian awal terhadap penyakit retinopati diabetik. Sehingga, para masyarakat harus membayar mahal
ketika melakukan pemeriksaan awal untuk membayar tenaga kesehatan lain yang bukan dokter mata tetapi khusus dari bagian ophtalmologist Ong; Ripley;
Newsom Casswell, 2003.
2.3 Faktor Persepsi