BAB III HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI JAMSOSTEK DALAM
MELINDUNGI TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN
Meski Program JAMSOSTEK sudah dicanangkan pada tahun 1992, ternyata masih banyak perusahaan dan pekerjaburuh belum terdaftar sebagai peserta
JAMSOSTEK sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan berbagai peraturan pelaksanaannya,
menyatakan : “setiap tenaga kerja berhak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan wajib dilakukan oleh setiap perusahaan dan bila tidak dilaksanakan akan dikenakan
sanksi”.
156
A. Hambatan Kelembagaan
Untuk pengembangan dan peningkatan peran seperti yang disebutkan pada BAB II di atas maka ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi PT. Jamsostek
Persero. Salah satunya adalah masih banyak kendala dalam sistem jaminan sosial di Indonesia. Misalnya, dalam kasus pencanangan Sistem Jaminan Sosial Nasional
SJSN. SJSN sebenarnya sangat positif, karena akan dapat dinikmati semua lapisan masyarakat, bukan hanya untuk pekerjaburuh di sektor formal. Pekerjaburuh
156
Thoga M. Sitorus, “Masih Banyak PekerjaBuruh Belum Tersentuh Program Jamsostek”, www.sinarIndonesia.com., diakses pada 10 November 2006, dikutip Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 204.
Universitas Sumatera Utara
informal, bahkan penganggur sekalipun bisa menikmatinya. Namun, aturan dan administrasi badan yang mengelola program tersebut masih belum jelas.
157
Jika pelaksanaan SJSN berpedoman pada sistem yang diterapkan di beberapa negara lain, seperti Thailand, pemerintah harus menyediakan dana yang besar. Di
Thailand, untuk jaminan sosial masyarakat miskin, seperti petani dan pengangguran, iurannya disubsidi oleh pemerintah. Adapun di Indonesia, iuran jaminan sosial untuk
Pegawai Negeri Sipil saja tidak disubsidi pemerintah. Hal ini berbeda dengan pegawai swasta, dimana tanggungan perusahaan untuk JAMSOSTEK justru lebih
besar.
158
Mengenai perlunya perubahan status PT. Jamsostek Persero menjadi badan dan bukan persero lagi. Langkah ini dilakukan untuk menghindarkan kewajiban PT.
Jamsostek Persero sebagai BUMN menyerahkan deviden kepada pemerintah, sehingga dana itu bisa digunakan untuk kesejahteraan kaum pekerjaburuh. Jika
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah diubah maka jaminan sosial ini akan dikelola oleh Tripartit.
159
Langkah ini cocok dengan praktik yang dilakukan di banyak negara lain. Di negara-negara tersebut, lembaga yang memberi JAMSOSTEK bukanlah terbentuk
persero, tetapi berupa badan yang dikelola oleh wakil pekerjaburuh dan pengusaha.
160
157
Ibid., hal. 213.
158
Ibid.
159
Ibid.
160
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pihak PT. Jamsostek Persero sebenarnya sudah lama menyadari hal itu dan sudah melakuka beberapa langkah ke arah sana. Misalnya, tidak semua deviden
diserahkan ke pemerintah, namun dikembalikan kepada kaum pekerjaburuh, dalam bentuk : kredit pemilikan rumah; bantuan untuk korban PHK; bantuan koperasi
karyawan; dan bantuan poliklinik karyawan.
161
1. Lemahnya Sistem Pengawasan