Program Jamsostek Sebagai Beban Pengusaha

Jamsostek Persero, yang menyebabkan semakin terbatasnya jumlah benefit yang ditawarkan oleh Program Jaminan Kesehatan JAMSOSTEK. 176 Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah kebenaran data upah, yang dilaporkan oleh perusahaan kepada PT. Jamsostek Persero, karena upah sangat berpengaruh terhadap kemanfaatan dan hak pekerjaburuh. Jangan sampai terjadi, perusahaan lalai memberikan data upah pekerjaburuh yang akurat, tetapi pekerjaburuh justru menyalahkan PT. Jamsostek Persero, karena dianggap ”menyunat” jaminan yang menjadi haknya. Hal semacam ini pernah terjadi. 177 Kalau melihat kecenderungan yang ada, perkembangan PT. Jamsostek Persero dalam perannya untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan pekerja, sebenarnya cukup membesarkan hati. Hal ini seiring dengan meningkatnya kesadaran di kalangan para pekerjaburuh sendiri, tentang hak-haknya dan pentingnya Program JAMSOSTEK bagi mereka. 178

3. Program Jamsostek Sebagai Beban Pengusaha

Program JAMSOSTEK merupakan program pemerintah yang badan penyelenggaranya ditunjuk PT Jamsostek Persero dalam rangka pelaksanaan pengalihan resiko yang terjadi terhadap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya. 176 Adrian Sutedi, Ibid. 177 Ibid. 178 Ibid. Universitas Sumatera Utara Perusahaan dengan mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program JAMSOSTEK merasakan bahwa pembayaran iuran sebagai kewajiban pengusaha menjadikan suatu beban, padahal kewajiban tersebut tanpa diikutsertakan dalam program JAMSOSTEK perusahaan tetap mengeluarkan kewajiban terhadap tenaga kerja untuk kesejahteraan tenaga kerja. Seperti tenaga kerja mengalami resiko kerja pada saat bekerja perusahaan berkewajiban untuk memberikan pelayanan dan bantuan serta perawatan. Dengan adanya badan penyelenggara PT.Jamsostek Persero yang pola kerjanya lebih profesional dan memenuhi standar sebagai mana diatur dalam perlindungan kerja pengusaha mestinya lebih nyaman bahwa perlindungan resiko kerja sudah menjadi tanggaung jawab PT Jamsostek Persero Pandangan pengusaha terhadap program JAMSOSTEK yang negatip, hal inilah yang perlu diubah cara berpikirnya sehingga dengan mengikutsertakan tenaga kerja dalam program JAMSOSTEK bukan menjadikan beban pengusaha tetapi sebaiknya diubah menjadi kebutuhan perusahaan karena perusahaan ingin mendapatkan kinerja yang baik dalam produktifitasnya dengan melingungi hak pekerja sehingga tenaga kerja tidak lagi kawatir terhadap resiko kerja yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pekerjaan demi kepentingan perusahaan. Guna memudahkan mereka yang menjadi peserta Program JAMSOSTEK dalam membayar iuran, maka mereka dihimpun dalam satu wadah yang sejenis dalam bentuk koperasi, seperti Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM, sopir taksiangkot di Medan dikenal dengan KPUM, wadah nelayantani HNSIHKTI, tukang becak, pedagang kaki lima, dan lain-lain. Dalam jabatan profesi, seperti wartawan PWI, Universitas Sumatera Utara dokter IDI, pengacara, artis, rohaniawan misalnya kalangan pendeta HKBP di Sumatera Utara, melalui Kantor Distrik MedanAceh seluruhnya perlu mendapat perlindungan jaminan sosial. Wadah atau organisasi tersebut selanjutnya melakukan Ikatan Kerja Sama IKS dengan PT. Jamsostek Persero sebagai mitra kerja. Wadah, koperasi, atau organisasi tersebut mempunyai penanggung jawab yang bertugas untuk menghimpun tenaga kerja, mendaftarkan ke PT. Jamsostek Persero setempat, menghimpun dan menyetor iuran kepada PT. Jamsostek Persero, membantu mendistribusikan Kartu Peserta Jamsostek KPJ kepada peserta, mengurus hak-hak peserta atas jaminan, memperingati peserta yang menunggak iuran dan melaporkan kepada PT. Jamsostek Persero. 179 Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan tenaga kerja di luar hubungan kerja dalam membayar iuran maka Program JAMSOSTEK dilaksanakan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kemampuan dari tenaga kerja bersangkutan. Adapun iuran Program JAMSOSTEK ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu, yaitu sekurang-kurangnya setara dengan upah minimum ProvinsiKabupatenKota setempat dengan batas usia peserta ditetapkan maksimal 55 tahun. Diharapkan dengan keluarnya ketentuanpedoman tentang Program JAMSOSTEK bagi tenaga kerja di luar hubungan kerja ini, dapat segera ditindaklanjuti oleh instansi ketenagakerjaan bekerja sama dengan PT. Jamsostek Persero setempat dengan melakukan sosialisasi dan mendorong masyarakat untuk menjadi peserta. 180 179 Adrian Sutedi, Ibid., hal. 208. 180 Ibid. Universitas Sumatera Utara Hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya tudingan dari sejumlah kalangan yang salah kaprah, bahwa PT. Jamsostek Persero seolah- olah ”memonopoli” jaminan sosial untuk pekerjaburuh Indonesia. Sebagai konsekuensinya, mereka mengusulkan agar perusahaan-perusahaan swasta juga diperbolehkan untuk menjalankan program jaminan sosial bagi tenaga kerja Indonesia tersebut. Usulan ini adalah contoh dari semangat liberalisasi yang salah arah. 181 Jika usulan tersebut dilaksanakan, nasib para pekerjaburuh Indonesia belum tentu menjadi lebih baik, tetapi justru bisa terancam. Misalnya, perusahaan swasta itu bisa untung, tetapi juga bisa bangkrut. Jika kondisi buruk itu terjadi, siapa yang akan menjamin kembalinya uang pekerjaburuh. Tentu, perusahaan swasta tersebut gagal memberikan jaminan sosial bagi pekerjaburuh dan akan cenderung lepas tangan. Akhirnya, persoalannya lagi-lagi akan dilempar ke Pemerintah atau DPR dan menimbulkan keresahan di kalangan pekerjaburuh. 182 Sebaliknya, lewat PT. Jamsostek Persero atau badan yang akan dibentuk nanti, pemerintah dapat menjamin hak-hak kaum pekerjaburuh tersebut. Jika yang dipersoalkan adalah pelayanan yang kurang baik atau belum optimal, pihak PT. Jamsostek Persero tentunya tidak menutup diri dan berbesar hati menerima kritik. PT. Jamsostek Persero dapat melakukan pembenahan, serta meningkatkan kinerja dan profesionalisme para petugasnya. 183 181 Ibid., hal. 214. 182 Ibid. 183 Ibid. Universitas Sumatera Utara

4. Hambatan dari Sumber Daya Manusia