Indonesia. Berkaitan dengan fungsi pemasaran ini, PT. Jamsostek Persero Kantor Wilayah I melakukan strategi pemasaran yang berorientasi pada pelanggan. Hal ini
dilakukan dengan sosialisasi ke berbagai elemen masyarakat. Sasaran ke setiap elemen masyarakat ini mempunyai dasar pemikiran bahwa membahagiakan atau
memuaskan pelanggan atau peserta sangat menentukan keberhasilan. Secara khusus di Kota Medan, pelaksanaan Program JAMSOSTEK belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Cabang Medan dan Kantor Cabang Belawan periode Maret 2010, jumlah
Perusahaan yang tidak mengikuti Program JAMSOSTEK mencapai 1.277 perusahaan.
38
Padahal Undang-Undang No 3 tahun 1992 bersifat wajib bagi seluruh usaha berbadan hukum.
Dari uraian tersebut di atas, dapat terlihat bahwa kurangnya kesadaran pengusaha dalam melaksanakan Program JAMSOSTEK. Apalagi dibarengi dengan
lemahnya pengawasan dan penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan yang tidak melaksanakan Program JAMSOSTEK.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana fungsi dan peran Program JAMSOSTEK dalam perlindungan
hukum tenaga kerja di Kota Medan?
38
PT. Jamsostek Persero Kanwil I, “Perusahaan Wajib Belum Daftar”, Medan : Data Perusahaan Potensi, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi PT. Jamsostek Persero dalam
perlindungan tenaga kerja di Kota Medan? 3.
Bagaimana upaya PT. Jamsostek Persero dalam memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja di Kota Medan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui fungsi dan peran JAMSOSTEK dalam perlindungan
hukum tenaga kerja di Indonesia. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi JAMSOSTEK dalam
perlindungan tenaga kerja di Kota Medan. 3. Untuk mengetahui upaya JAMSOSTEK dalam memberikan perlindungan
hukum terhadap tenaga kerja di Kota Medan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian lanjutan. b.
Memperkaya khasanah perpustakaan. 2.
Secara Praktis
Universitas Sumatera Utara
a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau instansi terkait dalam
memberikan perlindungan terhadap pekerja yang bekerja di perusahaan- perusahaan di Kota Medan.
b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat pelaku usaha mengenai
perlindungan terhadap pekerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan di Kota Medan.
E. Kerangka Teori dan Definisi Operasional
Berbicara mengenai JAMSOSTEK tidak terlepas dari perlindungan sosial, untuk mengkaji jaminan sosial tenaga kerja terlebih dahulu dilihat perlindungan
sosial pada negara welfare state, yaitu : perlindungan sosial diperlukan untuk kesejahteraan; perlindungan sosial membutuhkan tindakan kolektif; perlindungan
sosial didasarkan pada solidaritas; dan perlindungan sosial harus sekomprehensif mungkin.
39
Dalam hal perlindungan sosial diperlukan untuk kesejahteraan, secara umum mencakup dua prinsip, yaitu : tindakan kolektif untuk menutup berbagai
kemungkinan yang terjadi pada tenaga kerja; dan penyedia layanan untuk menangani kebutuhan para pekerja. Keberadaan layanan untuk pekerja tersebut merupakan salah
satu layanan sosial. Perlindungan sosial diperlukan untuk kesejahteraan, baik karena memenuhi kebutuhan hidup, dan tanpa hal tersebut para pekerja akan menjadi tidak
39
Paul Spicker, Welfare State General Theory, London : SAGE, 2000, hal. 94-97.
Universitas Sumatera Utara
nyaman apabila terjadi suatu hal yang dapat menyebabkan pekerja tersebut tidak dapat bekerja.
40
Mengenai perlindungan sosial yang membutuhkan tindakan kolektif, hal ini karena perlindungan sosial memiliki karakteristik solidaritas yaitu pengakuan
tanggung jawab bersama dan mengumpulkan resiko, dimana tanggung jawab atas resiko seseorang diterima oleh orang lain dalam hal ini pihak ketiga. Bahkan jika,
pada prinsipnya, langkah-langkah untuk perlindungan sosial dapat dilakukan oleh pekerja sendiri, namun dalam prakteknya sering tidak mungkin bagi pekerja untuk
melakukannya. Hal ini dikarenakan kondisi dimana pekerja membutuhkan perlindungan termasuk kemiskinan, ketidakmampuan fisik, mental dan penurunan
kemelaratan. Perlindungan sosial yang efektif menuntut kontribusi pihak lain dalam masyarakat.
41
Perlindungan sosial didasarkan pada solidaritas maksudnya adalah kewajiban kepada orang lain, ketika seorang anggota masyarakat atau pekerja yang mengalami
kesulitan untuk mendukung biaya hidupnya dianggap diperlukan atau bergerak ke arah ketergantungan seperti kanak-kanak atau usia tua, kewajiban untuk orang itu
akan ada. Pada awal manifestasinya perlindungan sosial dianggap sebagai bentuk amal. Amal adalah bentuk solidaritas sosial yang khas, salah satu motivasinya adalah
agama sebagai kewajiban utamanya adalah untuk Tuhan. Meskipun motif amal telah selamat, organisasi perlindungan sosial telah bergeser menuju landasan dalam
prinsip-prinsip saling membantu. Prinsip pokok perlindungan sosial adalah penyatuan
40
Ibid.
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
resiko. Dalam asuransi saling membantu, orang membayar premi untuk melindungi diri mereka terhadap keadaan yang kontinjensi. Inilah tempat perlindungan sosial
yang lebih langsung atas dasar kewajiban timbal balik. Bentuk perlindungan sosial sering dilengkapi dengan pengaturan komersil, yang telah digandakan pola saling
membantu formal.
42
Perlindungan sosial harus sekomprehensif mungkin, maksudnya adalah sifat perlindungan sosial itu dibutuhkan untuk menanggulangi resiko dalam hal
kemungkinan yang menimbulkan kebutuhan. Sangat mungkin untuk pengaturan formal perlindungan sosial menutupi minoritas istimewa. Menurut Ferrera, ciri sistem
perlindungan sosial di Eropa Selatan sebagai polarisasi dengan pasti dualisme tajam membedakan orang-orang yang hanya segelintir orang terbaik untuk dilindungi
dibandingkan dengan kebanyakan para buruh yang ada. Ini disebut kurangnya kesetaraan perlindungan terhadap orang lain.
43
Jika perlindungan sosial dipandang dari sisi jasa di banyak negara yang tidak universal. Sistem Bismarck dengan ketentuan yang berlaku di Jerman didasarkan
pada resiko yang dikumpulkan hanya untuk orang-orang di bawah pendapatan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pekerja yang berpenghasilan lebih tinggi yang
seharusnya dapat membuat peraturan yang lebih tinggi juga dalam hal tarif untuk pembayaran iuran. Alasan dasar untuk perlindungan sosial tidak harus semua orang
tercakup dalam satu sistem yang sama, tetapi bahwa setiap orang perlu dilindungi terhadap eventualitas. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara, dan ada argumen
42
Ibid.
43
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
untuk fleksibilitas. Perlu dicatat bahwa nilai dari sistem perlindungan sosial di Jerman masih kurang lengkap, tetapi saling melengkapi strategi yang dapat diadopsi oleh
negara lain untuk mengembangkan sistem perlindungan sosial.
44
Dalam upaya memberikan perlindungan sosial bagi pekerja beserta keluarganya, banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, salah satunya
adalah dengan mengeluarkan undang-undang. Seperti ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang bertujuan untuk memberdayakan dan
mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan, dan meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarganya. Dalam hal perlindungan tenaga kerja diatur dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Kedua undang-undang tersebut di atas adalah undang-undang yang melindungi hak-hak tenaga kerja. Namun, tidak bisa
diterapkan dengan baik. Hal ini dikarenakan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum.
Program JAMSOSTEK merupakan kebutuhan masyarakat yang mendasar karena menyangkut kelangsungan hidup baik bagi pekerja maupun keluarganya.
Namun demikian diakui bahwa JAMSOSTEK, saat ini memerlukan kebutuhan yang
44
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
memperoleh prioritas bagi masyarakat, namun pelaksanaannya masih kurang berjalan seperti yang diharapkan.
45
Pada hakikatnya Program JAMSOSTEK memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian
atau keseluruhan penghasilan yang berkurang, disamping sebagai pelayanan akibat peristiwa yang dialami oleh pekerja dengan demikian para pekerja akan merasa lebih
tenang dalam bekerja dan menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Dengan ketenangan yang diberikan kepada tenaga kerja, maka pekerjaan yang
dilakukan akan sempurna dan menguntungkan pengusaha. Jika pengusaha diuntungkan maka dengan demikian negara juga diuntungkan. Hal ini semata adalah
untuk membangun ekonomi melalui penerapan hukum yang baik. Hukum dengan demikian, memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi, khususnya dunia usaha. Erman Rajagukguk mengatakan: ”faktor utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam pembangunan
ekonomi adalah apakah hukum itu mampu menciptakan stability, predictability dan fairness. Dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi sistim
ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas adalah potensi hukum untuk menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-
kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan hukum untuk meramalkan predictability akibat dari suatu langkah-langkah yang telah diambil
khususnya penting bagi negara yang sebagian rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial yang
tradisional. Aspek keadilan fairness seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar
dan mencegah birokrasi yang berlebihan.
46
45
Surya Perdana, Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK pada Perusahaan Swasta di Kota Medan, Medan : Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara, 2009, hal. 3.
46
Erman Rajagukguk, ”Hukum Ekonomi Indonesia Memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”, Seminar Pembangunan
Hukum Nasional VIII, Bali 14-18 Juli 2003.
Universitas Sumatera Utara
Dunia usaha dengan demikian sangat membutuhkan kepastian hukum. Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa masyarakat sangat mengharapkan adanya
kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk
ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang diperbuatnya, sehingga akhirnya menimbulkan keresahan. Tetapi jika terlalu menitik
beratkan pada kepastian hukum, dan ketat menaati peraturan hukum yang ada, maka akibatnya akan kaku serta akan menimbulkan rasa tidak adil.
47
Keadilan sangat diperlukan dalam substansi hukum. Khususnya dalam hukum ekonomi, pranata hukum harus mampu mengakomodasi secara berkeadilan berbagai
kepentingan kelompok masyarakat yang berbeda-beda strata ekonomi dan sosialnya dalam hal ini adalah tenaga kerja dan pelaku usaha. Hukum di bidang ekonomi
dengan demikian harus berimbang dalam mengatur kepentingan pelaku usaha yang berbeda-beda skala ekonominya, baik itu Usaha Mikro Kecil Menengah selanjutnya
disebut UMKM, swasta besar, BUMN maupun swasta asing. Hal ini merupakan implementasi dari pesan konstitusional yang tidak mengizinkan adanya keberpihakan
negara hanya pada satu pilar ekonomi. Peran negara sangat dibutuhkan untuk menciptakan keadilan bagi kelompok-kelompok masyarakat yang lemah melalui
hukum yang menata sedemikian rupa ketidakmerataan sosial dan ekonomi agar lebih menguntungkan kelompok masyarakat yang lemah.
47
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogjakarta : Liberty, 1988, hal. 136.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, untuk menghindari kesalahan dalam memaknai konsep-konsep
48
yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka berikut akan diberikan definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan :
1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
49
2. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
50
3. Pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
51
4. Hubungan Industri adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang danatau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerjaburuh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai
48
Bandingkan dengan M. Solly Lubis, mengemukakan bahwa Pandangan Konseptual dalam arti mampu berfikir dan memproduk buah pikiran yang bernilai konsepsual untuk menunjang kegiatan-
kegiatan konseptualisasi baik melalui jalur formal maupun non-formal, M. Solly Lubis, Sistem Nasional, Bandung : Mandar Maju, 2002, hal. V, dikutip Jaminuddin Marbun, Op.cit., hal. 33.
49
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 14, Tambahan Lembaran Negara No. 3468.
50
Pasal 1 angka 2, Ibid.
51
Pasal 1 angka 2, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 39, Tambahan Lembaran Negara No. 4279.
Universitas Sumatera Utara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
52
5. Jaminan Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan.
53
6. Jaminan Kematian adalah tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat
kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang
ditinggalkan.
54
7. Jaminan Hari Tua adalah hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah
karena tidak lagi mampu bekerja.
55
8. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah pemeliharaan kesehatan
dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di
bidang penyembuhan kuratif.
56
9. Pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri ataupun bukan miliknya baik
52
Pasal 1 angka 16, Ibid.
53
Angka 1 Bagian Umum Penjelasan., Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Op. cit.
54
Angka 2 Bagian Umum Penjelasan., Ibid.
55
Angka 3 Bagian Umum Penjelasan., Ibid.
56
Angka 4 Bagian Umum Penjelasan., Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang berkedudukan di wilayah Indonesia maupun yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
57
10. Program JAMSOSTEK adalah Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan
Kematian JK, Jaminan Hari Tua JHT, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK.
11. Fungsi JAMSOSTEK adalah untuk memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja berupa JKK, JK, JHT, dan JPK. 12.
Peran JAMSOSTEK adalah sebagai pelindung pekerja dan mitra pengusaha. 13.
Perlindungan hukum adalah berupa santunan uang dan pelayanan kesehatan. 14.
Hambatan JAMSOSTEK adalah hal-hal yang dapat menurunkan jumlah kepesertaan JAMSOSTEK terhadap perusahaan maupun tenaga kerja. Hal-hal
tersebut dapat berupa faktor eksternal dan internal dari PT. Jamsostek Persero itu sendiri.
F. Keaslian Penelitian