atas antara proses metamorfosa dan pelelehan batuan belum ditemukan hingga saat ini. Sekali batuan mulai mencair, maka proses perubahan
merupakan proses pembentukan batuan beku. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal batuan beku, sedimen, metamorf
yang mengalami perubahan temperature T, tekanan P, atau Temperatur
T dan Tekanan P secara bersamaan yang berakibat pada pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.
8
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan beku atau batuan metamorf yang
mengalami perubahan tekanan dan temperatur pada saat batuan itu terbentuk sampai berubah menjadi batuan metamorf.
d. Pengertian Mineral
Kulit bumi bagian terluar atau kerak bumi disusun oleh zat padat yang sehari-hari kita sebut batuan. Sedangkan batuan meliputi
segala macam materi yang menyusun kerak bumi, baik padat maupun lepas seperti pasir dan debu. Umumnya batuan
merupakan ramuan beberapa jenis mineral. Dan mineral adalah suatu zat fasa padat dari unsur kimia atau persenyawaan
kimia yang dibentuk oleh proses-proses anorganik, dan mempunyai susunan kimiawi tertentu dalam suatu penempatan
atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur Kristal.
9
Adapun dari sumber lain,
10
“Mineral didefinisikan sebagai bahanzat anorganik padat yang homogen, terbentuk di alam dan
mempunyai susunan kimia dan sistem kristal tertentu ”. Beberapa
contoh mineral dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Contoh Mineral
Komposisi Kimia Sistem Kristal
Nama Mineral Ca Co
3
Rombohedral Kalsit
PbS Isometrik
Galena
8
Ibid, h. 87
9
Setia, Doddy Graha, Batuan dan Mineral. Bandung: Nova, 1987, h. 145.
10
Geological Handbook “Dasar-Dasar Geologi” http:wingmanarrows.wordpress.com
di akses pada tanggal 15 April 2014
Fe
2
O
3
Rombohedral Hematit
Fe
2
O
4
Isometrik Magnetit
NaCl Isometrik
Halit CaSO
4
Ortorombik Anhidrit
CaSO
4
. 2H
2
O Monoklin
Gipsum C
Isometrik Intan
C Heksagonal
Grafit FeS
2
Isometrik Pyrit
FeS Heksagonal
Pyrotit Ada bahan lain yang tidak dapat disebut sebagai mineral, misalnya:
SiO
2
opal, karena amorf, C batubara, karena merupakan bahan organik, H
2
O air, karena bukan benda padat. Mineral dapat merupakan bahan berhargabahan tambang seperti:
Cu
5
FeS
4
bornit, merupakan bijih tembaga, CuFeS
4
kalkopirit, merupakan bijih tembaga, Fe
2
O
3
hematit, merupakan bijih besi, Fe
3
O
4
magnetit, merupakan bijih besi, dan lain-lain. Atau dapat merupakan gangue pengotor bahan tambang dibuang, misalnya : SiO
2
kuarsa, pada tambang timah, FeS
2
pirit, pada tambang tembaga, emas, Na-Ca Si
3
O
8
felspar, pada tambang timah primer, dan lain-lain.
e. Tahap Eksplorasi
Dalam Standar Nasional Indonesia: Pedoman Pelaporan, Sumberdaya,
dan Cadangan Mineral Tahap eksplorasi Exploration Stages adalah
urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut : Survai tinjau, Prospeksi, Eksplorasi Umum dan
Eksplorasi Rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi pemineralan mineralization, menentukan ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari pada suatu endapan mineral untuk
kemudian dapat
dilakukan analisakajian
kemungkinan dilakukannya investasi.
Survai Tinjau Reconnaissance adalah tahap eksplorasi untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, di
antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak
langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya
dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama.
Prospeksi Prospecting adalah tahap eksplorasi dengan jalan
mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi
singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi
kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika.
Eksplorasi Umum General Exploration adalah tahap eksplorasi
yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan
jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa
dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyeledikan tak langsung. Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan
mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya
dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan.
Eksplorasi Rinci Detailed Exploration adalah tahap eksplorasi
untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor,
shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari
endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah bulk sampling mungkin di
perlukan.
Laporan Eksplorasi Exploration Report adalah dokumentasi
mutakhir dari setiap tahap eksplorasi yang menggambarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas endapan mineral. Laporan tersebut
memberikan status mutakhir mengenai sumber daya mineral yang dapat digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi berikutnya atau studi
kelayakan tambang.
11
Macam-Macam Bahan Galian
Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Galian meyatakan sebagai berikut:
A. Golongan A bahan galian strategis:
1. minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam.
2. bitumen padat, aspal.
3. antrasit, batubara, batubara muda.
4. uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip
lainnya. 5.
nikel, kobalt. 6.
timah B.
Golongan B bahan galian vital. 1.
besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan. 2.
bauksit, tembaga, timbal, seng. 3.
emas, platina, perak, air raksa, intan. 4.
arsin, antimon, bismut.
11
Standar Nasional Indonesia: Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan Mineral https:www.academia.edu6407945STANDAR_NASIONAL_INDONESIA_Klasifikasi_Sumbe
rdaya_Mineral_dan_Cadangan , di akses pada tanggal 13 September 2014
5. yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya.
6. berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa.
7. kriolit, fluorpar, barit.
8. yodium, brom, khlor, belerang.
C. Golongan C bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B.
1. nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu halite.
2. asbes, talk, mika, grafit, magnesit.
3. yarosit, leusit, tawas alum, oker.
4. batu permata, batu setengah permata.
5. pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit.
6. batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap
fullers earth. 7.
marmer, batu tulis. 8.
batu kapur, dolomit, kalsit. 9.
granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a amupun golongan b
dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
12
f. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kajian beberapa penelitian yang telah dilakukan para penulis sebelumnya yang sama-sama fokus
permasalahan yang berkaitan dengan Identifikasi Sumberdaya Mineral sebagai berikut:
1. Muhammad Nafi’an dalam Identififikasi Mineral Bijih Besi Blok
Utara dan Menggunakan Metode Induced Polarization Ip di Daerah Oku Selatan Sumatera Selatan. Memberikan kesimpulan
bahwa salah satu metode geolistrik yang paling efektif untuk menentukan keberadaan kandungan mineral bijih besi yaitu dengan
12
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Galian
menggunakan metode Induced Polarization IP. Metode IP adalah proses polarisasi listrik yang terjadi pada permukaan logam serta
untuk mengetahui pola penyebarannya secara horizontal dan vertical berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan
konfigurasi wenner, hasil pengolahan data dan pemodelan 2D dengan menggunakan software Res2Dinv menggambarkan
distribusi nilai chargebilitas dan nilai resistivitas, sehingga memudahkan
dalam interpretasi
data, khususnya
untuk mengidentifikasi kandungan bijih besi di daerah Pulau Beringin.
Untuk dapat diketahui teridentifikasi akan adanya mineral bijih besi dan nilai chargebilitasnya lebih tinggi dibandingkan nilai
resistivitasnya, dari 8 delapan jalur blok utara penelitian hanya satu yang terdapat indikasi akan keberadaan mineral bijih besi
yaitu pada titik K.17 tapi tidak signikan karena tidak didukung dengan nilai chargebilitas yang tinggi dan nilai resistivitas yang
rendah pada jalur lain.
g. Kerangka Berfikir
Identifikasi jenis-jenis batuan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat merupakan salah satu cara mengetahui keterdapatan potensi jenis-
jenis batuan tersebut dari lokasi dan persebarannya sehingga dapat menginventariskan potensi jenis-jenis batuan yang ada di daerah tersebut,
menjadi modal untuk pembangunan daerah tersebut dengan ketersediaan sumber daya mineral dalam batuan tersebut. Dalam kerangka berfikir ini
identifikasi jenis-jenis batuan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat merupakan salah satu cara untuk menginventariskan potensi jenis-
jenis batuan yang ada di daerah tersebut.
Alur Penelitian Ekspedisi NKRI
Koridor Sulawesi 2013
Sub Korwil VIMamuju
Tim Peneliti Geologi
Penentuan Rencana
Kegiatan Geologi
Pengambilan Data Lapangan • library research
• field research • wawancara
• observation • dokumentasi
Data Hasil Lapangan
Pengolahan Data •pengumpulan data
•reduksi data •penyajian data
•penarikan kesimpulan
Interpretasi Hasil
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat pada kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013, mulai dari
Maret – Juni 2013. Kabupaten Mamuju terletak pada koordinat antara 0
53’ 10’ sampai 2 54’ 52’ Lintang Selatan dan 118
54’ 47’ sampai 120 05’ 35’ Bujur Timur.
1
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Adapun penelitian sampai penulisan skripsi dilakukan pada Tahun 2013
sampai 2014. Seperti pada Tabel 3.1.
1
Kabupaten Mamuju http:tomandar.mywapblog.comkabupaten-mamuju.xhtml di akses pada tanggal 5 April 2014
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Palu Geologi 2.
Kompas Geologi. 3.
Komparator 4.
Pita ukur 5.
Kamera digital 6.
Laptop 7.
Buku catatan 8.
Pulpen 9.
Pensil 10.
Penggaris 11.
Global Potition System GPS 12.
Loop 13.
Magnet
No. Keg
iatan Bulan 2013 sd 2014
F eb
ru ar
i M
ar et
A p
ri l
M ei
Ju n
i Ju
li A
g u
st u
s S
ep te
m b
er N
o v
emb er
D esem
b er
Jan u
ar i
F eb
ru ar
i M
ar et
A p
ri l
M ei
1 Penyusun
Rencana Penelitian
2 Penelitian
3 Proposal
Penelitian 4
Seminar Proposal
5 Penulisan
Skripsi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
HCL 2.
Peta Provinsi Sulawesi Barat
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan survey. Pendekatan survey adalah salah
satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak.
2
Van Dalen mengatakan bahwa “survey merupakan bagian dari studi
deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan status, fenomena gejala dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar
yang sudah ditentukan ”. Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun
kelompok
3
. D.
Objek Penelitian
Menurut Arikunto
4
mengemukakan pengertian objek penelitian sebagai berikut:
“Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian
”. Objek penelitian disini adalah batuan dan kandungan mineralnya di
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.
2
Metode Penelitian
Survei http:elfiraismy.wordpress.com20091109metode-
penelitian-survei di akses pada tanggal 10 April 2013
3
Metode Penelitian Survey http:id.scribd.comdoc85350577Metode-Penelitian-Survey
di akses pada tanggal 9 September 2014
4
Arikunto 2001:29.
E. Jenis dan Sumber Data
Penulisan melakukan berbagai jenis dan pengumpulan data yang bertujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data tersebut
terbagi menjadi dua jenis, yaitu : a.
Data Primer Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada Ir.
Nurdin Ashat, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Geologi Pertambangan Yayasan Punggawa Malolo Mamuju di Kabupaten Mamuju dan beliaupun
merupakan salah satu ahli geologi dari Mamuju merupakan Alumni jurusan Geologi Universitas Hasanuddin Makassar, mengenai jenis-jenis batuan
dengan kandungan mineral di Kabupaten Mamuju. b.
Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari kajian pustaka dan sebagai pendukung dari
data primer seperti artikel, koran, majalah, sebagai sumber tertulis lainnya yang dibahas dalam penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Library Research studi kepustakaan, digunakan untuk melihat dan
mempelajari buku-buku, literatur-literatur dan bahan referensi lainnya sebagai sumber untuk menguraikan landasan teoritis dari
skripsi ini. 2.
Field Research studi lapangan, digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data dari lapangan. Yang dalam pelaksanaannya
digunakan3 tiga instrumen penelitian, yaitu: