17
lingkungan kerja audit. Hal ini menghasilkan dugaan bahwa makin tinggi lokus kendali eksternal individu, semakin mungkin mereka menerima penyimpangan
perilaku dalam audit. Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang
berbeda bias mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karier dari pada eksternal, mereka
cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagai tambahan, internal dilaporkan
memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada eksternal Baron Greenberg, 1990
dalam Kartika dan Provita, 2007.
B. Pengalaman Auditor
Proporsi tentang pertimbangan profesional dalam akuntansi menunjukkan bahwa pengalaman memunculkan suatu struktur pengetahuan
yang sistematik dan abstrak, yang diperoleh dalam memori lama. Struktur pengetahuan memberikan suatu petunjuk bagi proses pertimbangan dan respon
terhadap situasi yang timbul dalam proses audit. Tsul dan Gul 1996 dalam Intiyas, dkk 2007 dengan pengalaman kerja dalam kurun waktu empat tahun,
maka akuntan publik dianggap telah berpengalaman untuk menghadapi konflik audit.
Libby dan Frederick 1990 dalam Intiyas, dkk 2007 menemukan bahwa semakin banyak pengalaman akuntan publik maka semakin dapat
18
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Dalam hal pengalaman, penelitian di bidang psikologis yang telah dikutip oleh
Jeffrey dan Weatherholt 1996 dalam Intiyas,dkk 2007 memperlihatkan bahwa seseorang yang banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif
memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembankan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa
tersebut. Pengalaman langsung dari pengalaman masa lalu akan menentukan dan mengarahkan seseorang dalam setiap perilakunya.
Pengalaman merupakan suatu hal yang diperoleh dari sebuah kejadian yang sudah dilalui. Bagi seorang auditor pengalaman adalah banyaknya tugas
dan jam kerja yang sudah dijalani sebagai seorang auditor. Pengalaman bagi seorang auditor sangat mendukung dalam membantu mengatasi persoalan dan
membuat keputusan. Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam
berbagai penelitian. Herliansyah dan Ilyas 2006 menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan
terhadap suatu pekerjaan atau tugas job. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan
peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh dalam risetnya menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut, hal ini karena menurut Ashton
19
1991 dalam Herliansyah danb Ilyas 2006 sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar.
Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi
akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan professional dan pengalaman dalam kinerja auditor :
“The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not
include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”.
Menurut Butts dalam Herliansyah dan Ilyas 2006 mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik
dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al 1998 dalam Herliansyah
dan Ilyas 2006 yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
C. Komitmen Profesional