19
1991 dalam Herliansyah danb Ilyas 2006 sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar.
Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi
akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan professional dan pengalaman dalam kinerja auditor :
“The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not
include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”.
Menurut Butts dalam Herliansyah dan Ilyas 2006 mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik
dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al 1998 dalam Herliansyah
dan Ilyas 2006 yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
C. Komitmen Profesional
Komitmen dalam hubungan antara penyedia jasa dan klien telah didefinisikan sebagai ikatan, baik secara implisit maupun eksplisit, atas
keberlangsungan hubungan antara pasangan dalam pertukaran, yang berimplikasi pada keinginan masing-masing untuk menciptakan manfaat
jangka panjang Dwyer et al., 1987 dalam Ratmono dan Hendro 2006. Demikian pula dengan Moorman et al. 1999 dalam Ratmono dan Hendro
2006 mendefinisikan komitmen sebagai keinginan yang abadi dalam
20
mempertahankan hubungan nilai yang ada. Sedangkan, Anderson Weitz 1992 dalam Ratmono dan Hendro 2006 menjelaskan komitmen sebagai
keinginan untuk mengembangkan hubungan yang stabil dan keinginan untuk memberikan pengorbanan jangka pendek dalam rangka memelihara hubungan
dan percaya pada stabilitas hubungan. Komitmen profesional dapat diartikan sebagai intensitas identifikasi
dan keterlibatan individu dengan profesi tertentu. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai
moral dan etika Modway et al., 1979 dalam Intiyas, dkk 2007 . Aranya et al. 1981 dalam Intiyas, dkk 2007 mendefinisikan komitmen sebagai suatu
keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai organisasi atau profesi, kemauan untuk memainkan upaya tertentu atas nama organisasi atau profesi, dan gairah
untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi atau profesi. Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada
profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut Larkin 1990, Wibowo 1996 dalam Aziza dan Andi 2008, mengungkapkan bahwa tidak
ada hubungan antara pengalaman internal auditor dengan komitmen profesionalisme,
lama bekerja
hanya mempengaruhi
pandangan profesionalisme, hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap
peraturan profesi dan pengabdian pada profesi. Hal ini disebabkan bahwa semenjak awal tenaga profesional telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas
yang kompleks secara independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi
21
mereka secara profesional. Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal
adalah kesediaan menerima tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab ini
secara efektif, auditor perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan memiliki standar praktik pelaksanaan pekerjaan yang handal.
Komitmen profesional merupakan suatu tanggung jawab, ikatan, loyalitas, pengorbanan, keterlibatan seorang individu dalam organisasinya.
Komitmen juga menjadi acuan dalam menjalankan pekerjaan, hal ini dikarenakan jika kita memiliki komitmen yang kuat dengan organisasi kita,
maka kita akan menjaga sikap dalam mengambil tindakan. Komitmen profesional pada dasarnya dapat dijadikan gagasan yang
mendorong motivasi seseorang dalam bekerja. Gibson et. al 1993 : 94 dalam Wijayanti 2008 mengutarakan bahwa motivasi adalah suatu konsep yang kita
gunakan jika kita menguraikan kekuatan-kekuatan yang bekerja terhadap atau di dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku. Motivasi
juga dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu
atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu
karena ingin
mencapai tujuan
yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Meskipun
bukan satu-satunya determinan tetapi motivasi dapat dikatakan sebagai determinan yang penting bagi prestasi seorang individu. Komitmen
profesional akan mengarahkan pada motivasi kerja secara profesional juga.
22
Seorang profesional yang secara konsisten dapat bekerja secara profesional dan dari upayanya tersebut mendapatkan penghargaan yang sesuai, tentunya akan
mendapatkan kepuasan kerja dalam dirinya. Oleh karena itu, motivasi tidak dapat dipisahkan dengan kepuasan kerja yang seringkali merupakan harapan
seseorang Trisnaningsih, 2004 dalam Wijayanti 2007. Komitmen profesional dapat diartikan sebagai identitas identifikasi
dan keterlibatan individu dengan profesi tertentu. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai
moral dan etika Modway et al, 1979 dalam Intiyas dan Yefta 2007. Komitmen profesional digambarkan sebagai suatu format fokus karir pada
komitmen pekerjaan yang menekankan pentingnya suatu profesi di masa hidup seseorang. Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi
individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesional yang tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang tinggi dalam tujuan
profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas nama profesi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam profesi Mowday
dkk,1979 dalam Faisal, 2007. Secara khusus, komitmen profesi yang tinggi seharusnya mendorong auditor ke perilaku yang sesuai dengan kepentingan
publik dan menjauh dari perilaku yang membahayakan profesi. Menurut Lord dan DeZoort 2001 dalam Faisal 2007 auditor
dengan komitmen profesi yang tinggi akan berperilaku selaras dengan kepentingan publik dan tidak akan merusak profesionalismenya. Sebaliknya
auditor dengan komitmen profesi yang rendah akan berpotensi untuk
23
berperilaku disfungsional misalnya mengutamakan kepentingan klien. Dengan demikian dalam penelitian ini diprediksikan bahwa auditor dengan
komitmen profesi yang tinggi akan mempertahankan perilaku yang menyimpang dibandingkan dengan auditor dengan komitmen profesi yang
rendah. Auditor dengan strong beliefs dan taat pada standar profesi akan menghindari perilaku yang tidak etis seperti menghapus salah saji dari laporan
keuangan.
D. Etika Profesional