Metodologi karya Muljanto Sumardi; Linguistik Terapan oleh Mansur Pateda; Linguistik Edukasional; Metodologi Pembelajaran Bahasa
Analisis Konstrastif dan Analisis Kesalahan Berbahasa karya Daniel Jos Parera dan buku terjemahan Paul Ohoiwutun; Sosiolinguistik;
Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan.
3. Metode Analisis
Berdasarkan uraian permasalahan, penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan, mencatat, mengarah, dan menginterpretasikan data, sehingga
didapati berbagai fakta dan keterangan yang nyata. Oleh sebab itu, metode dalam penelitian ini menggunakan deskriptif-analisis. Dengan ungkapan lain,
bahwa dalam penelitian ini mencoba untuk menggambarkan objek pembahasan dengan penyertaan analisis kualitatif tentang upaya membelajarkan siswa
berbahasa Arab dengan pendekatan CTL di MAN 8. Ada beberapa langkah yang harus digunakan dalam metode deskriptif-
analisis, yaitu dengan mengumpulkan data sebagai langkah pertama yang berhubungan dengan kajian pembahasan kemudian dianalisis, setelah itu data
diinterpretasikan dan sebagai langkah terakhir adalah langkah menarik kesimpulan.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, data tersebut diolah. Dalam menganalisa data
23
dilakukan secara kontinuitas dan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Yaitu peneliti akan melakukan analisis data
pada saat pengumpulan data dalam bentuk catatan supaya peristiwa yang diteliti dapat dideskripsikan secara utuh, objektif dan sistematis.
23
Analisis data adalah suatu proses investigasi secara sistematis terhadap pedoman interview, catatan lapangan, dan data-data lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap data-data tersebut supaya dapat dinterpretasikan kepada orang lain. Analisis data juga dapat disebut dengan pengolahan data, ada pula yang menyebut sebagai data
preparation. Lih. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta; Rineka Cipta, 1991, h. 191
BAB II TEORI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL
Dalam wacana pendidikan ada dua tataran penting yang selalu bersinggungan namun sesungguhnya bekerja secara bersamaan dan bersinergi, yakni tataran teoritis
dan praktis. Konsep teoritis ini biasanya disusun oleh professional pendidikan dan para pengamat pendidikan yang mengujicobakan satu teori dengan teori lainnya,
sedangkan praktisi pendidikan adalah guru-guru yang berhubungan langsung dengan aktivitas belajar mengajar dalam kelas. Tataran teoritis dan praktis ini seyogyanya
berjalan beriringan agar dengan mudah dievaluasi hasilnya, tetapi realitasnya, wacana teoritis selalu cepat berubah-ubah dan praktik di lapangan berjalan di tempat.
Beberapa tahun belakangan ini, berbagai konsep teoritis sudah muncul, tetapi kesiapan di lapangan belum direncanakan dengan baik. Quantum Learning, Ambak,
Active Learning dan Contextual Learning menjadi populer dengan cepat, tetapi teknik mengajar berbasis teori-teori tersebut belum terlihat jelas. Saat pendidikan bermula di
Yunani, metode ceramah adalah metode yang dianggap tepat untuk mendidik dan mengajar peserta didik.
24
Padahal, teori-teori ini muncul dari hasil penelitian yang cukup panjang dengan berupaya untuk memperbaharui metode-metode lama yang diasumsikan
sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui pembaharuan-pembaharuan inilah, perjalanan mutu dan kualitas bangsa disusun dan direncanakan untuk
kemudian dibimbing menjadi lebih baik. Tapi apalah artinya teori-teori tersebut, jika pada praktiknya tidak sejalan dengan teorinya. Sehingga setiap upaya sosialisasi
teori-teori tersebut menjadi keharusan dan pengetahuan mengenai perbedaan antara teori terbaru dengan teori-teori sebelumnya menjadi pekerjaan terpenting agar setiap
24
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia; Berbagai Pendekatan, Metode Teknik dan Media Pengajaran, Bandung, Pustaka Setia, tt, h. 94