Studi Kelayakan Pengertian Judul

Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009

2.1 Pengertian Judul

Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang pengertian judul proyek. − Pabrik 1 − Kertas adalah tempat memproduksi barang-barang, alat memproduksi dengan memakai mesin yang canggih. 2 − Daur ulang adalah substansi material yang diolah dari kayu melalui serangkaian proses sehingga menjadi lembaran yang dapat ditulis atau digunakan. 3 − Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara. adalah pemulihan dan pengolahan sebuah produk yang telah digunakan menjadi sumber daya semula atau produk yang baru, untuk dapat digunakan kembali setelah mendapatkan perlakuan khusus. Jadi, Pabrik Kertas Daur Ulang di Kota Medan adalah fasilitas kegiatan mengolah kembali material lembaran kertas yang sebelumnya telah digunakandikonsumsi sehingga dapat dipakai kembali untuk digunakan berikutnya, dengan pembangunan ditempatkan pada ibukota Provinsi Sumatera Utara.

2.1.1 Studi Kelayakan

Dengan bertambahnya penduduk di Kota Medan lihat Tabel 2.1 dengan pertumbuhan rata-rata penduduk per tahun 0.75, maka sampah yang dihasilkannya pun akan bertambah pula seiring dengan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat lihat Tabel 2.2. Ditambah dengan kemampuan untuk mengelola sampah dengan baik dan benar berdasarkan pengetahuan yang sebetulnya relatif minim. Penanganannya pun dipahami hanya sebatas urusan memindahkan, membuang, dan memusnahkan dengan cara yang sangat tidak aman dan cenderung mencemari lingkungan. Sampah baru menjadi perhatian belakangan ini setelah timbulnya ledakan kasus dan bencana, seperti terjadi di Bantargebang, Bojong Gede, dan Leuwi Gajah 4 Tahun . Tabel 2.1 Jumlah penduduk Kota Medan 1995-2005 Jumlah Kenaikan Persentase 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia http:kbbi.web.id. Diakses pada 17 Maret 2008. 2 http:www.dictionary.com. Diakses pada 17 Maret 2008 3 Ibid. 4 Ali Anwar. 25 November 2004. Konflik Sampah Lemahnya Manajemen Persampahan. http: www.tempointeraktif.comhgnarasi20041125nrs,20041125-06,id.html . Diakses pada 21 Pebruari 2008. Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1.888.305 1.895.315 1.899.028 1.901.067 1.902.500 1.904.273 1.926.520 1.963.882 1.993.602 2.006.142 2.036.142 - 7.010 3.713 2.039 1.433 1.773 22.247 37.362 29.720 12.540 30.000 - 0.37 0.20 0.11 0.08 0.09 1.15 1.90 1.49 0.63 1.47 Sumber: BPS Kota Medan. Medan dalam Angka 2006 Tabel 2.2 Jumlah prediksi sampah Kota Medan 2006-2016 Tahun Jumlah Jumlah sampah kota Akumulasi sampah 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2.051.413 2.066.799 2.082.300 2.097.917 2.113.651 2.129.504 2.145.475 2.161.566 2.177.778 2.194.111 2.210.567 1.025.707 1.033.399 1.041.150 1.048.958 1.056.826 1.064.752 1.072.737 1.080.783 1.088.889 1.097.056 1.105.283 - 2.059.105 3.100.255 4.149.214 5.206.039 6.270.791 7.343.529 8.424.312 9.513.200 10.610.256 11.715.539 Sumber: Hasil olah data primer Menurut Sudrajat 2006:6 , adapun faktor-faktor yang mendorong perlunya perhatian serius terhadap sampah kota sebagai berikut : − Volume sampah semakin bertambah, tidak diikuti dengan pertumbuhan volume atau daya tampung tempat pembuangan sampah akhir TPA dan sarana pendaurulangan. − Lahan TPA mengalami penurunan kuantitas karena adanya perubahan tata guna lahan. − Belum memadainya teknologi pengolahan sampah yang optimal sehingga percepatan peningkatan volume sampah lebih besar dari pengolahannya. − Adanya beragam jenis dan komposisi dari sampah yang berbaur tanpa adanya pemisahan jenis dan jumlah. − Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat. − Pengelolaan sampah yang ada sekarang ini belum dirasakan memberikan dampak positif kepada lingkungan dan masyarakat. Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009 − Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya sampah. − Kota Medan tidak lagi memperoleh piala penghargaan Adipura tahun 2007 menunjukkan masalah kebersihan semakin parah di fasilitas publik 5 . Kota Medan juga mengalami kebanjiran walau hujan turun selama satu jam. Fakta menunjukkan saluran drainase kota tertumpuk sampah 6 Pendekatan yang baik dalam pengelolaan sampah adalah dikuranginya produk sampah yang akan dikirim ke tempat pengolahan akhir, dengan cara, antara lain, penerapan 4R replace, reduce, reuse, recycling. Pengelolaan sampah dipahami sangat sektoral, yakni hanya dikelola oleh Dinas Kebersihan saja, dan berorientasi keproyekan. Hal ini diperparah oleh suatu pemahaman bagaimana menarik dana sebanyak mungkin dari retribusi sampah. Fakta-fakta empirik yang menunjukkan bahwa sampah ternyata dapat menjadi lahan bisnis yang menguntungkan dan mampu memberi kesempatan kerja, khususnya kepada orang-orang yang tidak masuk di pasar kerja formal dan informal lainnya. Model pengelolaan sampah di Indonesia dibagi atas dua model, yaitu model urugan dan model tumpukan. Model urugan adalah model yang paling sederhana. Cara kerjanya, sampah dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan atau model buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu bila tidak ada permukiman di bawahnya, tidak menimbulkan polusi udara, polusi pada air sungai, longsor, atau estetika. Model ini dilakukan umumnya pada suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar. Indonesia pada umumnya tidak memiliki manajemen pengelolaan sampah yang baik, dari segi pembuangan dan pendaurulangan. Pemerintah hanya menyediakan lahan sebagai perhentian sampah terakhir. Sehingga belum ada fasilitas pendaurulangan yang bersifat urban. Hanya sedikit ditemui pendaurulangan yang sifatnya komunitas atau rumahan. . Penanganan sampah Kota Medan khususnya telah mengalami titik kulminasi yang meresahkan semua elemen masyarakat. 5 Nurudin Jauhari. 2 Juli 2007. Medan 417 dan Masalah. http:beritasore.com20070702medan-417-dan-masalah . Diakses pada 22 November 2007. 6 Ibid. Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009 Di negara luar telah ada kebijakan pemerintah kota untuk mengatur manajemen sampah, khususnya dilakukan oleh negara-negara Eropa, Australia, Austria, Selandia Baru, dan Jepang. Jepang, misalnya, memprakarsai rencana pengurangan timbunan sampah sebanyak 75 dan berprogram 3R reduce, recycle, dan reuse. Masyarakatnya sendiri telah menyadari tanggung jawab masing-masing dengan mengolah sendiri sampah rumah tangganya, dengan cara memisahkan sampah yang organik dengan anorganik. Pemerintah juga menyediakan tempat sampah di lokasi publik dan strategis. Hal ini didukung juga dengan konstruksi tempat sampah yang mempermudah pengangkutan oleh truk ke lokasi pengolahan. Adapun metoda pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan di lokasi TPA adalah metoda open dumping yaitu sampah yang masuk ke Tempat Penampungan Akhir TPA tanpa melalui proses tertentu langsung diserakkandipaparkan di lokasi TPA. Sebelum dilakukan pembuanganpemaparan sampah terlebih dahulu lokasi TPA yang ada dibagi dalam beberapa zona agar pembuanganpemaparan sampah menjadi teratur, misalnya sampah yang masuk ke TPA dipaparkanditimbun di satu zona tertentu, apabila zona tersebut telah penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona yang baru demikian seterusnya. Berdasarkan laporan Dinas Kebersihan dalam buku Manajemen Persampahan Kota Medan, dapat dihitung estimasi timbulan sampah Kota Medan: Tabel 2.3 Perhitungan produksi kertas Rasio timbulan sampahjiwahari = 0.6 kg Total timbulan sampah yang dilayani = 1087 tonhari Persentase jumlah sampah kertas per hari = 17.5 Dinas Kebersihan = 1087 tonhari x 17.5 = 191 tonhari Pemasokbandar = 20 lapak 0.12 tonhari = 2.4 tonhari Total jumlah = 193.4 tonhari Kertas lama Pulp Kertas baru 1100 kg 600 kg 1000 kg 1 611 1011 Pembagi 11 merupakan koefisien konstan dalam perhitungan neraca, mesin, dan kimia bagi daur ulang kertas ini. Artinya yang dapat diproses adalah kelipatan faktor 11. 187 ton 11x17193.4 ton198 11x18 ton Maka yang mampu diproses adalah 187 ton dengan sisa 6.4 ton 187 ton 187 ton x611 = 102 ton 187 ton x 1011 = 170 ton Harga kertas dunia per tahun 2005 = US800ton Maka pendapatan kotor pabrik daur ulang kertas di Medan per hari = 170 ton x US800ton = US136.000 ≈ Rp 1.224.000.000 Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009 Sumber: Hasil olah data primer Pendaurulangan kertas memiliki hal yang positif bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Beberapa keuntungan daur ulang 7 − Meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan pabrik manufaktur. : − Mengurangi kebutuhan akan landfill dan incineration, yang membutuhkan lahan luas, bahan bakar fosil, dan polusi udara. − Mencegah timbulnya pencemaran yang disebabkan dari pembuangan sampah yang tidak terolah. − Menghemat energi dalam pabrik manufaktur, transportasi, dan pembuangan sampahnya. − Mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. − Melindungi sumber daya alam alamiah seperti kayu, air, dan bahan bakar fosil. − Meningkatkan kesinambungan sustainable lingkungan bagi generasi masa depan. − Perhitungan yang dilakukan beberapa negara yang menerapkan pengolahan sampah dengan daur ulang menunjukkan bahwa daur ulang mengurangi 49 sampah padat, 43 total konsumsi energi, 70 emisi gas rumah kaca, 90 emisi pencemaran udara, 40 emisi partikulat, dan 100 emisi unsur halogen organik di dalam air. Penemuan komputer semula diperkirakan akan mengurangi konsumsi kertas. Namun kenyataannya, konsumsi kertas dunia terus meningkat seiring meningkatnya penggunaan komputer. Yang lebih mungkin terjadi adalah kertas dan komputer tak terpisah satu sama lain, tapi saling melengkapi. Jika diperhatikan tingkat kemakmuran penduduk Indonesia masih jauh dari kemampuan memiliki dan menggunakan komputer. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 mengatakan ada 35 juta rakyat Indonesia yang sampai kini masih berada di bawah garis kemiskinan dibandingkan dengan 220 juta rakyat Indonesia 8 7 USA Environmental Protection Agency. Januari 1998. Puzzled about Recycling’s Value? Look Beyond The Bin. Diakses pada 5 September 2007. http:www.epa.govosw 8 Rrana Akbari Fitriawan. 12 Juli 2005. Presiden: 35 Juta Orang di Bawah Garis Kemiskinan. Diakses pada 5 Pebruari 2008. http:www.tempointeraktif.com . Garis kemiskinan ini merambat naik Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009 pula sebesar 18.39 pada tahun 2006 9 . Artinya masih sulit untuk membayangkan kota dan desa di Indonesia yang tidak mempergunakan kertas. Pada pabrik kertas biasa berbeda proses dengan pabrik kertas daur ulang. Sumber: TAPPI 10 Gambar 2.1 Proses pabrik kertas biasa Sumber: TAPPI Gambar 2.2 Proses pabrik kertas daur ulang

2.1.2 Sistem Pendaurulangan Kertas