Sejarah Sabun Saponifikasi TINJAUAN PUSTAKA

Ade Friadi Lubis : Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Padat Dari RBDPs Refined Bleached Deodorized Palm Stearin Dengan Kapasitas 600.000 TonTahun, 2009.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Sabun

Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu. Sekitar tahun 2800 SM para ahli arkeologi dari kota Babylonia kuno menemukan bejana dari tanah liat yang didalamnya terdapat sabun. Pada tahun yang sama yaitu sekitar tahun 2800 SM, orang Mesir kuno sudah mandi dengan menggunakan sabun. Hal ini diketahui dari dokumen Ebers Papyrus tentang orang Mesir, yaitu tahun 1500 SM yang mengatakan bahwa sabun yang mereka pakai pada saat itu berasal dari campuran minyak hewan dan minyak tumbuhan dengan campuran garam. Mereka menggunakan sabun selain untuk mandi juga untuk perawatan kulit. Pabrik sabun pertama kali berdiri pada abad ke – 7 di negara Eropa Italia, Spanyol, dan Perancis. Dalam proses pembuatannya mereka dijaga ketat oleh tentara, karena formulanya di anggap rahasia. Kemudian sekitar tahun 1608 pembuatan sabun dikembangkan oleh negara Amerika. Sabun pertama kali dipatenkan pada tahun 1791 oleh seorang kimiawan dari Perancis yang bernama Nicholas Leblanc. Dimana pada saat itu Leblanc membuat Ade Friadi Lubis : Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Padat Dari RBDPs Refined Bleached Deodorized Palm Stearin Dengan Kapasitas 600.000 TonTahun, 2009. sabun dari soda abu atau nama kimianya Natrium Karbonat dari garam. Setelah Leblanc berhasil membuat sabun dari soda abu, lalu teman Leblanc yang berasal dari negara Perancis membuat sabun dari lemak, gliserin dan asam lemak. Setelah itu seorang ahli kimia berkebangsaan Belgia, bernama Ernest Solvay membuat sabun secara modern dengan proses amonia. Pada abad ke -19 sabun menjadi barang yang mahal, sehingga dikenakan pajak yang tinggi. Kemudian setelah pajak untuk memproduksi sabun dan biaya produksi sabun semakin murah, sabun menjadi suatu hal yang umum bagi masyarakat karena produksi sabun semakin meningkat dan berkembang. Setelah itu pada tahun 1970an sabun cair ditemukan.

2.2. Saponifikasi

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah misalnya NaOH. Sabun terutama mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat . Adapun jenis – jenis reaksi saponifikasi adalah sebagai berikut : O O 1. 2R C OH + NaOH 2R C ONa + H 2 O Soda Kaustik Sabun Keras Air O O 2. 2R C OH + KOH 2R C OK + H 2 O Kalium Oksida Sabun Lunak Air O O 3. 2R C OH + Na 2 CO 3 2R C ONa + H 2 O Natrium Karbonat Sabun Air Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah natrium Ade Friadi Lubis : Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Padat Dari RBDPs Refined Bleached Deodorized Palm Stearin Dengan Kapasitas 600.000 TonTahun, 2009. NaOH, dan amonium NH 4 OH sehingga rumus molekul sabun selalu dinyatakan sebagai RCOONa atau RCOOK atau RCOONH 4 . Sabun natrium, RCOONa, disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam. Sedangkan sabun kalium RCOOK disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi. Didalam air, sabun bersifat sedikit basa. Hal ini disebabkan bagian rantai alkil sabun RCOO - mengalami hidrolisis parsial dalam air : RCOO - + H2O RCOOH + OH - Karenanya kulit akan terasa kering jika terlalu lama kontak dengan air yang mengandung sabun. Untuk mengatasi hal ini biasanya produsen – produsen sabun menambahkan sedikit pelembab moisturizer ke dalam sabun. Jika didalam air terdapat ion – ion Ca 2+ dan Mg 2+ baik dalam bentuk bikarbonat atau hidroksida, bagian alkil dari sabun ini akan di endapkan bersama dengan ion – ion logam tersebut : 2RCOO + Mg 2+ MgRCOO 2 2RCOO - + Ca 2+ CaRCOO 2 Akibatnya dibutuhkan relatif lebih banyak sabun sebelum bisa membuat air menjadi berbuih Petrucci, 1966. Dari segi pengolahan air maka sabun cukup efektif untuk mengendapkan ion – ion penyebab hardness ion Ca 2+ dan Mg 2+ dengan hanya meningkatkan ion Na 2+ . Sehingga pemakaian sabun untuk mengurangi hardness dalam pengolahan air perlu juga mendapat perhatian. Pemakaian sabun terutama berhubungan dengan sifat “surface active agent” dari sabun. Sabun bersifat dapat mengurangi tegangan permukaan yang dibasahi dibandingkan jika tanpa sabun. Selain itu sifat lain yang cukup penting adalah kemampuan molekul sabun dalam air membentuk emulsi. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan molekul sabun dalam mengikat kotoran yang melekat pada suatu permukaan kain. Sebuah molekul sabun dalam air akan terionisasi menjadi ion positif disebut bagian kepala berupa ion logam atau NH 4 dan ion negatif disebut bagian ekor berupa rantai alkil. Bagian ekor bersifat hidrofobik menjauhi molekul air dan Ade Friadi Lubis : Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Padat Dari RBDPs Refined Bleached Deodorized Palm Stearin Dengan Kapasitas 600.000 TonTahun, 2009. bagian kepala bersifat hidrofilik mendekati molekul air. Bagian ekor ini akan mencari permukaan tertentu misalnya kotoran lemak dan akan bergerombol mengelilingi permukaan tersebut membentuk “misel”. Sedangkan bagian kepala akan tetap kontak dengan molekul air sehinggga dengan demikian mencegah bagian ekor yang membentuk misel dari mengendap dan mencegah terbentuknya misel yang terlalu besar yang dapat mengendap secara gravitasi. Hasilnya kotoran dan molekul sabun akan tetap terdispersi dalam air Fessenden, 1963. Sebelum perang dunia II, sabun diperoleh dengan jalan mereaksikan lemak dengan kaustik soda didalam ketel – ketel besar atau kecil yang dilengkapi dengan pengaduk dan jaket uap. Proses ini dikenal dengan nama soap boilling operation dan berlangsung secara batc. Setelah perang dunia II, pembuatan sabun mulai dikembangkan melalui proses kontinu. Proses ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan sistem batch. Antara lain pemakaian energi lebih efisien dan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sabun lebih efisien Riegel, 1985. Saat ini, proses pembuatan sabun secara kontinu dilakukan dengan cara saponifikasi langsung trigliserida, saponifikasi metil ester asam lemak yang dikembangkan oleh Fuji cooperation Jepang dan netralisasi asam lemak yang dikembangkan oleh Mazzoni LB. Spesifikasi mutu sabun ditabulasi pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Spesifikasi mutu sabun Parameter Range Fraksi, Sabun 78 – 90 Unsafonified FFA 0 – 0,1 Impur ities non fatty matter 0 – 0,02 Moisture 10 – 15 Alkali bebas NaOH 0 – 0,03 NaCl 1,2 – 1,4 Gliserin 3 – 8 EDTA 0 – 0,3 Sumber : Riegel, 1985 Ade Friadi Lubis : Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Padat Dari RBDPs Refined Bleached Deodorized Palm Stearin Dengan Kapasitas 600.000 TonTahun, 2009. Sedangkan spesifikasi mutu sabun dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Stearin RBDPS yang akan diproduksi dalam pra rancangan ini ditabulasi pada Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 Spesifikasi mutu sabun dari bahan baku RBDPS Komponen Parameter Nilai Asam lemak 99,88 Air moisture 0,1 maks Impur ities non fatty matter 0,02 maks Titer o C 40 Iodine value 55 Acid value 255 – 270 Saponification value 190 – 202 Color, gardner, max 1 Sumber : Laporan Lab. PT. Pamina Belawan, 2004

2.3. Jenis - jenis Sabun