Mempergauli istri dengan baik

33 dengan mengerutkan dahi. 18 Dan apabila suami tidak menyenangi istrinya karena keaiban akhlak atau fisik mereka yang tidak menyenangkan, bersabarlah, karena Allah menjadikan kebaikan itu menyeluruh, menyangkut segala sesuatu, termasuk pada mereka yang tidak disukai itu. 19 Orang-orang saleh pernah berkata, Seorang istri itu laksana botol, maka penuhilah botol itu dengan minuman yang engkau sukai.. Orang saleh yang lain pernah berkata, .Dalam menghadapi seorang wanita, kita memerlukan sedikit humor, tutur kata yang lembut, melipur lara, dan perhatian yang cukup.. Juga diingat, tutur kata yang baik termasuk sedekah. Islam melarang suami melukai perasaan istri dengan perkataan. Karena hal itu yang akan membuka terjadinya pemukulan dan kekerasan lain oleh suami kepada istri, akibatnya istri akan tersakiti secara fisik juga mentalnya, walaupun dalam batas-batas yang dibenarkan oleh syariat karena istri tidak taat kepada suaminya boleh memukulnya. Karena memukul merupakan perubahan hukum dari kesulitan kepada kemudahan karena suatu alas an disebabkan latar belakang hukum asli. Sebab larangan itu merupakan rasa kasihan dan sayang kepada mereka. Menegakkan keadaan yang membolehkan karena suatu alasan, yaitu demi kelanggengan suami istri dan terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta menunaikan hak-haknya ketika hak-hak mereka ditinggalkan. Jadi, seorang kepala rumah tangga mempunyai kewajiban; selain harus memberikan nafkah kepada istrinya, baik lahir maupun batin, juga harus menjaga kehormatan dan perasaan istrinya itu. 18 Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi., Jil 4, h. 384. 19 Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi., Jil 4, h. 384. 34

BAB III PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERANAN SUAMI

A. Kehidupan Keluarga dalam Islam

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sebuah pondasi dan institusi yang paling dicintai dalam Islam. Masyarakat terbentuk dari unit-unit yang lebih kecil dan keluarga merupakan unit yang paling kuno dan alami serta titik diawalinya kehidupan manusia. Keluarga adalah pusat perkumpulan dan poros untuk melestarikan tradisi-tradisi serta tempat untuk menyemai kasih sayang dan emosional. Unit ini ibarat landasan sebuah komunitas dan ketahanannya akan mendorong ketangguhan sebuah masyarakat. 1 Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. 2 Keluarga memiliki peran fundamental dalam menjaga bangsa-bangsa dari dekadensi dan kehancuran. Karena itu, undang-undang juga harus disusun untuk mempermudah terbentuknya keluarga, memelihara kesuciannya, dan memperkuat hubungan kekeluargaan berdasarkan hak-hak dan etika Islam. Dari segi psikologi, keluarga juga punya peranan penting dalam meredam emosi, mencegah depresi, dan memberi dampak-dampak psikis lain bagi seseorang. Anak-anak yang 1 Abdul Hakam Ash- Sha’idi, Menuju Keluarga Sakinah, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,2005, h. 37. 2 Sidi Nazar, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, h. 52. 35 kehilangan orang tuanya akan larut dalam kesedihan, diliputi rasa takut, bersikap emosi, dan kehilangan rasa tenang. Dari sini terlihat kontribusi positif keluarga dalam menjaga kesehatan mental dan memberi ketahanan terhadap tekanan- tekanan jiwa dan depresi. 3 Sedangkan menurut kajian hukum, keluarga dalam literature Islam dikenal dengan istilah al-ahwal as-syakhsyiyyah: ahwal plural dari kata tunggal al-hâl, artinya hal, urusan, atau keadaan. Sedangkan as-Syakhsyiyyah berasal dari kata as-syakhsyu jamaknya asykhasy yang berarti orang atau manusia al-Insân. As- syakhsyiyyah, berarti kepribadian atau identitas diri-pribadi jati diri. Disamping istilah tersebut, juga dikenal dengan Huququl usrahh uququl „a‟ilâh hak-hak keluarga, Ahkamul usrah hukum-hukum keluarga, dan Qanunul Usrah undang-undang keluarga. Hukum keluarga Islam dalam literature bahasa Inggris dikenal dengan: Islamic Family law dan Muslim family law. 4

2. Tujuan Berkeluarga

Kata pernikahan, berasal dari kata „nikah„, menurut kamus bahasa Indonesia berarti „perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi. 5 Al-Qur ’an menjelaskan kata pernikahan dalam dua bentuk kata yang berbeda, namun memiliki makna dan tuj uan yang sama, yaitu, „nikah’ dan 3 Abu Zahwa, Buku Pintar Keluarga Sakinah, Jakarta: kultumedia, 2003, h.75. 4 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, h. 114. 5 Sri Mulyati, Relasi Suami Dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita PSW, UIN Syarif Hidayatullah, 2004, h. 1.