Pengaruh orientasi peran jender terhadap sikap suami pada pekerjaan rumah tangga

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2009 M

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdurrahman Dahlan, MA Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA NIP : 150 234 496 NIP : 150 294 051

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2009 M

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM telah diujikan dalam

Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pada 4 dan 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Madzhab Fiqih.

Jakarta, 7 Desember 2009

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., MA, MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA (...) NIP. 195703121985031003

2. Sekretaris : Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag (...) NIP. 196511191998031002

3. Pembimbing I : Dr. Abdurrahman Dahlan, MA (...) NIP. 195811101988031001

4. Pembimbing II : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA (...) NIP. 150294051

5. Penguji I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA (...) NIP. 194512301967122001

6. Penguji II : Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag (...) NIP. 197003232000031001

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 November 2009

Cecep Hadiyan S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(5)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah mencurahkan nikmat hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam terhatur kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun umatnya untuk berpegang teguh kepada al-Qur’ân dan sunnah (al-Hadîts).

Dengan rasa syukur yang tidak terhingga, izinkanlah penulis untuk meng-ucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil, yaitu kepada:

1. Dekan fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH.,MA.,MM.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. dan Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag. semoga selalu diberikan kesehatan dan menjadi suri tauladan bagi kami.

3. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA. dan Bapak Ahmad Sudirman Abbas, MA. yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis sehingga akhirnya skripsi ini bisa selesai dengan baik.

4. Pembimbing akademik, Ibu Prof. Dr. Hj. Burmasari Siregar, yang telah memberikan arahan-arahan akademik sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan lancar.

i S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(6)

6. Keluarga tercinta khususnya Ayahanda Endang Suherman dan Ibunda Euis Umayah yang senantiasa selalu mencurahkan ketulusan do’a, kasih sayang dan perhatian. Kakek tersayang, H.Yoyo Sunaryo (alm.) yang mengajarkan selama ini tentang hakikat Sabar dan Ikhlas dalam kehidupan kepada penulis.

7. Kakak tercinta Imas Siti Hadjar, A.Md., Ir. Agus Suharna, Mahesa & Masehi, Asep Rahman Hidayat & Keluarga, Saudara tercinta Yadi Suhendar A.Md., Indra Boss & Keluarga, Om Santo & Ummy Lilis dan semua keluarga besar H. Yoyo Sunaryo (alm.) yang selalu memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan perkuliahan.

8. Segenap Pimpinan Pesantren Darussalam Sindangsari, Kersamanah, Garut, Jawa Barat (KH. Asep Sholahuddin Mu’thy, KH. Cecep Ishaq As’ary Mu’thie, KH. Ahmad Ghozali Mu’thie).

9. Teman-teman seperjuangan Try Iswahyudi, Bang Lubis, Jefry dkk. Tiada lupa saya ucapkan beribu terima kasih kepada teman-teman kosan Ciputat Om Amier Sadhewo, Om Aam Bedjo, Om Eric Bharata, Om Ainul Yaqin, dan teman-teman HIMABI (Himpunan Alumni Bahrul Ulum Ibu Kota).

10.Sahabat-sahabat pecinta Gymnastium di Syahida Fitness Center Jakarta (Om Thoger dkk), Tom’s Gym Sport Center Bandung (Bang Tomy, Kang Atep, Kang Teguh, Mr. Indonesia 2008 Kang Rudy Permadhi & Keluarga), Tirtamulya

ii S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(7)

iii

11.Seseorang yang selama ini terus membantu penulis melalui inspirasinya, semoga Allah Swt, membalas dengan balasan yang tidak terhingga, Amin.

12.Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Jakarta, 09 Dzulhijjah 1430 H 26 November 2009 M

Penulis

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 11

E. Review Studi Terdahulu...11

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP NAFKAH A. Konsep Tentang Masyarakat Tradisional Dan Masyarakat Modern. .17 B. Konsep Nafkah Dalam Perspektif Sosio Kultural...21

C. Peraturan Pemberian Nafkah Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) ... 24

D. Peraturan Pemberian Nafkah Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Di Indonesia ... 25

iv S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(9)

v

B. Kadar Nafkah Yang Harus Diberikan Oleh Suami...30 C. Jenis-Jenis Nafkah Yang Harus dipenuhi Suami... 37 D. Waktu Wajib Nafkah... 40 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA

A. Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga Sebagai Kewajiban Suami Istri ... 44 B. Khulu’ Sebagai Pilihan Bagi Istri Untuk Memutuskan Perkawinan

Karena Ketidakmampuan Suami Dalam Menafkahi Keluarganya ... 52 C. Nafkah Dari Istri Untuk Keluarga... 59 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 66 B. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 68

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(10)

ا tidak dilambangkan

ب b be

ت t te

ث ts te dan es

ج j je

ح h ha dengan garis bawah

خ kh ka dan ha

د d de

ذ dz de dan zet

ر r er

ز z zet

س s es

ش sy es dan ye

ص s es dengan garis bawah

ض d de dengan garis bawah

ط t te dengan garis bawah

ظ z zet dengan garis bawah

ع ’ koma terbalik di atas hadap kanan

غ gh ge dan ha

ف f ef

ق q ki

ك k ka

ل l el

م m em

ن n en

و w we

ﻩ h ha

ء ` apostrop

ي y ye

Vokal Vokal

Panjang Diftong

Kata Sandang

Ta Marbûtah Arab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin

ــــــ a ﺂـــــ â يــــــ ai لا al- ة h & t

ــــــ i ﻲـــــ î وــــــ au

ــــــ u ﻮـــــ û

Ket. : Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta Fakultas Syari’ah dan Hukum (1428 H / 2007 M).

vi

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Takkan pernah ada kekasih yang tidak dicari oleh kekasihnya. Jika kilat cinta telah menyambar satu hati, maka ketahuilah bahwa ada cinta di hati yang lain. Jika cinta Tuhan telah tumbuh di hatimu, tak diragukan lagi Tuhan pasti menaruh cinta kepadamu. Tak ada suara tepuk tangan yang lahir dari tangan. Kebijaksanaan ilahi adalah takdir dan suratan nasib yang membuat kita saling mencintai satu sama lain. Karena takdir itulah, setiap bagian dari dunia ini bertemu dengan pasangannya. Dalam pandangan orang-orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan oleh langit. Jika bumi kekurangan panas, maka langit mengirimkan panas kepadanya; jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembaban, langit segera memulihkannya. Langit memayungi bumi, layaknya seorang suami yang menafkahi isterinya; Dan bumipun sibuk dengan urusan rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang telah ia lahirkan. Tak ubahnya bumi dan langit dikaruniai kecerdasan karena mereka melaksanakan pekerjaan makhluk yang memiliki kecerdasan. Andaikan pasangan ini tidak mengecap kenikmatan, mengapa mereka bersanding seperti sepasanmg kekasih? Tanpa bumi akankah pohon dan bunga bisa berkembang? Sementara tanpa langit, akankah air dan panas bisa tersediakan? Sebagaimana Tuhan memberikan hasrat pada laki-laki dan perempuan sehingga dunia menjadi terpelihara oleh kesatuan mereka, Tuhan juga menanamkan ke semua eksistensi, hasrat untuk mencari belahannya. Siang dan malam nampak bermusuhan; namun keduanya mengabdi pada satu tujuan. Masing-masing saling mencintai untuk menyempurnakan karya bersama mereka.

1

(Jalaluddîn al-Rûmi)

Demikian indah Jalaluddin Rumi menggambarkan sebuah jalinan cinta yang telah dikaruniakan Allah Swt pada tiap makhluknya. Bagi manusia, jalinan cinta

1

Erich Fromm, The Art of Loving, (Jakarta: Fresh Book, 2002), cet. Ke-I, hal. 57-58.

1

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(12)

ini kemudian membawa mereka pada satu ikatan suci yang berbentuk sebuah ikatan perkawinan atau pernikahan, disanalah petualangan kehidupan cinta dimulai, di mana emansipasi antara suami istri harus mulai (dan seharusnya) dipandang bukan sebagai sebuah kesetaraan tetapi sebagai sebuah kesatuan.2

Syair di atas menggambarkan secara tersirat betapa sebuah ikatan per-nikahan membawa sebuah misi besar demi menjaga kelanjutan spesies manusia di muka bumi ini. Namun demikian, ikatan tersebut tidak hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan biologis semata tetapi sekaligus untuk merawat bumi yang telah diamanahkan kepada manusia, yang mana semua ini merupakan maha karya yang tak terkira agungnya dari Allah Swt.

Begitu pentingnya arti pernikahan ini sehingga beberapa ayat dalam al-Qur’ân berisikan anjuran kepada umat Islam untuk menikah.

)

موﺮﻟا

:

(

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. al-Rûm: 21)

2

Fromm, The Art of Loving..., hal. 25.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(13)

Ayat ini memberikan penjelasan tentang pentingnya pernikahan dan hakikat dari perkawinan, dimana hubungan suami istri merupakan kebutuhan yang memang bersifat fitrah atau naluriah, sebagaimana layaknya sunnah Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan.3

Secara biologis ketertarikan antara laki-laki dan perempuan juga merupakan sesuatu yang naluriah, namun pemenuhan kebutuhan biologis tidak meniscayakan hubungan yang tanpa aturan, sehingga pernikahan adalah cara yang bijaksana yang ditawarkan oleh Islam untuk mengatur masalah ini, agar penyaluran watak

biologis manusia ini berbeda dengan yang dilakukan oleh hewan.4 Di samping

itu, menurut pandangan al-Qur’ân, kehidupan kekeluargaan menjadi salah satu dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Ilahi, juga merupakan nikmat yang harus dimanfaatkan sekaligus disyukuri.5

Dalam hadits pun Rasulullah bersabda:6

ܲ

ْﻦ

ܲ

ْ۹ﺪ

ﷲا

ܾ

لﺎ

:

ܾ

لﺎ

ݏ

ر

ܚ

لﻮ

ﷲا

݇ܢ

ﷲا

ܲ

ْ݇ﻴ

و

ܚ

ﱠ݇ﻢ

ݚ

݊

ْܳ

ﱠﺸﻟا

۹

بﺎ

݊

ْܚا

ۿ

ܫ

عﺎ

݊

ْݏﻜ

ْﻢ

ْا

۹ﻟ

ءﺎ

ة

ܺ

ْﻟﺎ

ﻴۿ

ﱠو

ْج

ܺ

ﺎﱠݎ

أ

ڱܥ

ْ݇۹

و

أ

ْﺣ

ﻟْ݇

ܻ

ْﺮ

ج

و

݊

ْﻦ

ْﻢ

ݚ

ْﺴ

ۿ

ܫ

ْܱ

ܺ

ܳ݇

ْﻴ

ﱠﺼﻟﺎ

ْﻮ

م

ܺ

ﺎﱠݎ

و

ٌءﺎ

.

)

ﻪﻴ݇ܲ

ܻܽۿ݊

(

Artinya : Dari Abdillah dikatakan, Rasulullah Saw bersabda kepada kami “Wahai para pemuda barang siapa diantara kamu yang telah mampu (secara material dan spiritual) untuk kawin, maka kawinlah,

3

Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, Penerjemah As’ad Yasin, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1999), Jilid 2,cet. Ke-III, hal. 499.

4

Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-III, hal. 22-23.

5

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’ân, (Bandung: Mizan, 2002), cet. Ke-XXIII, hal. 253. Lihat juga Ibrahim Muhammad Jamal, Fiqih Wanita, Penerjemah Anshori Umar, (Semarang: CV. Asy Syifa’, tt), hal. 358.

6

Muslim, Shahih Muslim, (Kairo: Dar el-Hadits, 1997), hal. 455. Lihat juga Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Matn al-Bukhâri, (Surabaya: Dar al-Kutub al-Islâmiyah, tt), Juz III, hal. 238.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(14)

sesungguhnya hal itu akan menjaga penglihatan dan kemaluanmu, barangsiapa yang tidak mampu maka berpuasalah sesungguhnya dengan berpuasa akan mampu menahan (syahwat). (H.R. Mutafaqun ‘alaihi).

Hadits ini memberikan penekanan bagi ayat di atas bahwa pernikahan adalah suatu hal yang penting, di mana salah satu fungsi pernikahan dalam upaya mengatur kehidupan sosial adalah, agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang baik, pergaulan laki-laki dan perempuan yang baik serta anak-anak yang akan dilahirkan memiliki status sosial yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya sebagai sebuah keniscayaan bahwa ikatan pernikahan haruslah dijaga dan dipertahankan oleh kedua belah pihak, karena dalam mengarungi petualangan hidup sebagai suami istri, kondisi kehidupan akan menjadi begitu “sengit” dan menantang dalam menghadapi berbagai nikmat dan ujian hidup dalam berumah tangga.

Salah satu faktor untuk menjaga kelanjutan ikatan perkawinan ini adalah dibutuhkannya unsur material, yakni dibutuhkan kecukupan sandang, pangan, dan papan yang lazim kita sebut sebagai nafkah. Perintah pemberian nafkah bahkan wajib sifatnya, seperti yang difirmankan Allah Swt berikut ini:

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(15)

)

ةﺮﻘﺒﻟا

:

(

Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S : Al-Baqarah: 233)

Dalam ayat ini betapa indah al-Qur’an menggambarkan pembagian peran antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga, persis seperti apa yang telah digambarkan oleh Jalaluddin Rumi dalam syairnya di atas.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(16)

Secara tersirat juga didapat sebuah pesan bahwa pemenuhan nafkah secara formil menjadi hak seorang istri dan menjadi tanggung jawab seorang suami.7

Namun demikian kewajiban menjaga keutuhan rumah tangga menjadi kewajiban kedua belah pihak

)

قﻼܫﻟا

۶

٧

(

Artinya : ( 6 ) Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu)

7

Lihat Ibn Rusyd, Bidâyatul Mujtahid, Penerjemah Imam Ghazali Said & Ahmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Jilid 2, hal. 518.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(17)

dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

( 7 ) Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. ( Q.S. al-Thalâq: 6-7).

Untuk mendukung keberlangsungan kehidupan rumah tangga, selanjutnya al-Qur’an menjelaskan bahwa tempat tinggal merupakan nafkah mutlak yang harus dipenuhi oleh suami, karena tempat tinggal sebagai tempat berlangsungnya kehidupan berumah tangga. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) persoalan

nafkah diatur dalam pasal 81,8 dan dalam KUH Perdata tidak diatur secara

eksplisit, namun dalam pasal 106 dapat dipahami bahwa tempat tinggal menjadi nafkah yang mutlak untuk dipenuhi.

Namun ayat ini juga memberikan gambaran tentang ukuran kelayakan tempat tinggal yang disesuaikan dengan kemampuan suami, dalam KHI pasal 81 disebutkan bahwa kelayakan sebuah tempat tinggal diukur dari kemampuan suami dan disesuaikan dengan lingkungan di mana mereka berdua tinggal .

Tentang persoalan nafkah Rasulullah bersabda:

ܲ

ْﻦ

ﻜْﻴ

݊

ܳ

وﺎ

ݚ

ْﻟا

ܿ

ْﻴ

ܲ

ى

ْﻦ

ا

ﻪﻴ

ܾ

لﺎ

:

ْܾ݇

۽

ݚ

ر

ܚ

لﻮ

ﷲا

,

݊

ڱܽ

ز

ْو

أ

ݎﺎ

ܲ

ْ݇ﻴ

ܾ

؟

لﺎ

:

أ

ْن

۾

ْܫ

ܳ

إذ

ا

ܳ

ْﻤ

۽

,

و

۾ْﻜ

هﻮ

إذ

ا

ْآا

ۿ

ْﻴ

۽

.

و

ݢ

۾

ْﻀ

ب

ا

ْﻟ

ْﺟ

و

ݢ

۾ܿ

۹

܉

و

ݢ

۾

ْﻬ

܇

ﱠݢإ

ܺ

ْﻟا

ݙ

۹ْﻴ

۽

.

9 8

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2001), Cet. Ke-III, hal. 133.

9

Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haq al-Ázim Ábadî, ‘Aunul Ma’bûd; Syarah Sunan

Abu Daud, (Kairo: Dar el-Hadits, 2001), hal. 240, lihat jugaIbnu Hajar al-Asqalany, Bulûghul Marâm,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islâmiyah, tt), hal. 211.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(18)

Artinya : Diceritakan kepada kami oleh Musa bin Ismail, diceritakan pula kepadanya oleh Himad dari Abu Qaz’ah al-Bahily dari Hakim bin Muawiyah al-Qusyairy dari ayahnya: Saya berkata “wahai rasulullah apa salah satu hak yang menjadi hak istri kami? Rasul bersabda “memberinya makanan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian. Dan jangan memukul wajahnya, serta jangan memperoloknya, dan juga jangan membentaknya kecuali kamu sedang di dalam rumah (mu).

و

ܲ

ْﻦ

ﺮﺑ

ر

ܦ

ݙ

ﷲا

۾

ܳ

ﻟﺎ

ܲ

ْݏ

ܲ

ﱠݏﻟا

۹

ﱢݙ

ܺ

ﻢ݇ܚو

ﻪﻴ݇ܲ

ﷲا

ﻰ݇ܢ

ْݙ

ﺪْݚ

ْﻟا

܋

ﱢ܅

ܫ

ﻟﻮ

ܾ

لﺎ

ܺ

ذ

ݙ

ْآ

ﱢݏﻟا

ءﺎ

:

و

ﱠﻦ

ܲ

ْ݇ﻴ

ْﻢ

ر

ْز

ܾ

ﱠﻦ

و

آ

ْﺴ

۾

ﱠﻦ

ْﻟﺎ

ْܳ

فو

.

ا

ْﺧ

݊

ْﺴ

ٌ݇ﻢ

.

10

Artinya : Dari Jabir r.a, dari Nabi Saw bersabda (di dalam hadits tentang haji, namun karena panjangnya hadits tersebut, maka secara singkat dijelaskan dalam hadits ini) bahwa “Bagi mereka (istri-istri) mu berhak atasmu untuk mendapatkan makanan dan pakaian (nafkah) yang baik (layak).” (H.R. Muslim)

Kiranya kedua hadits ini menjadi penegasan atas kewajiban pemberian nafkah dalam kehidupan berumah tangga agar tercipta kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, seperti yang diamanatkan dalam al-Qur’ân.

Nafkah pada tataran normatif hukum Islam dibebankan kepada pihak suami sebagai kepala rumah tangga.11 Namun dalam ranah praktisnya, seringkali istri

ikut serta dalam memberikan nafkah bagi keluarganya yang secara normatif hanya menjadi tanggung jawab suami, bahkan sejauh pengamatan penulis

10

Al-Atsqalany, Bulughul Maram..., hal. 211, Bandingkan dengan Muslim, Sahih Muslim,

(Kairo: Dar el-Hadits,1997), hal. 322-323.

11

Ghozali, Fiqih Munakahat..., hal. 161; Lihat juga Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 80; Dalam KUH Perdata kewajiban memberikan nafkah juga dibebankan kepada suami, hal ini diatur dalam KUHPer pasal 106. Lihat. .. R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,(Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), cet. Ke-XXIV, hal. 27.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(19)

fenomena ini mengalami perkembangan yang cukup berarti seiring dengan berbagai persoalan ekonomi yang melilit bangsa Indonesia.

Pada masyarakat modern12 dengan mobilitas sosial yang begitu terbuka

menjadikan istri yang ikut serta dalam pemenuhan nafkah keluarga menjadi hal yang lumrah terjadi. Banyak faktor penyebab keikutsertaan istri dalam pemenuhan nafkah dalam keluarga yang akan dijelaskan pada bab-bab selanjutnya, baik atas udzur syar’i atau bahkan kesepakatan antara suami isteri atas dasar kerelaan.

Namun yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Islam menyikapi fenomena yang sedemikian rupa. Bijak kiranya jika persoalan ini tidak kita telaah semata-mata dari sudut pandang hukum yang hitam dan putih atau benar dan salah. Tetapi bagaimana memberikan formulasi hukum yang solutif dan menghargai kemanusiaan, karena ini menyangkut keberlangsungan sebuah rumah tangga.

Untuk itulah penulis tertarik untuk mengeksplorasi permasalahan ini melalui

penelitian yang berjudul “Keikutsertaan Istri Mencari Nafkah Untuk Keluarga

Dalam Pandangan Hukum Islam”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

12

Penggunaan kata “modern” di sini lebih tepat sebenarnya bukan untuk mengkonotasikan adanya masyarakat yang tidak modern, hanya membedakan kuantitas pengalihan tanggung jawab pemberian nafkah yang terjadi pada masyarakat perkotaan, yang sering diidentifikasi sebagai masyarakat modern. Namun ada baiknya penulis akan menjelaskan ciri-ciri masyarakat modern secara normatif pada bab selanjutnya.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(20)

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian tentang sejauh mana hukum Islam menanggapi tentang keikutsertaan seorang istri dalam menafkahi keluarganya, atau pada titik “ekstrimnya” seorang istri mengambil peran seorang suami yang secara formil sebagai penanggungjawab bagi pemenuhan nafkah keluarga

Untuk itu penulis merumuskan beberapa masalah berikut ini sebagai acuan pembahasan:

1. Konsep nafkah dalam pandangan hukum Islam.

2. Keikutsertaan istri dalam mencari nafkah untuk keluarga dalam hukum Islam.

3. Kedudukan suami dan isteri dalam strata fungsional rumah tangga menurut

hukum Islam.

2. Perumusan Masalah

Untuk mensistemasi penulisan dan agar pembahasan dalam skripsi ini tudak melebar maka pembahasan ini akan penulis batasi pada beberapa hal berikut ini :

1. Bagaimanakah hak suami dan istri dalam rumah tangga menurut hukum

Islam?

2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam mengenai keikutsertaan istri mencari

nafkah untuk keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(21)

1. Untuk mengetahui hukum keikutsertaan istri mencari nafkah untuk keluarga di tinjau dari hukum Islam.

2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang hak suami dan istri dalam

sebuah keluarga.

D. Kegunaan Penelitian

Di antara kegunaan dari penelitian ini adalah:

1 Untuk menambah pengetahuan penulis serta sebagai syarat untuk mencapai

gelar sarjana (S1).

3. Untuk menjadi landasan bagi peneliti setelahnya khususnya dalam bidang

munakahat.

4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang keikutsertaan istri

mencari nafkah untuk keluarga dari sudut pandang hukum Islam.

E. Review Studi Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan beberapa review studi terdahulu, agar nantinya penelitian ini menghasilkan sebuah penelitian yang baik, sebagai pengembangan wacana yang mungkin sudah ada. Beberapa literatur tersebut antara lain :

Tulisan Aida Humaira yang berjudul Pandangan Hukum Islam Tentang Konsep Nafkah Keluarga Dari Istri Karir dalam Peta Kajian Pemikiran Islam,

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(22)

Sosial, Budaya, Sains Dan Teknologi, yang diterbitkan oleh UIN Syahid, Jakarta tahun 2007. Dalam literatur ini dibahas mengenai bagaimanakah nafkah seorang istri yang berkarir, lebih spesifik lagi membahas mengenai boleh tidaknya seorang istri berkarir di luar rumahnya.

Buku editorial bertema Problematika Hukum Islam Kontemporer jilid Kedua khususnya telaah karya H.A. Hafidz Anshary A.Z. dengan judul Ihdad Wanita Karir. Dalam kajiannya, Anshary sedikit menelaah posisi wanita karir dalam keluarga, namun porsi bahasan dititikberatkan pada syarat dan batasannya seperti bersolek, memakai perhiasan, wangi-wangian dan celak mata bagi wanita karir.

Dalam penelitian yang akan penulis lakukan, tidak hanya akan dibahas mengenai wanita karir semata, tetapi bagaimanakah sesungguhnya peran suami dan istri dalam struktur rumah tangga, di lihat dari Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Kitab undang-undang Hukum Perdata khususnya tentang keikutsertaan istri mencari nafkah untuk keluarga.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif karena data-data yang ada merupakan data yang bersifat normatif dokumenter yang berupa kitab-kitab fiqih, dan peraturan perundang-undangan. Disamping itu penelitian ini merupakan penelitian yang

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(23)

mencoba mengangkat sebuah fenomena tentang ikutnya seorang istri dalam menafkahi keluarganya.13

2. Sumber Data

Data-data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:14

1. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum dalam bentuk peraturan

perundang-undangan, antara lain: a. Al-Qur’ân al-Karîm dan al-Hadîts

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

c. Kompilasi Hukum Islam

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan tertulis yang dipergunakan untuk

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku hukum perdata, buku-buku tentang tafsir al-Qur’an, buku-buku seputar fiqih.

Data-data sekunder memiliki ciri-ciri umum, sebagai berikut:

1. Data sekunder pada umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (ready stock) 2. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan isi oleh peneliti-peneliti

terlebih dahulu.

3. Data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan

tempat.

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif; edisi revisi, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008), cet. Ke-XV, hal. 9.

14

Moleong, Metodologi..., hal. 24.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(24)

4. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lelebih dikenal dengan nama bahan acuan bidang hukum dan bahan rujukan bidang hukum, seperti bibliografi hukum, ensiklopedia, kamus hukum, dan sebagainya. 15

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis menggunakan metode study kepustakaan (library research) dengan membaca, mempelajari dan meneliti buku yang ada hubungan dan berkaitan langsung dengan penulisan skripsi ini, di antaranya buku-buku yang berkaitan dengan hukum Islam (al-Qur’ân, Hadits dan fiqih), buku-buku yang bersifat umum, buku tentang hukum dan juga buku-buku karya ilmiah para ilmuwan.16

Beberapa kitab fiqih sebagai acuan misalnya Bidâyatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd, Bulûghul Marâm karya Ibnu Hajar al-Atsqalany, Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq. Di samping kitab-kitab tersebut penulis juga menggunakan buku-buku karya penulis kontemporer misalnya Fatwa-Fatwa Kontemporer karya Yusuf Qardawi, Hukum Acara Perdata karya M.Yahya Harahap, kemudian penulis juga menggunakan buku-buku kamus misalnya al-‘Asry yang disusun oleh Atabik ali dan ahmad zuhdi muhdlor kemudian Kamus Ilmiah yang di susun oleh M.Dahlan Al Barry sebagai alat bantu dalam penulisan karya ini.

3. Metode Analisis Data

15

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 1.

16

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1996), cet. Ke-II, hal. 215.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(25)

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.17

Setelah data tersebut terkumpul maka data tersebut dianalisa dengan metode komparatif yaitu membandingkan beberapa pendapat para ahli kemudian pendapat tersebut dikompromikan untuk dicari titik tengahnya mana yang lebih benar.18

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini ditulis dalam empat bab pembahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab Pertama Pendahuluan, Dalam bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Review Studi Terdahulu, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua Tinjauan Umum Tentang Konsep Nafkah, yang akan membahas tentang Konsep Nafkah Dalam Perspektif Sosio Kultural, Konsep Masyarakat Tradisional dan Masyarakat Modern, Peraturan Pemberian Nafkah Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan KUH Perdata.

17

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2002), hal. 116.

18

Soemitro, Metode Penelitian…, hal. 42.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(26)

Bab Ketiga menjelaskan tentang Konsep Nafkah Menurut Hukum Islam, dimana dalam bab ini akan dibahas mengenai Pengertian Nafkah, Kadar Pemberian Nafkah, Orang-orang yang Berhak Mendapatkan Nafkah, serta Waktu Wajibnya Nafkah.

Bab Keempat akan menjelaskan tentang Keikutsertaan Istri Mencari Nafkah Untuk Keluarga Dalam Kajian Hukum Islam, dimana di dalamnya akan dibahas tentang Faktor-faktor penyebab Keikutsertaan Istri Dalam memberikan Nafkah Keluarga, Khulu’ Sebagai Pilihan Bagi Istri Atas Suami Yang Tidak Mampu Dalam Menafkahi Keluarganya, serta Tinjauan Hukum Islam Terhadap Keikut-sertaan Istri Mencari Nafkah Untuk Keluarga.

Bab kelima Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan serta saran-saran yang membangun.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(27)

A. Konsep Tentang Masyarakat Tradisional Dan Masyarakat Modern

Pembahasan bab ini ada baiknya jika penulis mulai dengan memberikan pemaparan secara singkat tentang bentuk-bentuk masyarakat, sebagai sebuah gambaran tentang pola perilaku masyaraktnya, yang mana akan berguna sebagai cermin untuk melihat sejauh manakah keikutsertaan istri dalam menafkahi keluarganya, untuk pula mencermati pola keikutsertaan istri dalam menafkahi keluarganya.

Penggolongan masyarakat dalam skripsi ini bukanlah untuk meniscaya-kan adanya jenis masyarakat yang dalam perilaku sosialnya lebih baik atau kurang baik, akan tetapi penggolongan masyarakat dalam skripsi ini lebih ingin menunjukkan tentang adanya perbedaan dalam relasi sosial, norma dan aturan-aturan yang berlaku pada kedua bentuk masyarakat tersebut. Singkatnya pengelompokan jenis masyarakat dalam skripsi ini tidak ada kaitannya dengan moralitas yang berlaku pada masyarakat yang akan menjadi obyek kajian.

Penulis lebih cenderung untuk memakai pendekatan di atas dalam melihat kedua jenis masyarakat tersebut, karena dalam beberapa hal masyarakat modern yang dalam konotasinya diidentikkan sebagai masyarakat maju, dalam beberapa hal tidak selalu lebih emansipatif daripada apa yang kita sebut sebagai masyarakat tradisional. Sebelum membahas lebih jauh tentang masyarakat tradisional dan

17 S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(28)

masyarakat modern, ada baiknya jika kita cermati Apa yang terjadi pada relasi sosial masyarakat suku pedalaman di hutan Amazon sekaligus sebagai bahan renungan, agar stigma tentang masyarakat modern dan tradisional tidak selalu meniscayakan tentang penilaian masyarakat yang lebih baik atau kurang baik.

Masyarakat di pedalaman hutan Amazon menjadikan para perempuan sebagai kontrol bagi laki-laki agar tidak merusak hutan, atau menebang pohon secara berlebihan. Suatu ketika salah seorang dari mereka dibawa oleh orang Amerika untuk berkeliling kota New York, namun saat pertama kali melihat kota New York yang penuh dengan gedung menjulang tinggi dengan pohon yang teramat jarang tentunya, orang dari pedalaman Amazon itupun berkata “kemana para perempuan di kota ini?” dan ketika melihat para perempuan di kota New York yang gemar berbelanja di mal-mal yang menjulang orang tersebut pun berucap “wanita di kota ini telah ditindas oleh kaum laki-laki.”1

Uraian tentang masyarakat tradisional dan masyarakat modern akan penulis bahas seperlunya saja, karena uiraian ini hanya untuk mengidentifikasi apa yang disebut sebagai masyarakat tradisional dan masyarakat modern, sehingga pembahasan mengenai fenomena nafkah dalam kehidupan masyarakat modern di Indonesia dapat dipahami dalam kerangka masyarakat modern yang akan penulis jelaskan secara sederhana di bawah ini.

Perbedaan karakteristik antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern biasanya dikaji melalui empat aspek utama yakni aspek ekonomi, sosial,

1Harian Kompas, “Rubrik Humaniora,” edisi 12 Juli 2002. KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(29)

budaya, dan aspek politik.2 Pada aspek ekonomi, masyarakat tradisional lebih terpusat pada pertanian, sedangkan masyarakat modern banyak terkonsentrasi pada bidang jasa. Selanjutnya pada aspek sosial budaya dapat ditemukan fenomena bahwa masyarakat tradisional dengan tingkat pendidikan yang rendah seringkali sulit untuk menerima hal baru yang oleh masyarakat modern sering disebut sebagai kemajuan atau kemodernan.

Namun secara sederhana masyarakat tradisional (gemeinschaft) dapat

diidentifikasi sebagai masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan jenis pekerjaan yang homogen, serta pembagian kerja atau spesialisasi pekerjaan yang tidak ketat, seringkali dijumpai di lingkungan pedesaan seorang guru yang merangkap sebagai seorang petani, atau seorang bidan atau mantri desa yang juga merangkap sebagai seorang petani.

Menurut Puline Pudjiastiti3 masyarakat tradisional dicirikan sebagai

masyarakat yang tinggal di pedesaan, jumlahnya tidak banyak, lambat perubahannya, dominasi laki begitu jelas terlihat, serta batasan antara laki-laki dan perempuan sangat kuat. Sedangkan masyarakat modern (gesselschaft) di

identifikasi sebagai kebalikan dari masyarakat tradisional.

Sementara menurut Bauchmant4 ciri-ciri masyarakat tradisional adalah, jumlah penduduknya kecil, sebagain besar penduduknya hidup dari hasil

2http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=440, data diakses

tanggal 26 Juli 2009.

3Puline Pudjiastiti, Sosiologi untuk SMA/MA XII, (Jakarta: Grasindo, tt), hal. 53.

4 http://history1978.files.wordpress.com/2008/08/ringkasan-materi-sosio-antro-smt-genap.pdf

data diakses tanggal 26 Juli 2009.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(30)

pertanian, dikuasai alam (masih percaya antara manusia dan alam saling membutuhkan), homogen, memiliki mobilitas sosial yang rendah, hubungan antar warga berlangsung intim. Sementara ciri-ciri masyarakat modern dijelaskan oleh Talcott Parson5 sebagai masyarakat yang memiliki netralitas efektif, berupa sikap

netral yang ditunjukkan dengan sikap acuh tak acuh dengan tidak mempedulikan sesuatu yang tidak berhubungan dengan kepentingannya, orientasi diri berupa

sikap menonjolkan diri (egois) dalam kadar yang cukup tinggi, Universalisme

yakni berfikir obyektif, menerima sesuatu secara obyektif, Prestasi, masyarakat

perkotaan senang akan prestasi sehingga seringkali dalam mengejar prestasi kekaburan terjadi antara benar-benar mengupayakan prestasi atau lebih untuk mengupayakan prestise, Spesifitas, dalam pengertian bahwa masyarakat modern

lebih suka berterus terang dalam mengungkapkan kehendak hatinya.

Perbedaan ini nampaknya berimplikasi pada perbedaan model partisipasi istri dalam menafkahi keluarganya, jika pada masyarakat pedesaan seorang istri ikut serta menafkahi keluarga dalam kerangka bahwa istri hanya membantu suami menggarap ladang atau sawah, sedangkan pada masyarakat modern banyak ditemui istri secara mandiri bekerja pada lingkungan kerja yang berbeda dengan suami.

Demikianlah uraian singkat mengenai jenis masyarakat tradisional dan masyarakat modern sebagai salah satu acuan pembahsan dalam skripsi ini.

5 http://history1978.files.wordpress.com

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(31)

B. Konsep Nafkah Dalam Perspektif Sosio Kultural

Keanekaragaman adat dan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat, tentu akan berimplikasi pada perbedaan norma, etika, serta aturan hukum yang berlaku pada suatu komunitas sosial.

Pada masyarakat jawa pada umumnya pemberian nafkah bagi keluarga secara normatif dibebankan kepada suami, namun pada wilayah praktis tidak jarang para suami bahu membahu bersama istri mereka untuk menggarap lahan pertanian demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Begitu juga pada masyarakat Bali, para istri tidak mau berpangku tangan di rumah sementara para suami mereka bekerja, bahkan ajaran agama hindu mengajarkan kepada para perempuan bali agar menjadi perempuan yang tangguh, hal ini diterjemahkan oleh para perempuan Bali yakni dengan tidak hanya berpangku tangan dirumah melainkan juga aktif mengambil berbagai peran dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.6

Namun pada kehidupan keluarga masyarakat di Jerman, nafkah tidak lagi menjadi beban bagi para suami, karena perempuan di negara tersebut begitu mandiri, lebih dari itu negara pun menjamin kebutuhan hidup setiap warga di sana. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ikatan perkawinan di negara Jerman mengalami pergeseran nilai, pada zaman dahulu para perempuan Jerman menikah karena mereka tidak mampu menghidupi kehidupannya sendiri, namun dengan

6http://www.iloveblue.com/printnews.php?jenis=article&pid=164 data diakses tanggal 09 Juli

2009.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(32)

kemajuan yang dicapai oleh negara tersebut menikah bukan lagi karena faktor pemenuhan kebutuhan ekonomi, tetapi lebih pada aktualisasi diri. 7

Pada komunitas masyarakat di dunia Arab, beban pemberian nafkah dibebankan kepada suami karena memang struktur budaya Arab yang begitu patriarki, namun pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah8 sesungguhnya para wanita sempat memiliki kedudukan dan akses pada kehidupan sosial yang sama dengan kaum laki-laki, beberapa nama perempuan muslim seperti Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila al-Ghaffariyah, Ummu Sinam al-Aslamiyah sempat terlibat dalam peperangan dalam upaya mempertahankan agama Islam,9 bahkan kemandirian kaum perempuan sebenarnya sudah dikenal jauh sebelum islam datang hanya saja belum begitu terbuka. Hal ini dibuktikan oleh penuturan sejarah yang menyatakan bahwa khadijah merupakan pedagang perempuan yang sukses dan disegani, bahkan beliau mendapat julukan “wanita suci” dari orang arab waktu itu.10 Ajaran Islam yang datang kemudian memberikan kedudukan yang lebih tinggi lagi bagi para perempuan sebelum akhirnya sejarah Islam mengalami kemunduran yang menyedihkan.

7

http://johnkecops.blog.friendster.com/2008/07/fungsi-keluarga-di-jerman-dan-memahami-fenomena-sosio-budaya-di-belakangnya/ data diakses tanggal 09 Juli 2009.

8Philip K. Hitti, History of The Arabs; edisi revisi ke-10, Penerjemah, R. Cecep Lukman

Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi, 2005), hal. 415-416.

9 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’ân, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. XXIII, hal. 275. 10Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah the True Love Story of Muhammad, Penerjemah

Ghozi. M, (Jakarta: Pena, 2008), cet. Ke-VII, hal. 8.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(33)

Keikutsertaan perempuan (istri) dalam pekerjaan sebenarnya sudah dikenal sejak lama, uraian berikut akan menggambarkan peran perempuan yang cukup signifikan dalam kehidupan keluarga.

Menurut Charlton dan Sharma dalam buku yang ditulis oleh Henrietta L. Moore dijelaskan bahwa peran wanita di negara berkembang menghasilakan 40 sampai 80 % dari seluruh produksi pertanian. Namun ironisnya, peran yang demikian besar seringkali tidak dianggap sebagai peran penting oleh kaum lelaki.11

Kerja kaum perempuan seringkali tidak diakui adalah karena definisi tentang “kerja” itu sendiri yang mana seseorang dianggap bekerja manakala dia menghasilkan gaji. definisi tentang kerja inipun kemudian meniscayakan adanya kegiatan tertentu dianggap lebih penting daripada kegiatan yang lain. Definisi ‘kerja’ yang dipahami secara konvensional sebagai kerja upahan diluar rumah, maka nilai kerja subsistem dan domestik kaum wanita tidak diakui.12

Dari pemaparan di atas kita dapati sebuah fakta yang terjadi dalam sebuah komunitas masyarakat mengenai siapa yang berkewajiban memberikan nafkah bagi sebuah keluarga, terlihat ada perbedaan antara komunitas masyarakat yang satu dengan yang lainnya, nampak jelas sekali terlihat bahwa dengan pendekatan sosio kultural pola hubungan dalam suatu masyarakat turut menentukan bagaimana mekanisme kehidupan bermasyarakat dijalankan, dan bagaimana pula

11Henrietta L. Moore, Feminisme dan Antropologi, (Jakarta: FISIP UI dan Penerbit OBOR,

1998), hal. 82.

12Moore, Feminisme..., hal. 83.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(34)

sebuah norma diberlakukan. Kemajuan sebuah negara juga ikut menyumbang perubahan paradigma pada kehidupan keluarga disatu negara tertentu, termasuk merubah paradigma tentang siapakah yang berkewajiban memberi nafkah pada keluarga.

Untuk itu dalam memahami konsep pembagian peran dalam mengurus rumah tangga diperlukan kebijaksanaan dan kedewasaan yang memadai karena sesungguhnya secara filososfis pembagian peran dalam keluarga tidak meniscaya-kan adanya pihak yang lebih superior dan disisi lain ameniscaya-kan terdapat pihak yang inferior. Lebih dari itu, perkawinan tidak saja dipandang sebagai media me-realisasikan syari’at agama semata, namun hal ini merupakan sebuah kontrak perdata yang akan menimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab antara suami dan istri,13 yang jika dilanggar juga akan berimplikasi terhadap adanya sanksi.

C. Peraturan Pemberian Nafkah Menurut Kompilasi Hukum Islam Islam KHI)

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) peraturan tentang pemberian nafkah dalam rumah tangga diatur secara lebih terperinci dalam pasal 80 berikut ini:

1. Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh sumai isteri bersama.

13Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi kritis

perkembangan hukum Islam dari fiqih, UU No 1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke-II, hal. 180.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(35)

2. Suami wajib melidungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya

3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajarpengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung : a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri;

b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak;

c. biaya pendididkan bagi anak.

5. Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.

6. Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri nusyuz.14

Dalam pasal 80 KHI, penjelasan mengenai kewajiban suami istri diurai secara lebih rinci. Sedang yang pihak berkewajiban menanggung beban nafkah bagi keluarga menurut KHI adalah suami, hal ini dapat dipahami mengingat KHI merupakan kodifikasi hukum Islam yang disarikan dari kitab-kitab fikih klasik,15 di mana hukum fikih yang berasal dari dunia Arab juga sangat patriarki.

D. Peraturan Pemberian Nafkah Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Di Indonesia

Merujuk pada UU No 1 Tahun 1974, persoalan nafkah diatur dalam pasal 34 berikut ini:

14Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1992),

cet. Ke-III, hal. 132-133.

15Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam..., hal. 22. KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(36)

1. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

2. Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.

3. Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.16

Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa secara formil pemenuhan nafkah keluarga adalah tanggung jawab suami sebagai kepala rumah tangga, namun demikian istri juga memiliki kewajiban untuk mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya, sehingga dalam peraturan ini secara tersirat kita dapati pembagian peran antara suami istri dalam kehidupan berumah tangga.

Jika mencermati undang-undang ini dengan seksama, maka akan didapat fakta berikut, bahwa undang-undang ini dibuat pada tahun 1974 dimana pada tahun tersebut laki-laki di Indonesia memiliki akses yang lebih besar terhadap dunia kerja dibandingkan perempuan, sehingga pembuat undang-undang menetapkan ketentuan bahwa pihak laki-laki terbebani untuk mencari nafkah, hal ini kemudian diperkuat oleh ajaran budaya kita yang membebankan nafkah pada pihak laki-laki, sehingga nampaknya para pembuat hukum pada waktu itu juga ingin mengakomodir hukum adat yang telah berlangsung lama pada masyarakat indonesia, agar kebutuhan terhadap unifikasi hukum dapat dicapai sehingga hukum yang dibuat mampu diterapkan secara optimal.

16Nuruddin, Hukum Perdata Islam..., hal. 186.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(37)

Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) persoalan siapa yang dibebani tanggung jawab pemberian nafkah tidak diatur secara eksplisit di dalamnya, Seperti dalam pasal 105 sebagai berikut:

Setiap suami adalah menjadi kepala persatuan perkawinan. Sebagai kepala, ia wajib memberi bantuan kepada isterinya atau tampil untuknya di muka Hakim, dengan mengingat pengecualian-pengecualian yang diatur di bawah ini. Dia harus mengurus harta kekayaan pribadi si isteri, kecuali bila disyaratkan yang sebaliknya. Dia harus mengurus harta kekayaan itu sebagai seorang kepala keluarga yang baik, dan karenanya bertanggung jawab atas segala kelalaian dalam pengurusan itu. Dia tidak diperkenankan memindahtangankan atau membebankan harta kekayaan tak bergerak isterinya tanpa persetujuan si isteri.17

Di dalam pasal sebelumnya yakni pasal 103 disebutkan bahwa “Suami dan istri, mereka harus setia mensetiai, tolong menolong dan bantu membantu.”18 Dengan demikian tidak terdapat pelimpahan yang jelas dalam KUH Perdata siapakah yang berkewajiban dalam persoalan pemenuhan pemberian nafkah. Namun jika menilik pernyataan tegas dalam pasal 105 yang menyebutkan bahwa “setiap suami adalah kepala persatuan perkawinan”, hal ini bisa jadi merupakan sebuah sinyalemen kuat dari KUH Perdata untuk membebankan tanggungjawab pemberian nafkah kepada suami yang notabene diposisikan sebagai kepala rumah tangga. Atau kita bisa merujuk pada pasal 107 yang menyatakan bahwa seorang suami wajib melindungi dan memberikan segala keperluan dan berpautan dengan kedudukan dan kemampuannya.

17 R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

Paramita, 2004), cet. Ke-XXIV, hal. 26.

18 Subekti, Kitab Undang-undang..., hal. 26.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(38)

Dari uraian diatas secara formil tidak ada perbedaan mendasar antara UU No.1 tahun 1974, KUH Perdata dan KHI mengenai siapa yang berkewajiban memberikan nafkah keluarga, yakni bahwa nafkah menjadi kewajiban suami untuk memnuhinya, tetapi KUH Perdata tidak secara tegas membebankan nafkah pada suami, dalam kasus ini nampaknya KUH Perdata menginginkan bahwa suami istri secara bersama-sama harus bertanggungjawab menjaga keutuhan rumah tangganya. Sementara itu dalam KHI penjelasan mengenai hak dan kewajiban suami istri dijelaskan secara lebih terperinci.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(39)

A. Pengertian Nafkah

Konsepsi nafkah dalam hukum Islam telah jelas disampaikan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an juga dalam hadits rasulullah, dan tentu telah kita ketahui bersama bahwa beban pemenuhan nafkah dalam rumah tangga dalam hukum Islam adalah menjadi tanggung jawab suami seperti yang telah penulis paparkan pada pembahasan seputar nafkah dalam perspektif sosio kultural di atas.

Namun tidak ada salahnya jika sedikit menelaah mengenai definisi nafkah dalam hukum Islam sebagai pengantar untuk membahas seputar konsep nafkah dalam hukum Islam.

Kata

ٌﺔ

ܿ

ݎܻ

memiliki makna yang sama dengan ٌفوﺮْﺼ݊,ٌﺔܻآْ݇ yang bermakna biaya atau belanja,1 dalam kamus al-Munawir kata

ܽ

ݎܻ

bermakna habis, laris, bentuk masdarnya ْﺔܻܿݎ bermakna biaya, belanja, pengeluaran uang.2 jika diambil dari kata قﻮܻڱݏﻟا maka nafkah bemakna كﻼﻬْﻟا (rusak/mati),3 dan jika diambil dari kata قﺎܻﱢݏﻟا maka nafkah bermakna peredaran atau sirkulasi, jika diambil dari kata

اْﻟ ﺈْݎ ܻ

قﺎ maka nafkah bermakna pengeluaran جاﺮْﺧﺈْﻟا Dari beragam pengertian secara

1

Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-`Asry, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt) cet. Ke-V, hal. 1934.

2

A.W. Munawir, Kamus al-Munawwir; Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,

1997), hal. 1449.

3

Komisi Guru Bidang Fikih Fakultas Syari’ah dan Hukum Mesir, Durûs fî Akhwalu

al-Syakhsiyah li al-Muslimîn, (Mesir: tp, 2006/2007), hal. 150.

29

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(40)

Dalam kamus istilah fikih nafkah didefenisikan sebagai pengeluaran seseorang berupa perbekalan pemberian seseorang berupa makanan, pakaian, tempat tinggal ataupun ketentraman atau kesenangan hidup kepada seseorang disebabkan karena perkawinan, kekeluargaan dan pemilikan (budak) sesuai

dengan kemampuan.4

B. Kadar Nafkah Yang Harus Diberikan Oleh Suami

Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat mengenai kewajiban suami untuk memeberikan nafkah kepada istrinya, diantaranya yaitu :

4

M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Syafi’ah AM, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), cet. Ke-III, hal. 240.

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(41)

Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah [2] 233)

Ayat diatas secara eksplisit menjelaskan tentang kewajiban seorang ayah agar memberikan nafkah kepada istrinya, namun nafkah yang dikehendaki oleh ayat ini, adalah nafkah yang baik dan yang diperoleh dengan cara yang baik pula sesuai dengan kemampuan suami. Ayat ini juga sekaligus memberikan pesan secara tersirat kepada para istri agar tidak menuntut nafkah kepada suami melebihi dari apa yang mampu diberikan oleh para suami. Sebab Allah SWT pun

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(1)

66

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

A. Kesimpulan

Berdasar pada kajian yang telah penulis lakukan dalam skripsi ini, baik secara teoritis maupun analisis, dapat penulis simpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Mengenai hak dan kewajiban suami istri kiranya cukup jelas dijabarkan dalam

pasal 34 UU No.1 Tahun 1974, dan pasal 80 dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), hal ini dilakukan demi tertib hukum yang berlaku di Indonesia. Lebih dari itu KHI merupakan kompilasi hukum yang disarikan dari penelitian terhadap ayat-ayat al-Qur’ân dan telaah ilmiah terhadap Hadits, serta dari pengkajian terhadap berbagai kitab fikih yang ada, dan dikontekstualisasikan sedemikian rupa, agar sesuai dengan semangat dan aspirasi budaya Indonesia. 2. Tidak ada larangan dalam hukum Islam tentang keikutsertaan seorang istri untuk mencari nafkah bagi keluarganya, dengan catatan seorang istri rela dan ikhlas, dan selama masih dalam batasan aturan agama Islam, serta tidak meninggalkan kewajiban sebagai seorang istri dan seorang Ibu.

B. Saran

Beberapa saran yang ingin penulis sampaikan terkait pembahasan ini adalah sebagai berikut :

66

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

67

1. Hendaknya memulai untuk mengembangkan pola berfikir yang emansipatif tetapi tetap dalam semangat keislaman dan dalam bingkai kearifan lokal dalam memahami relasi antara suami istri, sehingga persoalan tentang keikutsertaan istri dalam pemenuhan nafkah yang mungkin dalam titik ekstrimnya bisa jadi nafkah yang secara formil harus dipenuhi oleh suami justru dipenuhi oleh istri. Dengan pemahaman yang baik terhadap persoalan ini diharapkan tidak membuat suami secara khusus dan masyarakat umumnya merasa tabu. Karena memang tidak ada aturan al-Qur’ân, hadits maupun aturan hukum lainnya yang melarang istri untuk ikut menafkahi keluarganya. 2. Menciptakan keluarga yang sakinah diperlukan juga kondisi yang mendukung

dalam skala yang lebih besar, sehingga peran negara dalam upaya menciptakan keluarga yang sakinah mutlak diperlukan, karena keluarga merupakan salah satu bagian sosial yang kecil yang hidup dalam komunitas besar benama negara. Ketika negara benar-benar mampu mensejahterakan rakyatnya, tentu pemenuhan nafkah keluarga dapat diusahakan secara layak. Sehingga fungsi keluarga dapat berjalan dengan baik.

Demikian skripsi ini ditulis semoga bermanfaat. Amin...

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Cet-III. Jakarta: Akademika Pressindo, 2001

Ali, Atabik & Muhdlor, Ahmad Zuhdi. Kamus al-`Ashrî. Cet-V. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt

Al-Asqalany, Ibnu Hajar. Bulûghul Marâm. Jakarta: Dar al-Kutub al-Islâmiyah, tt Ábadî, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haq al-Adzim. ‘Aunu al-Ma’bûd;

Syarah Sunan Abu Daud. Kairo: Dar el-Hadits, 2001

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Matn al-Bukhâri Juz III. Surabaya: Dar al-Kutub

al-Islâmiyah, tt

Fromm, Erich. The Art Of Loving. Cet-I. Jakarta: Fresh Book, 2002

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat, Cet-III. Jakarta: Kencana, 2008

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Cet-II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1996

Hitti, Philip K. History Of The Arabs. Edisi revisi ke-10. Penerjemah, R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi, 2005

Humaira, Aida. Pandangan Hukum Islam Tentang Konsep Nafkah Keluarga Dari Istri Karir, Dalam Peta Kajian Pemikiran Islam, Sosial, Budaya, Sains dan Teknologi (kumpulan hasil-hasil penelitian tahun 2007). Jakarta: UIN Syahid, 2007

Al-Jamal Ibrahim, Muhammad. Fiqih Wanita. Penerjemah Anshori Umar. Semarang: CV. As-Syifa’, tt.

Nuruddin, Amir & Tarigan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi kritis perkembangan hukum Islam dari fiqih, UU No 1/1974 sampai KHI). Cet-II. Jakarta: Kencana, 2004

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif; edisi revisi. Cet-XV. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008

68

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(5)

69

Moore, Henrietta L. Feminisme dan Antropologi. Jakarta: FISIP UI dan Penerbit OBOR, 1998

Mubarok, Jaih. Kaidah Fiqh Sejarah Dan Kaidah Asasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2002

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Madzhab. Cet-XV. Penerjemah, Masykir A.B., Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff. Jakarta: Lentera, 2005

Muhammad, Abdul Mun’im. Khadijah The True Love Story Of Muhammad. Cet-VII. Penerjemah Ghozi. M. Jakarta: Pena, 2008

Mujieb, M. Abdul & Tholhah Mabruri, Syafi’ah AM, Kamus Istilah Fiqih. Cet-III. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002

Muslim. Shahih Muslim. Kairo: Dar el-Hadits, 1997

Pudjiastiti, Puline. Sosiologi Untuk SMA/MA XII. Jakarta: Grasindo, tt.

Qardhawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2. Penerjemah, As’ad Yasin. Cet-III. Jakarta: Gema Insani Press, 1999

Al-Qur’ân Dan Terjemahnya. Madinah Munawwarah: Komplek Percetakan al-Qur’ân Khadim al-Haramain asy syarifain Raja Fahd, 1412 H

Rusyd, Ibn. Bidayatul Mujtahid Jilid 2. Penerjemah, Imam Ghazali Said & Ahmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani, 2007

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah Jilid 7. Penerjemah, Mohammad Thalib. Bandung: al-Ma’arif, 1981

Shihab, Quraish. Membumikan al-Qur’ân. Cet-XXIII. Bandung: Mizan, 2002

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Soemitro, Ronny Hanitijo. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002

Subekti, R. & Tjitrosudibio R. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita, 2004

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(6)

Media Cetak Dan Elektronik

Harian Kompas, “rubrik Humaniora,” edisi 12 Juli 2002

http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=440

http://history1978.files.wordpress.com/2008/08/ringkasan-materi-sosio-antro-smt-genap.pdf

http://www.iloveblue.com/printnews.php?jenis=article&pid=164

http://johnkecops.blog.friendster.com/2008/07/fungsi-keluarga-di-jerman-dan-memahami-fenomena-sosio-budaya-di-belakangnya/

http://www.badilag.net/index.php?option=com_content&task=view&id=2139&Itemi d=429

http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/112803

KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Cecep Hadiyan NIM : 102043124910

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA