Hak Dan Kewajiban Suami Istri

49 Rasulullah S aw bersabda: “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya. Dan tidaklah seorang istri dapat menunaikan seluruh hak Allah Subhanâ hu wa Ta‟alâ terhadapnya hingga ia menunaikan seluruh hak suaminya. Sampai-sampai jika suaminya meminta dirinya mengajaknya jima‟ sementara ia sedang berada di atas pelana yang dipasang di atas unta maka ia harus memberikannya ti dak boleh menolak.” a Hak-hak suami atas istri :  Ditaati dalam seluruh perkara kecuali maksiat. Sabda Rasulullah Saw: “Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang ma‟ruf.” Istri wajib mentaati perintah suami asalkan itu bukanlah perbuatan maksiat dan melanggar hukum agama Islam. Istri juga wajib menolak perintah suami untuk berbuat maksiat kepada Allah Swt, karena apabila ia menaati suaminya berarti ia berbuat dosa sebagaimana suaminya berdosa karena telah memerintahkannya bermaksiat. 24  Ketaatan istri kepada suami termasuk memenuhi panggilan suami ke tempat tidur dan tidak boleh menolak suami, kecuali sedang dalam keadaan haid. Istri yang menolak ajakan tersebut akan dilaknat oleh malaikat, sebagaimana sabda Rasulullah S aw: “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak untuk datang maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” 24 Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1993, h.37. 50  Dimintai izin oleh istri yang hendak keluar rumah. Istri tidak boleh keluar rumah kecuali seizin suami. Hal ini termasuk ketika istri ingin mengunjungi orangtuanya serta kebutuhan lainnya. Istri yang keluar rumah tanpa seizin suaminya cenderung menimbulkan fitnah hingga maksiat kepada Allah Swt.  Istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin suaminya, terutama jika suami sedang berada di rumah seharian. Rasulullah Saw bersabda: “Tidak boleh seorang istri puasa sunnah sementara suaminya ada di tempat kecuali dengan izin suaminya.” Suami berhak mendapatkan kesenangan bersama istrinya yang harus segera ditunaikan dan tidak boleh tertunda dikarenakan sang istri sedang puasa sunnah. Oleh sebab itulah istri bisa berpuasa sunnah hanya atas izin suami.  Istri tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke rumah suami kecuali dengan izinnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Tidak boleh seorang istri mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya terkecuali dengan izin sua minya.”  Mendapatkan pelayanan dari istrinya.hal ini memang sudah semestinya, sebagai tugas istri di rumah yaitu melayani dan mengurusi segala kebutuhan suami. Seperti yang telah dicontohkan oleh istri sahabat Nabi Muahmmad S aw, yaitu Asma’ istri Abi Bakar Ash-Shiddiq Ra. Ia mengurusi hewan tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kudanya, menjahit dan menambal embernya, serta mengadoni tepung untuk membuat kue. Ia yang memikul biji-bijian dari tanah milik suaminya sementara jarak tempat tinggalnya dengan tanah tersebut cukuplah jauh.”  Disyukuri kebaikan yang diberikannya. Istri harus mensyukuri atas setiap pemberian suaminya dan berterima kasih kepadanya. 51 Islam memandang tinggi dan mulia Terhadap wanita. Oleh karena itu, istri pun juga memiliki hak-hak yang harus ditunaikan oleh suami. Sesuai denga firman Allah swt: “Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma‟rûf.” Seperti suami, istri pun berhak mendapatkan hak-haknya sebagaimana ia juga memenuhi kewajibannya. b Hak-hak istri atas suami :  Mendapat mahar dari suaminya. Tentunya ketika akad nikah seorang lelaki harus menyerahkan mahar kepada wanita yang dinikahinya. Mahar adalah wajib hukumnya 25 , sebagaiaman firman Allah S wt: “Berikanlah mahar kepada wanita-wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.” “berikanlah kepada mereka istri-istri kalian maharnya dengan sempurna sebagai sua tu kewajiban.” Serta sabda Rasulullah Saw yang diucapkan ketika seorang sahabatnya ingin menikah namun ia tidak memiliki harta: “Lihatlah apa yang bisa engkau jadikan mahar dalam pernikahanmu, walaupun hanya cincin dari besi.”  Digauli oleh suaminya deengan patut dan akhlak mulia. Allah swt berfirman: “Bergaullah kalian dengan para istri secara patut. Bila kalian tidak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” Rasulullah Saw 25 Sidi Nazar Bakry, Kunci keutuhan Rumah tangga, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1993, h.46. 52 pun telah bersabda: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri- istrinya.”  Mendapatkan nafkah , pakaian, dan tempat tinggal. Suami wajib memberikan nafkah dam pakaian yang layak bagi istrinya, serta anak-anaknya. Firman Allah S wt: “dan kewajiban bagi seorang ayah untuk memberikan nafkah dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma‟rûf.”  Mendapat perlakuan adil, jika suami memiliki lebih dari satu istri. Maka suami yang berpoligami wajib memberikan nafkah dan perlakuan yang sama kepada istri-istrinya. “maka nikahilah wanita-wanita yang kalian senangi: dua, tiga, atau empat. Namun jika kalian khawatir tidak dapat berbuat adil di antara para istri nantinya maka nikahilah seorang wanita saja atau dengan budak-budak perempuan yang kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat bagi kalian untuk tidak berbuat aniaya. ” Rasulullah bersabda: “Siapa yang memiliki dua istri lalu ia condong melebihkan secara lahiriah kepada salah satunya maka ia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan satu sisi tubuhnya miring atau lumpuh. ”  Mendapatkan bimbingan dari suaminya agar selalu taat kepada Allah Swt, serta terjaga dari api neraka. Bimbingan itu berupa pengajaran atau pengetahuan agama. Sebagaimana firman Allah S wt: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. ” 53

B. Pendapat Ulama Tentang Peran Suami dalam Membina

Rumah Tangga. 1. Peran Suami dalam Rumah Tangga Kehidupan rumah tangga yang penuh kasih sayang, mesra dan menyenangkan, merupakan dambaan setiap pasangan suami istri. Namun dalam perjalanannya tak semudah yang diimpikan, ibarat bahtera yang mengarungi lautan luas yang tak lepas dari ancaman badai dan gelombang. Lautan mengalami pasang surut maka kehidupan rumah tangga pun akan mengalami semisalnya. Kadang hubungan antara suami istri manis dan mesra, namun pada saat tertentu bisa panas dan mencemaskan. Tali pernikahan dalam Islam adalah sebuah ikatan yang kokoh yang menjalin pasangan suami istri dalam rangka menggapai jalinan rumah tangga yang penuh cinta dan kasih sayang. 26 Allah menyifati hubungan pernikahan itu dengan istilah mitsâqan ghalîzân tali perjanjian yang kokoh. Akad nikah adalah sebuah ikatan perjanjian yang kokoh untuk mewujudkan keluarga yang penuh cinta kasih. Al Qur’an menggambarkan kedekatan hubungan mereka ibarat pakaian dan pemakainya. Islam sangat menjaga ikatan yang suci ini agar tidak sampai goncang, apalagi terlepas. Namun dua insan yang masing-masing memiliki watak, tabiat, kepribadian yang berbeda dan ditambah pengaruh luar, kadang terjadi kesenjangan hubungan antara keduanya. 27 Diantara faktor pemicu terbesar problematika rumah tangga adalah kurang saling memahami tugas masing-masing antara suami dan istri. 26 Abdul Hakam, Menuju Keluarga Sakinah, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004, h. 37. 27 Abdul Hakam, Menuju Keluarga Sakinah, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004, h. 39. 54 1. Pendapat Ulama tentang Peran Suami Dari pendapat para ulama tentang peran suami dalam membina rumah tangga. Mengingat dialah tonggak utama rumah tangga yang sangat berpengaruh bagi baik-buruknya sebuah rumah tangga. a. Suami adalah Pemimpin Rumah Tangga Al-Imam Ibnu Katsir berpendapat : “Dengan sebab harta yang mereka belanjakan berupa mahar, nafkah dan tanggungan yang Allah Subhanahu wa Ta‟ala wajibkan atas mereka seperti yang tersebut dalam kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya, maka pria lebih utama dari wanita serta memiliki kelebihan dan keunggulan di atas wanita, sehingga pantas menjadi pemimpin bagi wanita. Kemudian Al-Imam Ibn u Katsir berkata: “Para suami memiliki kelebihan satu tingkat di atas para istri yaitu dalam keutamaan, dalam penciptaan, tabiat, kedudukan, keharusan menaati perintahnya dari si istri selama tidak memerintahkan kepada kemungkaran, dalam memberikan infa kbelanja” b. Suami berkewajiban Memberi Nafkah Lahir dan Bathin Memberi makan itu merupakan kewajiban suami kepada istri. Dan kalau disebut makanan, artinya bukan bahan mentah melainkan makanan yang siap disantap. Sehingga proses memasaknya bukan menjadi tugas dan tanggung-jawab istri. Memberi pakaian itu adalah kewajiban suami kepada istri, bukan kewajiban istri kepada suami. Dan kalau disebut pakaian, artinya adalah pakaian yang bersih, wangi, rapi siap dipakai. Maka kalau baju itu kotor dan bau karena