Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Tanjung Morawa Kesimpulan

E. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Tanjung Morawa

Dari data statistik Kecamatan Tanjung Morawa diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Morawa kurang lebih 168.174 Jiwa dan kurang Lebih 39.739 Rumah Tangga yang mempunyai Keanekaragaman Suku Bangsa, Agama dan Kepercayaan. Masyarakat Tanjung Morawa pada umumnya hidup dari berbagai mata pencarian seperti Pegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN Pegawai BUMD, wiraswasta, pedagang, bahkan masih ada yang menggantungkan hidupnya dengan bertani namun hal ini tidak berarti membuat mereka ketinggalan dalam hal meningkatkan pendidikannya. Keadaan ekonomi masyarakat Tanjung Morawa pada umumnya termasuk ke dalam masyarakat menengah kebawah. Dari data statistik Kecamatan Tanjung Morawa dapat diketahui bahwa masih ada masyarakat yang tergolong kedalam keluarga prasejahtera. Hal ini disebabkan mata pencarian masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa tidak terlalu menjanjikan untuk mendapatkan hidup yang lebih layak, namun mereka tidak pernah menyerah begitu saja. Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa terkenal dengan kegigihannya dalam meningkatkan taraf hidupnya. Situasi yang demikian ini dapat kita lihat bagaimana masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa tersebut terus membenahi diri yaitu dengan mencoba mencari kegiatan seperti buruh pabrik bagi yang tidak melanjutkan studinya dan bagi pelajar terus berjuang di lingkungan pendidikan sampai ke universitas sekalipun sehingga memungkinkan bahwa angka pengangguran sedikit di Kecamatan Tanjung Morawa. Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK

A. Ketentuan Umum Pajak 1. Pengertian Pajak

a. Menurut Buku Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan “ Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. “ Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Resmi, 2007 : 1 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada 5 lima unsur pokok dalam defenisi pajak, yaitu : 1. Iuran pungutan 2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang 3. Pajak dapat dipaksakan 4. Tidak menerima kontra prestasi 5. Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah Universitas Sumatera Utara

2. Fungsi Pajak

Fungsi Pajak menurut Mardiasmo,MBA,Ak. Dalam bukunya “Perpajakan 2002” 2002,2 mempunyai dua fungsi, yaitu : a. Fungsi Anggaran Budgetair Fungsi Anggaran Budgetair yaitu fungsi pajak sebagai sumber dana bagi Pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. b. Fungsi Mengatur Regulerend Fungsi Mengatur Regulerend yaitu fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. 3. Pengelompokan Pajak 3.1. Pajak Menurut Golongannya a. Pajak langsung, yaitu pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada Wajib Pajak lainnya. Contohnya : Pajak Penghasilan PPh. b. Pajak tak langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau yang biasanya disebut sebagai konsumen. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai PPN, bea materai, serta bea balik nama.

3.2. Pajak Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak yang menjadi pemikul beban pajak tersebut. Contohnya : Pajak Penghasilan. Universitas Sumatera Utara b. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak yang menjadi pemikul beban pajak tersebut. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM.

3.3. Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui departemen keuangan dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN, PBB, Bea Materai, dan Bea Lelang. b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang di pungut oleh lembaga pemerintahan daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah, yaitu : 1. Pajak dibawah Koordinasi Propinsi, contoh Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaaan. 2. Pajak dibawah Koordinasi Kabupaten Kota, contoh : Pajak Hotel, Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir. Universitas Sumatera Utara

B. Pengertian Penyuluhan Perpajakan

Penyuluhan atau counseling, salah satu teknik yang sangat penting diantara teknik-teknik bimbingan lainnya, didefinisikan sebagai proses menolong orang supaya dapat mengatasi persoalan-persoalannya dan menambah penyesuaian dirinya melalui wawancara interview serta sifat-sifat hubungan yang lain antara orang dengan orang, misalnya dengan membuat orang yang ditolong tadi dapat merasa bebas dan senang on his ease. Sedangkan penyuluh atau konseler adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk memberikan penyuluhan atau socialization. Penyuluhan perpajakan yang dilakukan oleh fiskus adalah merupakan suatu sistem penyampaian informasi dan bimbingan perpajakan berkesinambungan yang adalah ujung tombak dalam pelaksanaan Self Assesment System agar masyarakat tergugah dan sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

1. Tujuan Penyuluhan Perpajakan

Menurut Direktorat Jenderal Pajak, tujuan penyuluhan perpajakan adalah : a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya peranan pajak bagi suatu negara tersebut mampu melaksanakan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan kewajiban perpajakannya yang bagi warga negara hak dan kewajiban perpajakan tersebut merupakan kewajiban kenegaraan. Universitas Sumatera Utara c. Meningkatkan kemauan masyarakat untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya. d. Mendorong keikutsertaan lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan agar turut serta mendukung pelaksanaan sistem pemungutan pajak yang berlaku.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan PBB

2.1. Petugas Penyuluh

Petugas penyuluh Pajak Bumi dan Bangunan merupakan orang yang ditunjuk untuk melakukan penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada masyarakat. Maka yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh adalah : a. Harus profesional dalam bidang penyuluhan perpajakan. b. Harus mempunyai pengetahuan keterampilan dan keahlian dalam bidang perpajakan serta mampu melakukan penyuluhan dengan metode yang tepat. c. Harus mampu sebagai komunikator yang baik karena dia harus menyampaikan pesan kepada orang lain yaitu menjelaskan masalah Pajak Bumi dan Bangunan kepada masyarakat. d. Harus mampu memberikan motivasi kepada masyarakat agar lebih menyadari kewajibannya yaitu melaksanakan kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan. e. Harus menguasai materi penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan dan menggunakan metode penyuluhan yang tepat. Universitas Sumatera Utara

2.2. Metode Penyuluhan

Berdasarkan cara penyampaiannya, metode penyuluhan perpajakan dibagi menjadi dua, yaitu : a. Metode langsung berarti penyuluhan perpajakan dilakukan dengan berhadapan atau bertatap muka, maupun tanpa tatap muka dimana antara penyuluh dan yang disuluh terjadi suatu komunikasi interaktif pada waktu yang bersamaan. Misalnya penyuluhan dalam bentuk ceramah, diskusi, seminar, wawancara, tanya jawab, ataupun siaran interaktif di media elektronik. b. Metode penyuluhan perpajakan tidak langsung dilaksanakan dengan menggunakan media, dimana antara penyuluh antara yang disuluh tidak terjadi komunikasi interaktif.

2.3. Materi Penyuluhan

Materi dalam penyuluhan perpajakan adalah berupa ketentuan perundang- undangan perpajakan termasuk pengertian dan pemahaman dasar perpajakan. Misalnya pengertian tentang pajak, mengapa harus membayar pajak, serta pemanfaatan pajak dalam pembiayaan negara. Penyampaian materi-materi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, serta melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jika akan diberikan secara langsung, maka materi penyuluhan perpajakan disusun dalam bentuk tulisan atau makalah yang nantinya akan disampaikan kepada peserta penyuluhan dan dipersiapkan pula dalam bentuk transparansi. Dan apabila materi penyuluhan perpajakan akan diberikan secara Universitas Sumatera Utara tidak langsung, maka materi yang akan disampaikan disesuaikan dengan media yang dipilih.

2.4. Sarana Pendukung

Untuk efektifitas penyuluhan maka sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan harus lengkap dan memadai. Fasilitas yang terpenting adalah gedung atau ruangan sebagai tempat penyuluhan. Gedung tempat penyuluhan harus mampu menampung peserta penyuluhan dan lokasinya mudah dijangkau masyarakat serta situasi dan kondisi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang memungkinkan diadakannya suatu kegiatan.

C. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan PBB 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunann PBB

Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah dan atau bangunan. Keadaan subyek siapa yang membayar tidak ikut menentukan besarnya pajak. “Bumi adalah Permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa tambak perairan serta laut wilayah Perairan Republik Indonesia“. Universitas Sumatera Utara “Bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan“. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah : a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan. b. Jalan tol. c. Kolam renang. d. Pagar mewah. e. Tempat olah raga. f. Galangan kapal, dermaga. g. Taman mewah. h. Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan yang berlaku sekarang adalah Undang- undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994. Tetapi masih terdapat peraturan atau keputusan lain yang mengatur tentang Pajak Bumi dan Bangunan, antara lain : a. Keputusan Menteri Keuangan No. 523 KMK 04 1998 tentang penentuan klasifikasi penggolongan dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan PBB. Universitas Sumatera Utara b. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1997 tentang Persentase Nilai Jual Kena Pajak NJKP c. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 1998 tentang Penetapan besarnya Nilai Jual Kena Pajak Bumi dan Bangunan. d. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82KMK.042000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. f. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83KMK.042000 tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. g. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 49 PJ.6 2000 tanggal 7 Desember 2000 tentang rincian Rencana Penerimaan PBB dan BPHTB. 3. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan 3.1.Subjek Pajak Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 selanjutnya disebut UU PBB, bahwa : a. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, danatau memperoleh manfaat atas bumi, danatau memiliki bangunan, dan atau menguasai bangunan, danatau memperoleh manfaat atas bangunan. b. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui Wajib Pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak di atas sebagai Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara c. Subjek pajak yang ditetapkan dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia bukan Wajib Pajak terhadap objek pajak dimaksud. Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak tersebut disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui dan Wajib Pajak berhak mendapatkan keputusan pencabutan penetapan sebagai Wajib Pajak. 3.2.Objek Pajak Dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan disebutkan bahwa yang menjadi objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi danatau Bangunan. Sementara itu arti bumi dan bangunan dijelaskan dalam Pasal 1 Undang-undang PBB. Yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah danatau perairan. Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah : Universitas Sumatera Utara a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan kompleks bangunan tersebut. b. Kolam renang. c. Pagar mewah. d. Tempat olah raga. e. Taman mewah. f. Galangan kapal, dermaga. g. Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. h. Jalan tol. i. Fasilitas lainnya yang memberikan manfaat. 3.3.Pengecualian Objek Pajak Pasal 3 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan menentukan bahwa yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang : a. Objek yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional serta tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. b. Objek yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu. Universitas Sumatera Utara c. Objek yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. d. Objek yang digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat, berdasarkan perlakuan timbal balik. e. Objek yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. 4. Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 6 ayat 1 Undang- undang Nomor 12 Tahun 1986 untuk dapat menghitung besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang atas suatu objek pajak berupa tanah bumi dan atau bangunan harus diketahui terlebih dahulu beberapa faktor sebagai berikut :

4.1. Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP dan yang dimaksud dengan Nilai Jual Objek Pajak adalah Harga rata-rata yng diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli. Nilai Jual Beli Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti. Di lain pihak yang dimaksud dengan Nilai Jual Objek Pajak pengganti adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut. Selanjutnya perlu penulis kemukakan juga disini bahwa : Universitas Sumatera Utara a. Pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak adalah 3 tahun sekali namun demikian untuk daerah tertentu misalnya daerah pertokoan, perkantoran yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan setahun sekali dalam menetapkan Nilai Jual Objek Pajak, Menteri Keuangan mendengar pertimbangan Gubernur serta memperhatikan azas self-assessment. b. Untuk memudahkan pelaksanaan perhitungan pajak terhutang atas suatu objek pajak disusun atau diadakan pengelompokan objek pajak berdasarkan Nilai Jual dan Pengelompokan ini biasa disebut klasifikasi tanah bumi dan bangunan. Klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No.523KMK.0411998 Tanggal 18 Desember 1998.

4.2. Nilai Jual Kena Pajak NJKP

Yang dimaksud dengan Nilai Jual Kena Pajak assessment value adalah Nilai Jual yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual yang besarnya ditetapkan serendah-rendahnya 20 dua puluh persen dan setinggi-tingginya 100 seratus persen . Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dan tidak ditentukan jangka waktu masa berlakunya, tergantung kepada kondisi ekonomi nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1998 Tanggal 30 September 1998 dimana ditentukan besarnya Nilai Jual Kena Pajak sebagai dasar perhitungan pajak yang Universitas Sumatera Utara terutang sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun1994, adalah : a. Sebesar 40 empat puluh persen untuk : 1 Objek Pajak Perumahan, yang Wajib Pajaknya perseorangan dengan Nilai Jual Objek Pajak atas Bumi dan Bangunan sama atau lebih besar dari Rp.1.000.000.000-, satu milyar rupiah . 2 Objek Pajak Perkebunan, yang luas lahannya sama atau lebih besar dari 25 Ha dua puluh lima hektar yang dimiliki, dikuasai atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Swasta, maupun berdasarkan kerjasama operasional antara pemerintah dan swasta. 3 Objek Pajak Kehutanan, termasuk areal blok tebangan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Pemegang hak Pengusahaan Hutan, Pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan dan Pemegang Izin Pemanfaatan Kayu. b. Sebesar 20 dua puluh persen untuk objek pajak lainnya. Untuk objek pajaknya apabila NJOP kurang dari Rp. 1.000.000.000 satu milyar rupiah.

4.3. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah Batas Nilai jual Untuk Objek Pajak yang tidak kena pajak dan bertujuan untuk lebih memberikan keadilan dalam pengenaan pajak. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan untuk masing- masing KabupatenKota dengan tarif setinggi-tingginya Rp.12.000.000 Dua Belas Universitas Sumatera Utara Juta Rupiah untuk setiap wajib pajak dan serendah-rendahnya Rp. 8.000.000,- Delapan Juta Rupiah .

4.4. Tarif Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah tarif tunggal yaitu sebesar

0,5 Lima Persepuluh Persen . Dengan Tarif Tunggal ini : a. Ingin diwujudkan kesederhanaan, kemudahan pelaksanaan dan pengawasan, baik bagi wajib pajak maupun bagi aparat pelaksana. b. Berarti akan menghasilkan jumlah ketetapan pajak yang sifatnya proposional atau sepadan dan atau sebanding. Sebenarnya tarif yang sebesar 0,5 itu efektifnya adalah : a. 0,5 X 40 = 0,2 dua seper duapuluh persen . b. 0,5 X 20 = 0,1 satu per sepuluh persen .

4.5. Rumus dan Formula Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan

Sesuai Ketentuan yang berlaku Pasal 7 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 Pajak Bumi dan Bangunan bahwa besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak kepada Nilai Jual Kena Pajak, sehingga rumus menghitungnya sebagai berikut : Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif pajak x NJKP = 0,5 X persentase NJKP X NJOP – NJOPTKP Universitas Sumatera Utara Formula menghitung besarnya Pajak terutang seperti dibawah ini : 1 NJOP tanah = luas x nilai jualm² = Rp xxx 2 NJOP bangunan = luas x nilai jualm² = Rp xxx 3 NJOP sebagai dasar pengenaan = Rp xxx + 4 NJOPTKP = Rp xxx 5 NJOP untuk perhitungan pajak = Rp xxx _ 6 Besarnya PBB terutang 0.5 x 20 atau 40 x Rp =Rp………

5. Tahun Pajak

Menurut pasal 8 ayat 1 Nomor 12 Tahun 1985 bahwa tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin. Jangka waktu satu tahun takwin adalah dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Saat yang menentukan pajak terhutang adalah keadaan Objek Pajak pada tanggal 1 Januari. Perubahan Objek Pajak setelah tanggal 1 Januari, baik penambahan atau pengurangan tidak akan mempengaruhi besarnya pajak yang terhutang untuk tahun yang bersangkutan. 6. Dasar Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan 6.1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT SPPT adalah surat yang digunakan oleh Dirjen Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada Wajib Pajak dalam 1 satu tahun pajak. SPPT diterbitkan dengan ketentuan : a. SPOP dikembalikan oleh wajib pajak sesuai waktu yang ditentukan. Universitas Sumatera Utara b. Berdasarkan data objek pajak yang telah ada di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan pajak terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambatnya 6 bulan sejak saat diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak. Pajak terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar dikenakan denda administrasi 2 setiap bulan yang tidak dibayar tersebut, bagian dari bulan dihitung satu bulan.

6.2. Surat Ketetapan Pajak SKP

SKP adalah Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang memberitahukan besarnya pajak yang terutang termasuk denda administrasi kepada Wajib Pajak. SKP dikeluarkan dalam hal sebagai berikut : a. Jika SPOP tidak dikembalikan sesudah melewati 30 hari setelah ditegur secara tertulis ternyata tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, jumlah pajak terutang dalam SKP adalah pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25 dari pokok pajak. b. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak, jumlah pajak terutang dalam SKP adalah selisih pajak terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak terutang yang dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda administrasi sebesar 25 dari selisih pajak terutang. Universitas Sumatera Utara

6.3. Surat Tagihan Pajak STP

STP adalah Surat Keputusan Kepla Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk menagih pajak terutang atau kurang bayar ditambah denda administrasinya. Besarnya pajak terutang yang ditagih adalah pokok pajak ditambah denda administrasi sebesar 2 perbulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. STP dikeluarkan apabila : a. Wajib Pajak tidak melunasi pajak yang terutang sedangkan saat jatuh tempo pembayaran SPPTSKP telah lewat. b. Wajib Pajak melunasi pajak yang terutang setelah lewat saat jatuh tempo pembayaran SPPTSKP tetapi denda administrasinya tidak dilunasi. Setelah diterimanya STP oleh wajib pajak, maka SPPT atau SKP yang merupakan dasar penerbitan STP tersebut, tidak lagi di anggap sebagai dasar perhitungan PBB.

7. Pembayaran Pajak

Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan dapat dilakukan pada : a. Seluruh cabang Bank Pemerintah, kecuali Bank Pembangunan Indonesia BAPINDO dan Bank Tabungan Negara BTN. b. Kantor Pos dan Giro. c. Dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan atau Melalui Petugas Pemungut yaitu BTN dan BRI. Universitas Sumatera Utara

8. Pembagian Hasil Pajak Bumi dan Bangunan

Pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82 KMK.04 2000 Pasal 1 satu, yaitu : 1. Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan Negara dan disetor sepenuhnya ke rekening kas Negara. 2. 10 dari hasil penerimaan sebagaimana dalam ayat 1 merupakan bagian penerimaan untuk Pemerintah Pusat. 3. 90 dari hasil penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 merupakan bagian penerimaan untuk Daerah yang dibagikan sebagai berikut : a. 16,2 untuk daerah Propinsi yang bersangkutan. b. 64,8 untuk Daerah Kabupaten Kota yang bersangkutan. c. 9 untuk biaya pemungutan yang dibagikan kepada Dirjen Pajak dan Daerah. Universitas Sumatera Utara BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Pelayanan mengandung pengertian pemberian fasilitas berupa informasi, motifasi dan sarana dengan tujuan agar pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Pelayanan yang prima akan menciptakan suatu kondisi psikologis bagi yang dilayani untuk menikmati pelayanan yang diberikan kepadanya dan senatiasa terkenang dengan hal-hal positif yang diperoleh. Didalam pengertian praktis, penyuluhan pada hakikatnya merupakan bagian dari pelayanan. Sejalan dengan pengertian tersebut, idealnya kedudukan Kantor Penyuluhan Pajak yang satu kota dengan Kantor Pelayanan Pajak, berada dalam satu atap dengan Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan sehingga keberadaanya dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya khususnya dalam pemberian informasi-informasi perpajakan kepada masyarakat yang meminta informasi ke Kantor Pelayanan Pajak. Agar penyuluhan perpajakan yang dilakukan mencapai sasaran yang diharapkan, maka pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan berdasarkan standar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan penyuluhan selalu terkait dengan masyarakat yang disuluh. Mayarakat inilah yang juga menentukan berhasil tidaknya penyuluhan yang dilakukan. Untuk Universitas Sumatera Utara itulah diperlukan pemahaman tentang bagaimana sruktur masyarakat yang menjadi objek dalam penyuluhan. Lain ladang lain belalang. Adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap masyarakat di wilayah yang berbeda pasti memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda. Salah satu kelemahan besar pelayanan penyuluhan adalah kurangnya perhatian terhadap aspek sosial dan budaya. Dalam proses penyuluhan yang selalu menjadi titik berat adalah petugas penyuluhan yang up to date dan kompeten melakukan tugasnya. Padahal penyuluhan yang berhasil juga ditentukan dari bagaimana penerimaan masyarakat terhadap apa yang disuluhkan. Selain itu, masyarakat yang disuluh harus dapat mengerti dan mampu melaksanakan apa yang telah disuluhkan. Berarti bahwa bukan hanya pengertian dan kemampuan dari segi fisik dan finansial tetapi juga dari segi sosial dan budaya. Salah satu cara untuk mencoba mengatasi hal ini, instansi penyuluhan dapat melakukan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat objek penyuluhan, baik berupa pendekatan fisik maupun pendekatan lainnya. Dari pendekatan-pendekatan ini diharapkan akan didapatkan pemahaman tentang bagaimana struktur sosial dan budaya masyarakat objek penyuluhan, yang akan mempermudah proses penyuluhan sehingga materi penyuluhan maupun petugas penyuluhan akan diterima lebih baik oleh masyarakat objek penyuluhan. Penyuluhan juga harus melibatkan masyarakat untuk dapat membina proses partisipasi dari komunikasi yang dilakukan sehingga dapat diperoleh feedforward yang baik dari masyarakat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan pegawai kecamatan, diketahui bahwa dalam melaksanakan penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa, pos pembantu Kantor Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam bekerjasama dengan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II menurunkan beberapa orang petugas penyuluh yang diantaranya adalah orang-orang dari Dispenda. Ikut sertanya pihak Dispenda dalam penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan disebabkan Pajak Bumi dan Bangunan itu sendiri merupakan pajak pusat dan penerimaannya ditagih dan digunakan untuk pembangunan daerah sebagian besar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dikembalikan ke Dati II.. Jadi yang terjadi di Kecamatan Tanjung Morawa adalah fiskus dengan aparat dispenda yang ada dikantor camat mengundang Kepala DesaLurah untuk menghadiri penyuluhan tersebut kemudian menyampaikan isi dari penyuluhan itu. Tetapi terkadang fiskus bersama aparat Dispenda langsung menuju ke DesaLurah yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa. Jadi pelaksanaan penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dikatakan telah berhasil karena diketahui dari daftar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari tahun ke tahun semakin meningkat. B. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan upaya untuk mengatasinya 1. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa, antara lain : Universitas Sumatera Utara 1.1. Faktor Intern a. Hambatan fisik yaitu : Minimnya prasarana dan sarana penunjang kegiatan pelaksanaan tugas antara lain : 1. Kurangnya sarana penunjang mobilitas. 2. Kurangnya sarana penyampaian informasi yang dimiliki oleh Kantor Penyuluhan Pajak. 3. Kurangnya pemanfaatan media informasi diluar jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang jangkauannya sangat luas seperti media televisi, radio, koran dan lain-lain. b. Hambatan psikis yaitu : 1. Masih ada kesan seolah-olah personal-personal Kantor Penyuluhan adalah personal-personal yang kualitas dua. 2. Belum terbangunnya kondisi dimana seorang yang ditugaskan di Kantor Penyuluhan merasa bangga dan sebagai orang-orang terpilih bukan buangan. 3. Kurang siapnya petugas Kantor Penyuluhan Pajak melaksanakan tugasnya karena kurang menguasai ketentuan-ketentuan atau ketidakmampuan bertindak sebagai publik relation sehingga di dalam praktik banyak yang bertindak hanya sebagai fasilitator. Universitas Sumatera Utara 1.2. Faktor ekstern a. Belum terciptanya kondisi dimasyarakat dimana membayar pajak merupakan suatu kebanggaan sebagai wujud kegotong-royongan nasional dan bukan momok yang harus ditakuti. b. Rendahnya wibawa aparat perpajakan dan kurangnya apresiasi masyarakat kepada Aparat. c. Kurangnya kepedulian masyarakat pada umumnya tentang peranan strategis pajak di dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara. d. Kadar intelektual masyarakat wajib pajak yang variatif dengan mayoritas berlatar belakang pendidikan menengah kebawah. 2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasinya, antara lain : a. Segera disusun konsep menyangkut program, sistem dan metode yang sistematis dan konfrehensif. b. Diinventarisir kembali kebutuhan sarana dan prasarana Kantor Penyuluhan Pajak yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas-tugas penyuluhan untuk segera ditanggulangi. c. Diinventarisir kembali jumlah tenaga-tenaga penyuluh yang dibutuhkan untuk kepentingan sosialisasi ketentuan-ketentuan perpajakan jangka panjang untuk segera ditanggulangi. Universitas Sumatera Utara C. Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Pelaksanaan penyuluhan pajak sangat berdampak positif bagi para Wajib Pajak agar mereka lebih bisa dan mampu melaksanakan kewajiban dalam perpajakan. Begitu juga dengan Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa yang sangat mengharapkan pelaksanaan penyuluhan khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan secara terus menerus dan bukan hanya diadakan dalam setiap satu kali satu periode. Dampak pengaruh dari pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa antara lain masyarakat akan lebih mengerti, memahami dan sadar akan pentingnya peranan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Disamping itu juga mereka akan lebih memahami bagaimana tata cara melaksanakan kewajiban dengan baik, apakah itu dari segi peraturan perpajakannya dan juga aspek-aspek lain yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Dan yang tidak kalah pentingnya lagi bagaimana masyarakat atau Wajib Pajak memahami dengan baik akan perpajakan sehingga melaksanakan kewajibannya tanpa merasa ada paksaan atau keterikatan. Tabel 2. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2007 Masa Pajak Target Realisasi Tahun 2007 7,965,562,829 4,602,389,875 57,78 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2008 Masa Pajak Target Realisasi Tahun 2008 9,597,330,565 5,823,639,717 60.68 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2008 Tabel 4. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2007 Masa Pajak Target Realisasi Tahun 2009 11,390,402,871 8,383,692,222 73.60 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2009 Sebagai perbandingan, pada tahun 2007 penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Rp. 4.602.389.875 Tahun 2008 sebanyak Rp. 5.823.639.717 dan tahun 2009 sebanyak Rp. 8.383.692.222. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya walaupun belum memenuhi target yang ditetapkan. Jadi ada koreksi positif yang terjadi semenjak dilaksanakannya lagi penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Salah satu kelemahan besar pelayanan penyuluhan adalah kurangnya perhatian terhadap aspek sosial dan budaya. Padahal penyuluhan yang berhasil juga ditentukan dari bagaimana penerimaan masyarakat terhadap apa yang disuluhkan. Selain itu, masyarakat yang disuluh harus dapat mengerti dan mampu melaksanakan apa yang telah disuluhkan. 2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 3. Pelaksanaan penyuluhan pajak sangat berdampak positif bagi para Wajib Pajak agar mereka lebih bisa dan mampu melaksanakan kewajiban dalam perpajakan. Begitu juga dengan Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa, meskipun realisasinya belum sesuai dengan target yang diharapkan tetapi jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Universitas Sumatera Utara

B. Saran