berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif Maryam, dkk. 2008.
Menurut Donald and Stanley 2007 Maryam 2008, ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori Biologis
Teori biologi mencakup untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat
dan melawan penyakit. Teori biologis terdiri dari teori radikal bebas, teori cros-link, teori
imunologis. Teori radikal bebas menyatakan bahwa proses penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan irefersibel akibat senyawa pengoksidasi. Teori cros-link
menyatakan bahwa molekul kolagen dan elasin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan ragiditas sel, cros-linkage
diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul- molekul yang normalnya terpisah. Teori imunologi menyatakan bahwa penurunan
atau perubahan dalam keefektifan system imun berperan dalam penuaan. Mekanisme selular tak teratur diperkiran menyebabkan serangan pada jaringan
tubuh melalui autoagresi atau imunodefisiensi penurunan imun. Tubuh kehilangan kemamampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein
asing system imun menyerang dan menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori Psikososial
Teori psikososial terdiri dari teori disengagement, teori aktivitas, teori Kontinuitas. Teori disengagement menyatakan bahwa orang yang menua menarik
diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih introspektif dan berfokus pada diri sendiri. Teori aktivitas tidak menyetujui teori disengament dan
menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Teori kontinuitas menyatakan bahwa kepribadian tetap sama dan
perilaku menjadi lebih mudah diperdiksi seiring penuaan. Berdasarkan teori ini kepribadian merupakan faktor kritis dalam menentukan hubungan antara aktivitas
peran sebagai teori yang menjanjikan karena teori ini menunjukkan kompleksitas proses penuaan dan kemampuan adaptif seseorang.
2.1.3. Perubahan yang Terjadi Pada Usia Lanjut
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut, yaitu: perubahan fisiologis, perubahan kognitif, dan perubahan psikososial.
2.1.3.1 Perubahan Fisiologi Pada Lansia Berikut ini, disajikan perubahan fisiologi pada lansia dalam bentuk tabel
yang terdiri dari sistem tubuh dan temuan normal;
Tabel 1. Perubahan Fisiologi Pada Lansia NO
Sistem Tubuh Temuan Normal
1. Integumen
Kulit kehilangan kelenturannya dan kelembabannya pada masa lansia. Lapisan epitel menipis dan serat
kolagen elstis menyusut dan menjadi kaku.
Universitas Sumatera Utara
2. Kardiovaskular
Penurunan kekuatan kontraktil miiokardium menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan
inni siknifikan jika lansia mengalami stress karena ansietas, kegembiraan, penyakit atau aktifitas berat.
3. Gastrointestinal
dan abdomen Penuaan mnyebabkan peningkatan jumlah jaringan
lemak pada tubuh dan abdomen akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen.
4. Reproduksi
Perubahan pada struktur dan fungsi reproduktif terjadi sebagai akibat perubahan hormonal.
5. Perkemihan
Hipertropi kelenjar prostate dapat terjadi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan
tekanannya terletak pada leher kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius , seriong
berkemih inkontinensia, dan terjadi retensi urin.
6. Muskuloskeletal
Lansia yang berolah raga secsra teratur tidak kehilangan masa atau tonus otot dan tulang
sebanyak lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang ukurannya, dan kekuatan otot berkurang
sebanding penurunan masa otot.
7. Neurologis
Jumlah neuron pada system nerfus mulai nberkurang pada pertengahan dekade kedua.
Neuron ini tidak bergenerasi, dan penurunan atau kerusakan dapat menyebabkan perubahan fungsi.
2.1.3.2 Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif yang sering terjadi pada lansia yaitu demensia dan delirium. Demensia adalah kerudsakan umumfungsi intelektual yang mengganggu
fungsi sosial dan okupasi. Sindrom ini ditandai adanya disfungsi serebral ireversibel dan progresif yang dikarakteristikkan oleh adanya penurunan fungsi
intelektual, perubahan kepriobadian, kerusakan penilaian, dan seringkali perubahan afek yang diakibatkan perubahan metabolism serebral secara
permanen.Sedangkan yang dimaksud dengan delirium adalah sindrom otak yang menyerupai dimensia ireversibel, tetapi secara klinis dibedakan oleh adanya
tingkat kesadaran tidak jelas atau lebih tepatnya perubahan perhatian dan kesadaran Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3. Perubahan Psikososial
Lansia akan beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi selama proses penuaan. Perubahan psikososial tersebut adalah, seperti: Pensiun,
Isolasi social, seksualitas, tempat tinggal, perubahan lingkungan dan kematian Potter Perry, 2005.
Sedangkan menurut Nugroho, 2000, perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah mencakup perubahan fisik, perubahan psikososial,
dan perkembangan spiritual.
2.2 Perawatan Lanjut Usia 2.2.1. Definisi Perawatan Lanjut Usia
Perawatan lansia adalah satu dari sekian banyak area keperawatan yang bersifat eksklusif karena perawatnya terspesialisasi Watson, 2003.
Menurut Versayanti 2008, perawatan lansia merupakan penerapan cara hidup sehat. Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat
menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang dalam usia lanjut, salah satunya yaitu pemenuhan kebutuhan gizi. Adapun cara-cara tersebut
adalah:
1. Makanan yang bergizi dan seimbang
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang,
kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut
usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan
Universitas Sumatera Utara
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan
sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut Depkes, 1991:
a Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam
bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. b
Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50 adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplex sayur – sayuranan, kacang-
kacangan, biji – bijian. c
Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. d
Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan
jumlah bertahap. e
Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.
f Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang –
kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau. g
Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.
h Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
i Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan
yang segar dan mudah dicerna. j
Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.
Universitas Sumatera Utara
k Makan disesuaikan dengan kebutuhan
2. Minum air putih 1.5 – 2 liter
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.
Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti
kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan
dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas.
Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang
cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit. Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft
drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang
mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.
3. Olah raga teratur dan sesuai
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia
kemampuan akan turun antara 30 – 50. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama,
bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan
kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga
yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.
4. Istirahat, tidur yang cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses
penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit
juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan
tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.
5. Menjaga kebersihan
Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian
dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan
sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang
Universitas Sumatera Utara
telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis , memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.
Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari,
tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.
Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk
mandiri dan hanya diberi pengarahan.
6. Minum suplemen gizi yang diperlukan
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan
pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas
kesehatan.
7. Memeriksa kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang
sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga
pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap
sehat.
8. Menjaga Keseimbangan Mental dan batin
Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk
menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah: a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat
menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih
disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga
ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu
membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.
Universitas Sumatera Utara
9. Rekreasi
Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga
kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama
keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas
sehari-hari.
10. Membina Hubungan yang sehat antar sesama
Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat
sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang
untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan
disayangi.
2.2.2. Masalah dalam Perawatan Lanjut Usia
Penyakit pada lanjut usia lansia sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas termasuk infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
Universitas Sumatera Utara
diderita. Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut
dengan istilah 14 I, yaitu immobility kurang bergerak, instability berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh, inkontinensia, gangguan
intelektualdementia, infeksi, gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit, sulit buang air besar, depresi, kurang gizi, menderita penyakit akibat
obat-obatan, insomnia, daya tahan tubuh menurun, impotensi WHOUNU, 1989.
2.3. Kebutuhan Gizi Lansia
Pangan sebagai sumber energi pada makhluk hidup pada umumnya dan khususnya kebiasaan pola makan yang kurang teratur bisa membuat golongan 17
lansia yang sudah berumur lebih setengah abad tidak bisa menikmati kehidupan yang penuh aktivitas dan merasa sehat, karena hanya dengan olahraga yang teratur
dan asupan gizi yang baik maka lansia mampu mempertahankan daya tahan tubuhnya secara optimal. Adalah sebuah persepsi yang salah bahwa kaum lansia
tidak perlu memperhatikan asupan zat gizinya. Dengan alasan mereka sudah tidak lagi terjadi pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya. Memang
benar lansia tidak membutuhkannya justru mereka sangat membutuhkan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak serta menjaga kestabilan daya tahan tubuhnya
Arcole, 1996. Kebutuhan gizi bagi para lanjut usia perlu dipenuhi secara edukatif, karena
merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia lanjut. Kebutuhan
kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisi.
Universitas Sumatera Utara
Kalori dasar ini adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiataan tubuh dalam keadaan istirahat Muhilal, et.al., 1998.
2.3.1. Gizi Pada Lansia
Belloc dan Breslow di tahun 1972 mengatakan bahwa “strong modifiers” untuk proses menua adalah berat badan, keteraturan makan, konsumsi
alkohol yang rendah, tidak merokok dan keteraturan aktivitas fisik. Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tidak benar, aktivitas fisik
berkurang, obesitas, stres, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan berkontribusi terhadap penurunan berbagai fungsi organ di usia lanjut. Apabila
seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan tetap baik.
Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan
status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degeneratif maupun non degeneratif yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan
dalam absorpsi dan utilasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh
karena penyakit yang sedang dideritanya Darmojo, 2004.
2.3.2. Jumlah Kebutuhan Minimal Sehari MDRMinimal Daily Requrement
Menurut Sediaoetama 2006 nilai Kebutuhan Minimal Sehari MDR untuk zat-zat gizi tertentu telah dapat ditentukan melalui pendekatan terapeutik
dan preventif.
Universitas Sumatera Utara
Pada pendekatan terapeutik, subyek penelitian dibuat sakit dahulu dan kemudian diberi zat gizi yang sedang diteliti, untuk menentukan dosis terkecil
yang dapat menyembuhkan gejala-gejala kekurangan zat gizi tersebut dalam jangka waktu tertentu.
Pada pendekatan preventif subyek penelitian sehat diberi makanan yang mengandung zat gizi sedang diteliti itu dikurangi secara bertingkat, dan dicari
dosis terkecil yang sanggup menjaga subyekpenelitian dari gejala-gejala defisiensi zat gizi tersebut.
a. Pendekatan Terapeutik
Sejumlah subyek percobaan diberi suatu diet basal, dengan susunan lengkap kecuali zat gizi yang akan ditentukan kebutuhannya. Setelah beberapa
lama, subyek-subyek percobaan percobaan tersebut akan menunjukkan gejala- gejala defisiensi zat gizi yang tidak diberikan tadi. Setelah tercapai kondisi
demikian, ke dalam diit ditambahkan jumlah-jumlah kecil yang kwantumnya diketahui dari zat gizi yang sedang diteliti; kwantum-kwantum ini secara
bertingkat semakin besar. Pada suatu dosis tertentu mulai tampak penyembuhan pada subyek-subyek tertentu. Maka jumlah minimal dari zat gizi yang diperlukan
untuk memberikan penyembuhan, disebut jumlah Kebutuhan Minimal Sehari MDR; Minimal Daily Requirement. Cara ini dapat dilakukan untuk zat gizi yang
telah dapat dipisahkan secara murni atau telah dapat disintesa; tetapi juga dapat dipergunakan untuk bahan makanan sumber zat gizi, bila zat gizi tersebut belum
dikenal secara murni. Maka yang dapat ditentukan ialah jumlah bahan makanan sumber zat gizi tersebut, dan kelak kwantum zat gizi murni di dalam bahan
Universitas Sumatera Utara
makanan tersebut dapat ditentukan, bila zat gizinya telah diketahui dan dipisahkan secara murni.
b. Pendekatan Preventif