keamanan tersebut ialah tingat kesehatan gizi masyarakat yang di capai, tingkat ekonomi masyarakatnegara yang menetukan tingkat daya beli, umur kelompok,
jenis kelamin, dan kondisi fisik. Nilai RDA ini berlaku bagi rata-rata masyarakat, jadi bila hendak diterapkan bagi perorangan, harus diadakan lagi adaptasi kondisi
orang tersebut, misalnya yang lebih gemuk mungkin memerlukan zat gizi yang lebih banyak, dan sebaliknya yang lebih kurus akan memerlukan zat gizi yang
kurang dibandingkan dengan RDA. Tingakat kegiatan kerja juga berpengaruh terhadap RDA bagi perorangan. Nilai RDA untuk suatu negara tertentupun harus
ditinjau secara periodik, karena berbagai faktor yang mempengaruhi nilai batas keamanan itu berubah pula menurut kondisi dan waktu. Sebaiknya nilai RDA
ditinjau dan disesuaikan secara periodik, misalnya setiap 5-10 tahun sekali. Demikan pula daftar RDA bagi Indonesia ditinjau dan disesuaikan secara berkala,
umumnya estiap 10 tahun sekali, tetapi penyesuaian terakhir dilakukan setelah 5 tahun karena kemajuan ekonomi.
2.3.4. Kecukupan Gizi
Tiap negara mempunyai standarbaku untuk untuk kebutuhan zat-zat gizi dengan menggunakan standar Food and Agricultural Organization FAOWord
Health Organization WHO sebagai acuan utama. Indonesia memiliki Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan AKG untuk energi dan zat-zat gizi lainnya
yang diperbaharui tiap 5 tahun melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Darmojo, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.Asupan gizi yang dianjurkan
Asupan Gizi Laki-Laki
Perempuan Inggris
Indonesia Inggris
Indonesia
75+ 60+
75+ 60+
Energi Kal Protein G
Zat besi mg Kalsium mg
Vit. C mg 2100
53 10
500 30
2200 62
13 500
60 1900
48 10
500 30
1850 54
14 500
60
Tabel 3. Kecukupan Bahan Makanan Satu Hari Usia 60 tahun keatas
Dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat dunia, tentunya dibutuhkan pembangunan dan perbaikan sistem ketahanan pangan dalam sebuah
negara, yang terdiri dari 5 elemen dasar, yaitu; 1
Food Availability and stability Ketersediaan dan stabilitas pangan.
Jenis Bahan Makanan
Laki-Laki Perempuan
Nasi
Lauk dagingikan, Tempe
Kalau tahu Sayur
Buah
Gula Minyaksantan
3 x 200 gram 3x1,5 gls blimbing
1,5 x gls 50 gram 5 x 25 gram 1 pt kecil
5 x 50 gram 1,5 x 100 gram
1,5 x 1 gls penuh sayur 2 x 100 gram
1 pt sedang 2 sendok makan sdm
2 sdm1,5 gls 2 x 200 gram
2x 1,5 gls blb 2 x 50
4 x 5 gram 1 pt kecil 4 x 50 gram
1,5 x 100 gram 1 pt sedang
2 x 100 gram 1 pt sedang
2 sdm 2 sdm1,5 gls
Universitas Sumatera Utara
2 Food Accessibility Kemudahan akses dalam memperoleh atau
mencukupi pangan. 3
Production and consumtion of food security keamanan dalam produksi dan konsumsi bahan pangan.
4 Food utilization pemanfaatan pangan.
5 Continuitas and accessibility of food keberlanjutan akses ketersediaan
pangan dengan usaha tani Lathan, 1997.
2.3.5 Masalah Gizi Lansia
Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat berbentuk KKP kurang kalori protein kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat
dengan mudah melalui penampilan umum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya berat badan seorang lansia dibanding dengan baku yang ada.
Kekurangan zat gizi lain yang banyak muncul adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12. Kelebihan gizi pada lansia biasanya
berhubungan dengan afluency dan gaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai makanan siap saji yang
enak dan kaya energi. Keadaan kelebihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai
dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes melitus, dan dislipidemia Darmojo, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, bahwa tujuan khusus aksi untuk penurunan dan pencegahan masalah pangan dan gizi adalah
sebagai berikut; 1
Mengembangkan wawasan penentu kebijakan masalah pangan dan gizi serta prioritas penanganannya.
2 Meningkatkan kemampuan merumuskan perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan program pangan dan gizi. 3
Menjaga kesinambungan program pangan dan gizi. 4
Memantapkan keterpaduan program melalui sistem pemantauan secara terus-menerus terhadap berbagai bentuk masalah pangan dan gizi.
Pusat Studi Kebijakan Pangan dan gizi IPB dan Deptan RI, 2002. Di usia lansia, banyak dari kalangan masyarakat dunia yang mengidap
penyakit mematikan, seperti; kanker, jantung, dan diabetes. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penanganan dan konsumsi makanan. Berbagai macam
toxin ditemukan secara alami dalam bahan pangan yang bersumber dari tanaman, peternakan, maupun perikanan. Pangan juga dapat terkontaminasi logam berat dan
mikroba patogen, karena terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran bahan pangan dapat ditinjau dari 2 segi utama, yaitu:
1 Kandungan zat gizi, bahan pangan jadi tidak aman dikonsumsi
disebabkan terjadinya kelebihan kandungan gizi, seperti; lemak, karbohidrat, protein dan natrium. Karena dapat menyebabkan berbagai
penyakit, seperti; kanker, jantung, diabetes, berat badan berlebih obesitas.
Universitas Sumatera Utara
2 Kontaminasi, bahan pangan tidak aman dikonsumsi karena telah
terkontaminasi oleh mikroorganisme dan bahan kimia, seperti; logam berat dan racun kimia.
FAO, 1997. Pada tabel-tabel berikut ini, disajikan berbagai jenis logam berat, dan
bahan-bahan kimia yang membahayakan terhadap kesehatan jika tercemar kedalam bahan pangan, yaitu:
Tabel 4. Bahan Kimia yang Terdapat pada Bahan Pangan NO
Bahan Kimia Jenis
1. Bahan pangan
tambahan Bahan Pengawet nitrit, senyawa sulfitasi,
penambah aroma MSG dan pewarna. 2.
Bahan kimia dari bahan pengemas
Monomer, plasticizer, bahan pencetak tinta 3.
Bahan kimia pertanian
Insektisida, herbisida, fungisida dan fertilizer
4. Senyawa kimia yang
dihasilakan selama preparasi, prosesing,
penyimpanan, dan penanganan
Hidrokarbon, produk oksida lipid, nitrosamine, polisiklik aromatik, dan mutagen dari proses
pemanasan daging.
5. Kontaminan
Peralatan dalam pasca panen Cu, Zn, Fe203, Polusi lingkungan dan industri Hg, poly-
chlorinated biphenyl atau polybrominated biphenyl.
Sumber: Winarno, 1999.
Tabel 5. Kontaminasi Logam Berat dan Efek Keracunan yang Ditimbulkan
NO Logam Berat
Efek Keracunan
1. Merkuri
Merusak sistem saraf, depresi, kelelahan, lesu, sakit kepala, gangguan lambung dan usus.
2. Cadmium
Kelelahan, sakit kepala, mual, anemia, gagal ginjal, dan hilangnya indra penciuman.
Universitas Sumatera Utara
3. Timah
Merusak sistem saraf, kemunduran mental, sistem pembentukan darah, ginjal, sistem reproduksi, dan
sistem endokrin.
4. Alumunium Kerusakan urat saraf dan otak
5. Kobalt
Nausea, mual, anoreksia, telinga berdenging, kerusakan saraf, dan penyakit pernapasan.
6. Kromium
Kerusakan ginjal dan kanker paru-paru Sumber: Winarno, 1999.
Adinugraha 2009, menjelaskan masalah gizi lansia terdiri dari:
1. Gizi Berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota- kota besar. Kebiasaa n makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi Kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
Universitas Sumatera Utara
3. Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
2.3.7. Penentuan Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa