Teori Demokrasi Politik Lokal

perjuangannya kepada rakyat, oleh karenanya sudah saatnya kita mendukung majunya calon independen dalam Pilkada. 9

1.5.2 Teori Demokrasi Politik Lokal

1. Sentralisasi Desentralisasi Dalam sejarah perundangan di Indonesia, paling tidak tercatat adanya tiga buah Undang – undang yang memiliki makna penting dalam otonomi daerah di Indonesia. Ketiga UU tersebut adalah UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang sekaligus merupakan revisi atas UU No.22 Tahun 1999. Ketiga UU tersebut dianggap sebagai pilar penting bagi pengelolaan pemerintahan daerah yang memiliki makna politik bagi konfigurasi peran negara dan masyarakat. Ketiga UU tersebut memiliki kekhasan tersendiri dalam memaknai peran negara dan masyarakat yang bahkan terkesan saling menegasikan kekuasaan yang demikian besar bagi Pemerintahan Pusat Pemerintah untuk melakukan pengaturan terhadap daerah yang demikian besar. Pengalaman pemerintah Orde Baru telah menunjukkan bahwa daerah tidak memiliki ruang yang cukup memadai untuk melakukan pengelolaan politik didaerahnya sendiri. Berbeda dengan itu secara diametral, UU No. 22 Tahun 1999 memberikan ruang yang luas bagi daerah untuk mengelola sendiri berbagai wewenang dan urusan yang selama ini 9 http:nangoy.netgnci-dukung-calon-independen-dalam-pilkada.html diakses 24 juli 2010 Universitas Sumatera Utara dipegang oleh pemerintah. Perubahan ini dipengaruhi oleh reformasi yang menuntut sekaligus memberikan ruang kebebasan yang demikian luas ditingkat kabupaten dan kota dalam kerangka otonomi daerah yang bahkan sering dinilai terlalu luas dan longgar. Keluasan dan kelonggaran itulah yang kemudian coba “diatur” kembali dalam UU No.32 Tahun 2004 sebagai revisi. Pengaturan kembali tersebut dituding sebagai upaya menarik kembali kewenangan menangani berbagai urusan dari kabupaten dan kota oleh pemerintah. 10 Ketika Orde Baru memiliki kekuasaan yang mapan otoriter , maka Pemerintah akan mengumpulkan kewenagan yang besar dan hanya menyisahkan “sedikit” porsi kewenangan kepada daerah. Demikian pula halnya ketika perubahan politik terjadi sejak tahun 1998, sistem politik menjadi lebih “ramah” terhadap peran masyarakat. Walaupun masih dalam tingkat artifisial, daerah berbalik menjadi pihak yang memegang kewenangan lebih banyak. Dalam kaca mata politik, desentralisasi semacam itu berarti sebuah proses pelimpahan tanggung jawab dan sumber daya dari pengambil keputusan pada tingkatan tertinggi kepada tingkatan menengah atau bawah. Konsekuensinya setiap Polemik tersebut menandai tarik ulur antara Pemerintah dan Daerah mengenai hubungan kekuasaan dan kewenangan diantara keduanya. Secara konseptual, otonomi daerah berarti daerah diberikan berbagai kewenagan untuk menangani berbagai urusan pemerintahan. Dengan demikian, akan terdapat pembagian atau pelimpahan kewenangan antara pemerintah dengan daerah, yang terkait erat dengan sistem politik yang berlaku dalam sebuah rejim. 10 Donni Edwin. dkk, Pilkada Langsung : Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta : Partnership, 2005, hal. 28 Universitas Sumatera Utara kebijakan desentralisasi berdampak kepada sirkulasi atau redistribusi kekuasaan terhadap masyarakat. Dengan demikian, tujuan utama dari sebuah kebijakan desentralisasi pada dasarnya adalah adanya kekuasaan yang sesungguhnya bagi masyarakat untuk dapat mempengauhi dan menentukan kebijakan yang baik untuk mereka. Pembentukan daerah otonom dapat menjadi satu jalan kearah itu dan karenanya berbagai kebijakan otonom bagi daerah menjadi penting. Desentralisasi politik memiliki tujuan untuk memberikan lebih banyak kekuasaan dalam pengambilan keputusan masalah – masalah publik kepada warga negara atau wakil – wakil yang telah mereka pilih. Pengertian ini sering diartikan dengan politik yang pluralistik dan pemerintahan perwakilan, tetapi pengertian itu juga dapat mendukung demokratisasi dengan memberikan warga negara, atau wakil mereka, lebih banyak ruang guna mempengaruhi rumusan dan pelaksanaan dari sebuah kebijakan. Mereka yang mendukung desentralisasi politik berpikiran bahwa keputusan – keputusan yang dibuat dengan tingkat partisipasi yang tinggi akan memberikan informasi yang cukup mewakili kemajemukan kepentingan masyarakat dibandingkan dengan sebuah keputusan yang diambil oleh otoritas nasional. Desentralisasi politik ini juga mengandung muatan bahwa pemilihan wakil-wakil rakyat ditingkat lokal akan memberikan warga negara kesempatan untuk mengetahui wakil-wakil politi mereka,sekaligus memberikan kesempatan kepada wakil yang terpilih untuk lebih mengetahui kebutuhan dan keinginan konstituen. Untuk mencapai keadaan itu, desentralisasi politik memberikan suatu perubahan konstitusional,pembangunan partai politik yang majemuk, penguatan Universitas Sumatera Utara lembaga legislatif, pembangunan unit-unit politik lokal dan dorongan kearah bekerjanya kelompok-kelompok kepentingan yang efektif. 11 Desentralisasi atau mendesentralisasi menjadi alat untuk mewujudkan pemerintahan lokal yang lebih terbuka, efektif, responsif serta untuk meningkatkan sistem representasional pengambilan keputusan tingkat masyarakat. Dengan memberikan kesempatan masyarakat lokal dan regional untuk mengatur urusan mereka sendiri dan dengan membantu hubungan yang lebih dekat antara otoritas pusat dan daerah kualitas sistem – sistem efektif pemerintah daerah untuk mendengar aspirasi masyarakat dan mendahulukan kepentingan masyarakat. Menjamin bahwa intervensi pemerintah memenuhi berbagai kebutuhan sosial. 12 2. Pemilihan Kepala Daerah Langsung Dalam UUD 1945 sebelum amandemen pada pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR” namun amandemen UUD 1945, pasal 1 ayat 2 ini menjadi “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang – Undang Dasar”. Hal ini mengandung makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya berada ditangan MPR tetapi dilaksanakan menurut Undang – Undang Dasar. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut maka presidenwakil presiden beserta kepala daerah yang lain baik ditingkat provinsi maupun kabupatenkota akan dipilih langsung oleh rakyat sehingga pemerintahan yang 11 Donni Edwin. dkk, Ibid, hal. 30 12 Pegangan Memahami Desentralisasi, Yogyakarta : PEMBARUAN, 2004, hal. 6 Universitas Sumatera Utara terbentuk merupakan cerminan kehendak dan kedaulatan rakyat dan menunjukkan semakin demokratisnya pemerintahan yang ada. Pilkada langsung merupakan salah satu langkah maju dalam mewujudkan demokrasi dilevel lokal. Tip O’Neill, dalam suatu kesempatan, menyatakan bahwa ‘all Politics is local’ yang dapat dimaknai sebagai demokrasi ditingkat nasional akan tumbuh berkembang, dengan mapan dan dewasa apabila pada tingkat lokal nilai – nilai demokrasi berakar dengan baik terlebih dahulu. Maksudnya, demokrasi ditingkat nasional akan bergerak ke arah yang lebih baik apabila tatanan, instrumen, dan konfigurasi kearifan serta kesantunan politik lokal lebih dulu terbentuk. Ini artinya kebangkitan demokrasi politik di Indonesia secara ideal dan aktual diawali dengan Pilkada langsung, asumsinya; sebagai upaya membangun pondasi demokrasi di Indonesia penguatan demokrasi di arah lokal. 13 Salah satu tujuan dari dilakukannya Pilkada secara langsung adalah mewujudkan otonomi daerah sejak 1999 memang carut marut, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah. Pemilihan kepala daerah oleh DPRD sering menjerumuskan politik lokal dalam kubangan politik uang diantara partai politik, parlemen dan calon kepala daerah. Implikasinya secara langsung adalah menciptakan lingkaran oligarkisme elit politik di daerah yang setali tiga uang dengan senjangannya kedekatan kepentingan publik dengan elit. Pilkada secara langsung kemudian dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengeliminir masalah tersebut. Dengan memberikan hak pilih secara langsung kepada rakyat, 13 Leo Agustino, Pilkada Dan Dinamika Politik Lokal, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 hal. 17 Universitas Sumatera Utara setidaknya beberapa aspek kompetisi politik, meningkatnya legitimasi politik kepala daerah, serta meningkatnya akuntabilitas politik. 14

1.5.3 Pemilihan Kepada Daerah Langsung