setidaknya beberapa aspek kompetisi politik, meningkatnya legitimasi politik kepala daerah, serta meningkatnya akuntabilitas politik.
14
1.5.3 Pemilihan Kepada Daerah Langsung
1. Pengertian Pilkada
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Langsung atau sering disebut Pilkada Langsung merupakan mekanisme demokratis dalam rangka
rekrutmen pemimpin di daerah, dimana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon – calon yang didukungnya, dan calon – calon
bersaing dalam suatu medan permainan dengan aturan main yang sama. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Langsung tertuang dalam Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 dan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD. Sebelumnya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sebuah pemilihan pasangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Indonesia secara
langsung oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat.
15
14
Donni Edwin. dkk, op cit, hal 93
15
http:wikipedia.indonesia.comensikopediabebasberbahasaindonesiapemilihankepaladaerah danwakilkepaladaerahpdf diakses 2 Agustus 2010
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, baik Gubernur dan Wakil Gubernur maupun BupatiWalikota dan Wakil BupatiWalikota, secara
langsung oleh rakyat merupakan perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” rakyat dalam memilih pemimpin di daerah. Dengan itu, rakyat memiliki
kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan pemimpin daerah secara langsung, bebas dan rahasia tanpa itervensi otonom.
Dalam text book ilmu politik, suatu rekrutmen politik disebut demokratis apabila : 1 menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur; 2
memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan; 3 mekanisme rekrutmen dilakukan secara terbuka; 4 akuntabilitas publik.
16
Pilkada langsung dapat disebut sebagai praktek politis demokratis apabila memenuhi beberapa prinsipial, yakni menggunakan asas-asas yang berlaku
rekrutmen politik yang terbuka, seperti pemilu legislatif DPR,DPD dan DPRD dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yakni asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil luber dan jurdil.
17
1. Langsung
Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secaea langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
17
Joko J. Prihatmoko, op cit, hal. 20
Universitas Sumatera Utara
2. Umum
Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan katentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang
bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan
suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial.
3. Bebas
Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Dalam melaksanakan haknya, setiap
warga negara menjamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya.
4. Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apapun. Pemilih
memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
5. Jujur
Dalam penyelenggaraan Pilkada, setiap penyelenggara Pilkada, aparat pemerintah, calonpeserta pilkada, pengawas pilkada, pemantau pilkada,
Universitas Sumatera Utara
pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
6. Adil
Dalam penyelenggaraan pilkada setiap pemilih dan calonpeserta pilkada mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak
manapun.
Adapun aspek – aspek dasar Pemilihan Kepala Daerah Yang Demokratis itu adalah :
18
1. Adanya pengakuan terhadap hak pilih universal, semua warga negara yang
memenuhi syarat tanpa pengecualian yang bersifat politik dan ideologis diberi hak untuk memilih dan dipilih dalam pilkada.
2. Adanya keleluasaan dalam menampung pluralitas aspirasi, dalam arti
bahwa masyarakat memiliki alternatif pilihan saluran aspirasi politik yang leluasa.
3. Tersedia mekanisme rekrutmen politik bagi calon – calon rakyat.
Mekanisme yang diharapkan adalah botton up berdasarkan inisiatif dan aspirasi dari bawah bukan top down diturunkan oleh elite partai dan
penguasa. Perekrutan calon – calon wakil rakyat oleh parpol diharapkan makin mendekatkan calon legislatif dengan rakyat dan wakilnya. Makin
terbuka proses perekrutan dalam tubuh partai, maka makin demokratis
18
Eman Hermawan, Politik Membela Yang Benar : Teori, Kritik dan Nalar, Yogyakarta: LKIS, 2001. Hal. 82
Universitas Sumatera Utara
hasil Pilkada, demikian juga sebaliknya rakyat mengetahui dengan kualifikasi seperti calon legislatif tersebut ditentukan.
4. Adanya kebebasan bagi pemilih untuk mendiskusikan dan menentukan
pilihan, kebebasan untuk menentukan preferensi politik bagi para pemilih adalah sebuah faktor penting dalam menakar kualitas sebuah pilkada.
5. Terdapat komite atau panitia pemilihan yang independen. Sebuah Pilkada
yang sehat membutuhkan sebuah komite yang tidak memihak yaitu komite yang tidak berpotensi untuk merekayasa hasil akhir dari Pilkada.
6. Ada keleluasaan bagi setiap kontestan untuk berkompetisi secara sehat.
Peluang kompetisi ini tentu saja mesti diberikan mulai dari penggalangan massa, rekrutmen dan penyeleksian calon anggota hingga ketahap
kampanye dan tahap – tahap berikutnya. 7.
Netralisasi birokrasi Pilkada yang demokratis membutuhkan birokrasi yang netral, tidak memihak dan tidak menjadi perpenjang tangan salah
satu kekuatan politik yang ikut bertarung dalam Pilkada.
Sistem Pemilihan Kepala Daerah Langsung
David Easton, teoritisi politik yang pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki
sekurangnya tiga sifat. Ketiga sifat tersebut adalah
1. Terdiri dari banyak bagian – bagiannya;
2. Bagian – bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung;
Universitas Sumatera Utara
3. Mempunyai perbatasan boundaries yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem – sistem lain.
Sebagai suatu sistem, sistem Pilkada langsung mempunyai bagian – bagian yang merupakan sistem skunder secondary system atau sub – sub system
subsystems. Bagian – bagian tersebut adalah electoral regulation, electoral process, electoral law enforcement. Electoral regulation adalah segala ketentuan
atau aturan mengenai Pilkada langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan
peran dan fungsi masing – masing. Electoral Process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan Pilkada yang merujuk pada
ketentuan perundang – undangan baik yang bersifat legal maupun teknikal. Elektoral law enforcement yaitu penegakkan hukum terhadap aturan – aturan
Pilkada baik politis, administratif atau pidana. Ketiga bagian Pilkada langsung tersebut sangat menentukan sejauhmana kapasitas sistem dapat menjembatani
pencapaian tujuan dari proses awalnya. Masing – masing bagian tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan utuh yang komplementer.
2. Praktek Politik Pilkada
Pemilihan kepala daerah menyangkut berbagai aspek yang menentukan keberhasilan pemilihan kepala daerah yaitu aspek kesiapan masyarakat pemilih,
keterampilan petugas lapangan, pendanaan dan peraturan pemilihan. Pemilihan kepala daerah yang demokratik, dengan memberi peluang kepada para calon
kepala daerah untuk berkompetisi secara jujur dan adil. Pemilihan kepala daerah harus bebas dari segala bentuk kecurangan yang melibatkan penyelenggara
Universitas Sumatera Utara
pemilihan, mulai dari proses pencalonan, kampanye, sampai dengan pemungutan dan penghitungan suara.
19
1. Sebagai solusi terbaik atas segala kelemahan proses maupun hasil
pemiihan kepala daerah secara tidak langsung lewat dewan perwakilan rakyat daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Otonomi
Daerah No.22 Tahun 1999. Pemilihan kepala daerah menjadi kebutuhan mendesak guna menutupi segala kelemahan dalam
pemilihan kepala daerah pada masa lalu. Pemiihan kepala daerah bermanfaat untuk memperdalam dan memperkuat demokrasi lokal,
baik pada lingkungan pemerintahan, maupun lingkungan kemasyarakatan civil society
Pemilihan kepala daerah berupayah menghasilkan kepala daerah yang lebih baik, lebih berkualitas, dan memiliki akseptabilitas politik yang tinggi serta
derajat legitimasi yang kuat, karena kepala daerah terpilih mendapat langsung dari rakyat. Penerimaan yang cukup luas dari masyarakat terhadap kepala daerah
terpilih sesuai dengan prinsip mayoritas perlu agar kontroversi yang terjadi dalam pemilihan dapat dihindari. Pada gilirannya pemiihankepala daerah secara
langsung akan menghasilkan pemerintahan daerah yang lebih efektif dan efisien, karena legitimasi eksekutif menadi cukup kuat, tidak gampang digoyang oleh
legislatif. Good pemilihan kepala daerah goverment setidaknya akan menghasilkan enam manfaat penting.
19
H. Syamsul Tubani, Pilkada Bima 2005 : Era Baru Demokratisasi Lokal di Indonesia, Jawa Timur, Bina Swagiri – Fitra Tuban, 2005, hal. x- xi
Universitas Sumatera Utara
2. Pemilihan kepala daerah akan menjadi penyeimbang arogansi lembaga
dewan perwakilan rakyat daerah yang selama ini sering kali mengklaim dirinya sebagai satu-satunya institusi pemegang mandat
rakyat yang refresentatif. Dewan pemilihan kepala daerah akan memposisikan kepala daerah juga sebagai pemegang langsung mandat
rakyat, yaitu untuk memerintah eksekutif 3.
Pemilihan kepala daerah akan menghasilkan kepala pemerintahan daerah memiliki legitimasi dan justifikasi yang kuat dimata rakyat.
Kepala daerah hasil pemilihan kepala daerah memiliki akuntabilitas publik langsung kepada masyarakat daerah selaku konstituennya,
bukan seperti yang selama ini berlangsung yaitu kepala dewan perwakilan rakyat daerah. Dengan begitu, manuver politik para
anggota dewan akan berkurang, termasuk segala perilaku bad politics- nya.
4. Pemilihan kepala daerah berpotensi menghasilkan kepala daerah yang
lebih bermutu, karena pemiihan langsung berpeluang mendorong majunya calon da menangnya calon kepala daerah yang kredibel dan
akseptabel dimata masyarakat daerah, memuatkan derajat legitimasi dan posisi politik kepala daerah sebagai konsekuensi dari sistem
pemilihan secara langsung oleh masyarajat. 5.
Pemilihan kepala daerah berpotensi menghasilkan pemerintahan suatu daerah yang lebih stabil, produktif, dan efektif. Tidak gampang
digoyang oleh ulah politisi lokal, terhindar dari campur tangan berlebihan atau intervensi pemerintahan pusat, tidak mudah dilanda
Universitas Sumatera Utara
krisis kepercayaan publik yang berpeluang melayani masyarakat secara lebih baik.
6. Pemilihan kepala daerah berpotensi mengurangi praktek politik uang
money politics yang merajalela dalam prosese pemilihan kepala daerah secara tidak langsung.
Tahapan Kegiatan Pilkada Langsung
Sesuai ketentuan Undang - Undang dan Peraturan Pemerintah, tahapan Pilkada Secara langsung dibagi menjadi dua tahap, yang terdiri dari : i tahapan
persiapan dan ii tahap pelaksanaan.
Tahap pertama, yakni Tahap Pelaksanaan, yang meliputi : i dalam tahap persiapan DPRD memberitahukan kepada kepala daerah maupun KPUD
mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah; ii dengan adanya pemberitahuan dimaksud kepala daerah berkewajiban untuk menyampaikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah dan laporan keterangan pertanggungjawaban LKPj kepada DPRD; iii KPUD dengan
pemberitahuan dimaksud menetapkan rencana penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang meliputi penetapan tatacara dan jadwal
tahapan Pilkada, membentuk Panitia Pemilihan Kecamatan PPK, Panitia Pemungutan Suara PPS, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
KPPS serta pemberitahuan dan pendaftaran pemantauan; dan iv DPRD membentuk Panitia Pengawas pemilihan yang unsurnya terdiri dari Kepolisian,
Kejaksaan, Perguruan Tinggi, Pers, dan Tokoh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Tahap kedua, Tahap Pelaksanaan, yang meliputi : Tahap Pelaksanaan meliputi penetapan daftar pemilih, pengumuman pendaftaran dan penetapan
pasangan calon, kampanye, masa tenang, pemungutan suara, penghitungan suara, penetapan pasangan calon terpilih, pengusulan pasangan calon terpilih dan
pengesahan serta pelantingan calon terpilih.
20
1.6.1 Jenis Penelitian
1.6 Metode Penelitian