Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu pembelajaran dan hasil Metode Penelitian

program yang dicanangkannya. Bahkan, calon independen bersedia memunculkan kabinet bayangan dalam pemerintahannya jika terpilih sebagai kepala daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada pertanyaan “Bagaimana peranan calon independen Drs. Rabualam Syahputra dan Ir. Rahmat Setiabudi Msc dalam Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 sebagai bagian dari Proses Dinamika Demokrasi.”

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang Bagaimana peranan calon independen Drs. Rabualam Syahputra dan Ir. Rahmat Setiabudi Msc dalam Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, dalam dinamika Pilkada Langsung Kepala Daerah.

1.4 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah : a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah sesuatu yang baru dan memperkaya bahan penelitian dalam bidang ilmu politik. b. Untuk menambah pemahaman masyarakat dan pembelajaran politik tentang calon independen dan Pilkada Langsung.

c. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu pembelajaran dan hasil

penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan Universitas Sumatera Utara penelitian yang lebih lanjut dan sekaligus sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk meraih gelar sarjana.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Calon Independen

1. Konseptualisasi Independen Independen sering disingkat menjadi indie dapat berarti “bebas”, “merdeka” atau “berdiri sendiri”. 7 2. Calon Independen dan Pilkada Secara sederhana pengertian calon independen yang dimaksud di dalam keputusan Mahkamah Konstitusi adalah calon perseorangan yang dapat berkompetisi dalam rekrutmen pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah melalui mekanisme pilkada tanpa mempergunakan partai politik sebagai media perjuangannya. Keputusan Mahkamah Konstitusi MK dalam judicial review terhadap UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa calon independen dalam pilkada diperbolehkan menimbulkan optimisme baru dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Permohonan pengujian yang dilakukan oleh Lalu Ranggalawe, anggota DPRD kabupaten Lombok Tengah ini memberikain secercah harapan bagi masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah ke depan. 7 http:id.wikipedia.orgwikiindependen diakses 31 Agustus 2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pasal 56 ayat 2 dan pasal 59 ayat 1 UU Pemda dinyatakan bahwa pasangan calon hanya dapat diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Namun, kini masyarakat mempunyai alternatif pilihan diluar pasangan dari parpol. Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang calon independen : Bima Arya Sugiarto yang sudah meraih gelar Doktor dalam bidang ilmu politik dari Australian National University pada usia muda. Dia sebelumnya menempuh pendidikan di Universitas Parahyangan, Bandung dan Monash University, Australia. Sekarang dia bekerja di Universitas Paramadina, Jakarta dan menjadi Direktur Eksekutif The Lead Institute Center for Political Leadership yang bermukim di Universitas Paramadina. Secara prinsip Bima Arya setuju dengan adanya jalur independen dalam Pilkada karena partai juga perlu mitra tanding sparring partner. Hal ini disebabkan karena pada saat ini gairah demokratisasi belum diimbangi dan dilengkapi oleh kemampuan manajerial yang andal dan komitmen membangun institusi partai. Karena itu partai tidak memiliki stok kader yang cukup untuk Pilkada sehingga mencari kader lain yang tentunya diharapkan berduit. Terkait Pilkada, Bima Arya menyarankan kepada masyarakat non partisan agar jangan smelihat partainya tapi melihat figur sang calon. Jika percaya bahwa figur itu bisa membawa perubahan yang tidak hanya bagi daerahnya tetapi bagi partai juga, mempunyai komitmen yang baik, anti terhadap politik uang dan Universitas Sumatera Utara kepentingan yang sempit, maka jatuhkanlah pilihan pada orang yang tepat tersebut. Bima mengatakan jangan melihat partainya tapi lihat figurnya. Jika Anda percaya bahwa figur itu bisa membawa perubahan, mempunyai komitmen yang baik, anti terhadap politik uang dan kepentingan yang sempit, maka jatuhkanlah pilihan pada orang yang tepat tersebut. Jadi kesimpulannya, Bima menganggap inti dari pengertian calon independen itu bagus, orang memilih langsung orangnya. Tetapi partai juga jangan ditinggalkan, tetapi memperbaiki diri berdasarkan suara rakyat. 8 Fadjroel Rahman menegaskan bahwa sudah saatnya masyarakat memberikan pilihannya kepada calon independen, karena ini adalah kesempatan emas untuk membuat rakyat lebih sejahtera dan bebas korupsi. Saya yakin apa yang diperjuangkan oleh calon independen, akan lebih memberikan porsi Ketua Gerakan Nasional Calon Independen GNCI, Fadjroel Rahman menambahkan bahwa keberadaan calon independen dalam Pilkada memiliki arti penting, karena calon independen dapat menjadi penyeimbang kandidat yang diusung dari partai politik. Pada saat ini kita punya satu gubernur dan empat belas bupati dan walikota dari jalur independen, itu artinya publik mulai memilih calon independen karena memang dianggap bisa membawa aspirasi mereka beda jika dibandingkan dengan calon dari partai politik. 8 http:www.perspektif.netarticlearticle.php?article_id=692 akses 20 April 2010 Universitas Sumatera Utara perjuangannya kepada rakyat, oleh karenanya sudah saatnya kita mendukung majunya calon independen dalam Pilkada. 9

1.5.2 Teori Demokrasi Politik Lokal

1. Sentralisasi Desentralisasi Dalam sejarah perundangan di Indonesia, paling tidak tercatat adanya tiga buah Undang – undang yang memiliki makna penting dalam otonomi daerah di Indonesia. Ketiga UU tersebut adalah UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang sekaligus merupakan revisi atas UU No.22 Tahun 1999. Ketiga UU tersebut dianggap sebagai pilar penting bagi pengelolaan pemerintahan daerah yang memiliki makna politik bagi konfigurasi peran negara dan masyarakat. Ketiga UU tersebut memiliki kekhasan tersendiri dalam memaknai peran negara dan masyarakat yang bahkan terkesan saling menegasikan kekuasaan yang demikian besar bagi Pemerintahan Pusat Pemerintah untuk melakukan pengaturan terhadap daerah yang demikian besar. Pengalaman pemerintah Orde Baru telah menunjukkan bahwa daerah tidak memiliki ruang yang cukup memadai untuk melakukan pengelolaan politik didaerahnya sendiri. Berbeda dengan itu secara diametral, UU No. 22 Tahun 1999 memberikan ruang yang luas bagi daerah untuk mengelola sendiri berbagai wewenang dan urusan yang selama ini 9 http:nangoy.netgnci-dukung-calon-independen-dalam-pilkada.html diakses 24 juli 2010 Universitas Sumatera Utara dipegang oleh pemerintah. Perubahan ini dipengaruhi oleh reformasi yang menuntut sekaligus memberikan ruang kebebasan yang demikian luas ditingkat kabupaten dan kota dalam kerangka otonomi daerah yang bahkan sering dinilai terlalu luas dan longgar. Keluasan dan kelonggaran itulah yang kemudian coba “diatur” kembali dalam UU No.32 Tahun 2004 sebagai revisi. Pengaturan kembali tersebut dituding sebagai upaya menarik kembali kewenangan menangani berbagai urusan dari kabupaten dan kota oleh pemerintah. 10 Ketika Orde Baru memiliki kekuasaan yang mapan otoriter , maka Pemerintah akan mengumpulkan kewenagan yang besar dan hanya menyisahkan “sedikit” porsi kewenangan kepada daerah. Demikian pula halnya ketika perubahan politik terjadi sejak tahun 1998, sistem politik menjadi lebih “ramah” terhadap peran masyarakat. Walaupun masih dalam tingkat artifisial, daerah berbalik menjadi pihak yang memegang kewenangan lebih banyak. Dalam kaca mata politik, desentralisasi semacam itu berarti sebuah proses pelimpahan tanggung jawab dan sumber daya dari pengambil keputusan pada tingkatan tertinggi kepada tingkatan menengah atau bawah. Konsekuensinya setiap Polemik tersebut menandai tarik ulur antara Pemerintah dan Daerah mengenai hubungan kekuasaan dan kewenangan diantara keduanya. Secara konseptual, otonomi daerah berarti daerah diberikan berbagai kewenagan untuk menangani berbagai urusan pemerintahan. Dengan demikian, akan terdapat pembagian atau pelimpahan kewenangan antara pemerintah dengan daerah, yang terkait erat dengan sistem politik yang berlaku dalam sebuah rejim. 10 Donni Edwin. dkk, Pilkada Langsung : Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta : Partnership, 2005, hal. 28 Universitas Sumatera Utara kebijakan desentralisasi berdampak kepada sirkulasi atau redistribusi kekuasaan terhadap masyarakat. Dengan demikian, tujuan utama dari sebuah kebijakan desentralisasi pada dasarnya adalah adanya kekuasaan yang sesungguhnya bagi masyarakat untuk dapat mempengauhi dan menentukan kebijakan yang baik untuk mereka. Pembentukan daerah otonom dapat menjadi satu jalan kearah itu dan karenanya berbagai kebijakan otonom bagi daerah menjadi penting. Desentralisasi politik memiliki tujuan untuk memberikan lebih banyak kekuasaan dalam pengambilan keputusan masalah – masalah publik kepada warga negara atau wakil – wakil yang telah mereka pilih. Pengertian ini sering diartikan dengan politik yang pluralistik dan pemerintahan perwakilan, tetapi pengertian itu juga dapat mendukung demokratisasi dengan memberikan warga negara, atau wakil mereka, lebih banyak ruang guna mempengaruhi rumusan dan pelaksanaan dari sebuah kebijakan. Mereka yang mendukung desentralisasi politik berpikiran bahwa keputusan – keputusan yang dibuat dengan tingkat partisipasi yang tinggi akan memberikan informasi yang cukup mewakili kemajemukan kepentingan masyarakat dibandingkan dengan sebuah keputusan yang diambil oleh otoritas nasional. Desentralisasi politik ini juga mengandung muatan bahwa pemilihan wakil-wakil rakyat ditingkat lokal akan memberikan warga negara kesempatan untuk mengetahui wakil-wakil politi mereka,sekaligus memberikan kesempatan kepada wakil yang terpilih untuk lebih mengetahui kebutuhan dan keinginan konstituen. Untuk mencapai keadaan itu, desentralisasi politik memberikan suatu perubahan konstitusional,pembangunan partai politik yang majemuk, penguatan Universitas Sumatera Utara lembaga legislatif, pembangunan unit-unit politik lokal dan dorongan kearah bekerjanya kelompok-kelompok kepentingan yang efektif. 11 Desentralisasi atau mendesentralisasi menjadi alat untuk mewujudkan pemerintahan lokal yang lebih terbuka, efektif, responsif serta untuk meningkatkan sistem representasional pengambilan keputusan tingkat masyarakat. Dengan memberikan kesempatan masyarakat lokal dan regional untuk mengatur urusan mereka sendiri dan dengan membantu hubungan yang lebih dekat antara otoritas pusat dan daerah kualitas sistem – sistem efektif pemerintah daerah untuk mendengar aspirasi masyarakat dan mendahulukan kepentingan masyarakat. Menjamin bahwa intervensi pemerintah memenuhi berbagai kebutuhan sosial. 12 2. Pemilihan Kepala Daerah Langsung Dalam UUD 1945 sebelum amandemen pada pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR” namun amandemen UUD 1945, pasal 1 ayat 2 ini menjadi “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang – Undang Dasar”. Hal ini mengandung makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya berada ditangan MPR tetapi dilaksanakan menurut Undang – Undang Dasar. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut maka presidenwakil presiden beserta kepala daerah yang lain baik ditingkat provinsi maupun kabupatenkota akan dipilih langsung oleh rakyat sehingga pemerintahan yang 11 Donni Edwin. dkk, Ibid, hal. 30 12 Pegangan Memahami Desentralisasi, Yogyakarta : PEMBARUAN, 2004, hal. 6 Universitas Sumatera Utara terbentuk merupakan cerminan kehendak dan kedaulatan rakyat dan menunjukkan semakin demokratisnya pemerintahan yang ada. Pilkada langsung merupakan salah satu langkah maju dalam mewujudkan demokrasi dilevel lokal. Tip O’Neill, dalam suatu kesempatan, menyatakan bahwa ‘all Politics is local’ yang dapat dimaknai sebagai demokrasi ditingkat nasional akan tumbuh berkembang, dengan mapan dan dewasa apabila pada tingkat lokal nilai – nilai demokrasi berakar dengan baik terlebih dahulu. Maksudnya, demokrasi ditingkat nasional akan bergerak ke arah yang lebih baik apabila tatanan, instrumen, dan konfigurasi kearifan serta kesantunan politik lokal lebih dulu terbentuk. Ini artinya kebangkitan demokrasi politik di Indonesia secara ideal dan aktual diawali dengan Pilkada langsung, asumsinya; sebagai upaya membangun pondasi demokrasi di Indonesia penguatan demokrasi di arah lokal. 13 Salah satu tujuan dari dilakukannya Pilkada secara langsung adalah mewujudkan otonomi daerah sejak 1999 memang carut marut, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah. Pemilihan kepala daerah oleh DPRD sering menjerumuskan politik lokal dalam kubangan politik uang diantara partai politik, parlemen dan calon kepala daerah. Implikasinya secara langsung adalah menciptakan lingkaran oligarkisme elit politik di daerah yang setali tiga uang dengan senjangannya kedekatan kepentingan publik dengan elit. Pilkada secara langsung kemudian dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengeliminir masalah tersebut. Dengan memberikan hak pilih secara langsung kepada rakyat, 13 Leo Agustino, Pilkada Dan Dinamika Politik Lokal, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 hal. 17 Universitas Sumatera Utara setidaknya beberapa aspek kompetisi politik, meningkatnya legitimasi politik kepala daerah, serta meningkatnya akuntabilitas politik. 14

1.5.3 Pemilihan Kepada Daerah Langsung

1. Pengertian Pilkada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Langsung atau sering disebut Pilkada Langsung merupakan mekanisme demokratis dalam rangka rekrutmen pemimpin di daerah, dimana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon – calon yang didukungnya, dan calon – calon bersaing dalam suatu medan permainan dengan aturan main yang sama. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Langsung tertuang dalam Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 dan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD. Sebelumnya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sebuah pemilihan pasangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Indonesia secara langsung oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. 15 14 Donni Edwin. dkk, op cit, hal 93 15 http:wikipedia.indonesia.comensikopediabebasberbahasaindonesiapemilihankepaladaerah danwakilkepaladaerahpdf diakses 2 Agustus 2010 Universitas Sumatera Utara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, baik Gubernur dan Wakil Gubernur maupun BupatiWalikota dan Wakil BupatiWalikota, secara langsung oleh rakyat merupakan perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” rakyat dalam memilih pemimpin di daerah. Dengan itu, rakyat memiliki kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan pemimpin daerah secara langsung, bebas dan rahasia tanpa itervensi otonom. Dalam text book ilmu politik, suatu rekrutmen politik disebut demokratis apabila : 1 menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur; 2 memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan; 3 mekanisme rekrutmen dilakukan secara terbuka; 4 akuntabilitas publik. 16 Pilkada langsung dapat disebut sebagai praktek politis demokratis apabila memenuhi beberapa prinsipial, yakni menggunakan asas-asas yang berlaku rekrutmen politik yang terbuka, seperti pemilu legislatif DPR,DPD dan DPRD dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yakni asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil luber dan jurdil. 17 1. Langsung Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secaea langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. 17 Joko J. Prihatmoko, op cit, hal. 20 Universitas Sumatera Utara 2. Umum Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan katentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial. 3. Bebas Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara menjamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya. 4. Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan. 5. Jujur Dalam penyelenggaraan Pilkada, setiap penyelenggara Pilkada, aparat pemerintah, calonpeserta pilkada, pengawas pilkada, pemantau pilkada, Universitas Sumatera Utara pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang – undangan. 6. Adil Dalam penyelenggaraan pilkada setiap pemilih dan calonpeserta pilkada mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Adapun aspek – aspek dasar Pemilihan Kepala Daerah Yang Demokratis itu adalah : 18 1. Adanya pengakuan terhadap hak pilih universal, semua warga negara yang memenuhi syarat tanpa pengecualian yang bersifat politik dan ideologis diberi hak untuk memilih dan dipilih dalam pilkada. 2. Adanya keleluasaan dalam menampung pluralitas aspirasi, dalam arti bahwa masyarakat memiliki alternatif pilihan saluran aspirasi politik yang leluasa. 3. Tersedia mekanisme rekrutmen politik bagi calon – calon rakyat. Mekanisme yang diharapkan adalah botton up berdasarkan inisiatif dan aspirasi dari bawah bukan top down diturunkan oleh elite partai dan penguasa. Perekrutan calon – calon wakil rakyat oleh parpol diharapkan makin mendekatkan calon legislatif dengan rakyat dan wakilnya. Makin terbuka proses perekrutan dalam tubuh partai, maka makin demokratis 18 Eman Hermawan, Politik Membela Yang Benar : Teori, Kritik dan Nalar, Yogyakarta: LKIS, 2001. Hal. 82 Universitas Sumatera Utara hasil Pilkada, demikian juga sebaliknya rakyat mengetahui dengan kualifikasi seperti calon legislatif tersebut ditentukan. 4. Adanya kebebasan bagi pemilih untuk mendiskusikan dan menentukan pilihan, kebebasan untuk menentukan preferensi politik bagi para pemilih adalah sebuah faktor penting dalam menakar kualitas sebuah pilkada. 5. Terdapat komite atau panitia pemilihan yang independen. Sebuah Pilkada yang sehat membutuhkan sebuah komite yang tidak memihak yaitu komite yang tidak berpotensi untuk merekayasa hasil akhir dari Pilkada. 6. Ada keleluasaan bagi setiap kontestan untuk berkompetisi secara sehat. Peluang kompetisi ini tentu saja mesti diberikan mulai dari penggalangan massa, rekrutmen dan penyeleksian calon anggota hingga ketahap kampanye dan tahap – tahap berikutnya. 7. Netralisasi birokrasi Pilkada yang demokratis membutuhkan birokrasi yang netral, tidak memihak dan tidak menjadi perpenjang tangan salah satu kekuatan politik yang ikut bertarung dalam Pilkada. Sistem Pemilihan Kepala Daerah Langsung David Easton, teoritisi politik yang pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurangnya tiga sifat. Ketiga sifat tersebut adalah 1. Terdiri dari banyak bagian – bagiannya; 2. Bagian – bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung; Universitas Sumatera Utara 3. Mempunyai perbatasan boundaries yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem – sistem lain. Sebagai suatu sistem, sistem Pilkada langsung mempunyai bagian – bagian yang merupakan sistem skunder secondary system atau sub – sub system subsystems. Bagian – bagian tersebut adalah electoral regulation, electoral process, electoral law enforcement. Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai Pilkada langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing – masing. Electoral Process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan Pilkada yang merujuk pada ketentuan perundang – undangan baik yang bersifat legal maupun teknikal. Elektoral law enforcement yaitu penegakkan hukum terhadap aturan – aturan Pilkada baik politis, administratif atau pidana. Ketiga bagian Pilkada langsung tersebut sangat menentukan sejauhmana kapasitas sistem dapat menjembatani pencapaian tujuan dari proses awalnya. Masing – masing bagian tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan utuh yang komplementer. 2. Praktek Politik Pilkada Pemilihan kepala daerah menyangkut berbagai aspek yang menentukan keberhasilan pemilihan kepala daerah yaitu aspek kesiapan masyarakat pemilih, keterampilan petugas lapangan, pendanaan dan peraturan pemilihan. Pemilihan kepala daerah yang demokratik, dengan memberi peluang kepada para calon kepala daerah untuk berkompetisi secara jujur dan adil. Pemilihan kepala daerah harus bebas dari segala bentuk kecurangan yang melibatkan penyelenggara Universitas Sumatera Utara pemilihan, mulai dari proses pencalonan, kampanye, sampai dengan pemungutan dan penghitungan suara. 19 1. Sebagai solusi terbaik atas segala kelemahan proses maupun hasil pemiihan kepala daerah secara tidak langsung lewat dewan perwakilan rakyat daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 Tahun 1999. Pemilihan kepala daerah menjadi kebutuhan mendesak guna menutupi segala kelemahan dalam pemilihan kepala daerah pada masa lalu. Pemiihan kepala daerah bermanfaat untuk memperdalam dan memperkuat demokrasi lokal, baik pada lingkungan pemerintahan, maupun lingkungan kemasyarakatan civil society Pemilihan kepala daerah berupayah menghasilkan kepala daerah yang lebih baik, lebih berkualitas, dan memiliki akseptabilitas politik yang tinggi serta derajat legitimasi yang kuat, karena kepala daerah terpilih mendapat langsung dari rakyat. Penerimaan yang cukup luas dari masyarakat terhadap kepala daerah terpilih sesuai dengan prinsip mayoritas perlu agar kontroversi yang terjadi dalam pemilihan dapat dihindari. Pada gilirannya pemiihankepala daerah secara langsung akan menghasilkan pemerintahan daerah yang lebih efektif dan efisien, karena legitimasi eksekutif menadi cukup kuat, tidak gampang digoyang oleh legislatif. Good pemilihan kepala daerah goverment setidaknya akan menghasilkan enam manfaat penting. 19 H. Syamsul Tubani, Pilkada Bima 2005 : Era Baru Demokratisasi Lokal di Indonesia, Jawa Timur, Bina Swagiri – Fitra Tuban, 2005, hal. x- xi Universitas Sumatera Utara 2. Pemilihan kepala daerah akan menjadi penyeimbang arogansi lembaga dewan perwakilan rakyat daerah yang selama ini sering kali mengklaim dirinya sebagai satu-satunya institusi pemegang mandat rakyat yang refresentatif. Dewan pemilihan kepala daerah akan memposisikan kepala daerah juga sebagai pemegang langsung mandat rakyat, yaitu untuk memerintah eksekutif 3. Pemilihan kepala daerah akan menghasilkan kepala pemerintahan daerah memiliki legitimasi dan justifikasi yang kuat dimata rakyat. Kepala daerah hasil pemilihan kepala daerah memiliki akuntabilitas publik langsung kepada masyarakat daerah selaku konstituennya, bukan seperti yang selama ini berlangsung yaitu kepala dewan perwakilan rakyat daerah. Dengan begitu, manuver politik para anggota dewan akan berkurang, termasuk segala perilaku bad politics- nya. 4. Pemilihan kepala daerah berpotensi menghasilkan kepala daerah yang lebih bermutu, karena pemiihan langsung berpeluang mendorong majunya calon da menangnya calon kepala daerah yang kredibel dan akseptabel dimata masyarakat daerah, memuatkan derajat legitimasi dan posisi politik kepala daerah sebagai konsekuensi dari sistem pemilihan secara langsung oleh masyarajat. 5. Pemilihan kepala daerah berpotensi menghasilkan pemerintahan suatu daerah yang lebih stabil, produktif, dan efektif. Tidak gampang digoyang oleh ulah politisi lokal, terhindar dari campur tangan berlebihan atau intervensi pemerintahan pusat, tidak mudah dilanda Universitas Sumatera Utara krisis kepercayaan publik yang berpeluang melayani masyarakat secara lebih baik. 6. Pemilihan kepala daerah berpotensi mengurangi praktek politik uang money politics yang merajalela dalam prosese pemilihan kepala daerah secara tidak langsung. Tahapan Kegiatan Pilkada Langsung Sesuai ketentuan Undang - Undang dan Peraturan Pemerintah, tahapan Pilkada Secara langsung dibagi menjadi dua tahap, yang terdiri dari : i tahapan persiapan dan ii tahap pelaksanaan. Tahap pertama, yakni Tahap Pelaksanaan, yang meliputi : i dalam tahap persiapan DPRD memberitahukan kepada kepala daerah maupun KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah; ii dengan adanya pemberitahuan dimaksud kepala daerah berkewajiban untuk menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah dan laporan keterangan pertanggungjawaban LKPj kepada DPRD; iii KPUD dengan pemberitahuan dimaksud menetapkan rencana penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang meliputi penetapan tatacara dan jadwal tahapan Pilkada, membentuk Panitia Pemilihan Kecamatan PPK, Panitia Pemungutan Suara PPS, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara KPPS serta pemberitahuan dan pendaftaran pemantauan; dan iv DPRD membentuk Panitia Pengawas pemilihan yang unsurnya terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan, Perguruan Tinggi, Pers, dan Tokoh masyarakat. Universitas Sumatera Utara Tahap kedua, Tahap Pelaksanaan, yang meliputi : Tahap Pelaksanaan meliputi penetapan daftar pemilih, pengumuman pendaftaran dan penetapan pasangan calon, kampanye, masa tenang, pemungutan suara, penghitungan suara, penetapan pasangan calon terpilih, pengusulan pasangan calon terpilih dan pengesahan serta pelantingan calon terpilih. 20 1.6.1 Jenis Penelitian

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang diguanakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain – lain pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data dan fakta secara sistematis sehingga dapat mudah dipahami dan disimpulkan. 21 1.6.2 Lokasi Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini lebih menekankan analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada Kabupaten Deli Serdang. 20 Leo Agustino, op cit hal. 81. 21 Hadari Nawawi, Metodologi Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1987, hal. 63. Universitas Sumatera Utara 1.6.3 Teknik Pengumpulan Data Data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data antara lain sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku – buku, laporan – laporan serta bahan – bahan yang lain yang berhubungan dengan penelitian. b. Penelitian lapangan, yaitu dengan pengumpulan data dengan mengunakan dialog langsung dengan terjun langsung ke lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara adalah melakukan tanya jawab langsung dengan beberapa orang yang mempunyai pengaruh pada lokasi tersebut atau daerah yang akan diteliti. 1.6.4 Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses pengorganisasian dengan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan permasalahan. Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif. Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Universitas Sumatera Utara 1.6.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menguraikan gambaran umum dari lokasi penelitian di Kabupaten Deli serdang. BAB III PEMBAHASAN Bab ini meguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan di lapangan. BAB IV PENUTUP Bab ini mencakup kesimpulan dan saran – saran yang diperoleh dari hasil penelitian. Universitas Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Latar Belakang Sejarah Kabupaten Deli Serdang