1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah prevalensi kanker payudara pada wanita di RSUP H.
Adam Malik pada tahun 2009?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kanker
payudara pada wanita di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui frekuensi kasus kanker payudara pada wanita pada tahun
2009 2.
Untuk melihat kecenderungan wanita menderita kanker payudara berdasarkan faktor usia.
3. Untuk melihat frekuensi wanita yang sudah menopause yang menderita
kanker payudara.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Penelitian Kedokteran
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi kontribusi sebagai informasi dalam menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk peneliti di
masa akan datang. Selain itu, dapat dijadikan sebagai infromasi awal penelitian kedokteran sejenisnya di Indonesia. Khususnya untuk populasi di kota Medan,
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Pendidikan Kedokteran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan dalam pembuatan
bahan mata ajar khususnya kedokteran komunitas.
1.4.3 Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas pada masyarakat kota Medan, terutama golongan wanita tentang insidens kanker payudara
sebagaimana contoh yang diambil pada tahun 2009. Dengan penelitian ini, masyarakat diharapkan menjadi lebih peka dalam mengamalkan kaedah hidup sehat
untuk mencegah insidens kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara Carcinoma mammae adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization WHO dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases ICD.
2.1.2 Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20 dari seluruh keganasan Tjahjadi, 1995. Dari 600.000 kasus kanker
payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang
Moningkey, 2000. Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32 dari semua kanker yang menyerang
wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya Oemiati, 1999.
American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 Moningkey,
2000. Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher
rahim di Indonesia Tjindarbumi, 1995. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara
tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70
Universitas Sumatera Utara
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut Moningkey, 2000. Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan
bahwa Case Fatality Rate CFR akibat kanker payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8
Ambarsari, 1998
2.1.3 Etiologi Kanker Payudara
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait
satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain
yang bersifat eksogen Soetrisno, 1988.
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu : 1.
Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus fam. retrovirus, DNA virus papiloma virus,
adeno virus, herpes virus, EB virus. 4.
Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker. 5.
Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Faktor Resiko Kanker Payudara
Beberapa faktor resiko untuk kanker payudara telah didokumentasikan. Namun demikian, untuk mayoriti wanita yang menderita kanker payudara, faktor
resiko yang spesifik tidak dapat ditentukan IARC, 2008; Lacey, et al., 2009. Yang paling beresiko terserang kanker payudara ialah wanita yang berumur
diatas 30 tahun sekarang, dibawah 20 tahun juga sudah ditemukan kanker payudara. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usai 40-45 tahun Azamris, 2006. Di
samping itu, riwayat dalam keluarga ada yang menderita kanker payudara ini juga tidak mutlak karena tanpa ada riwayat keluarga juga bisa terkena juga menjadi faktor
resiko. Mereka yang punya riwayat tumor juga mempunyai resiko tinggi menderita kanker payudara.
Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda atau menopause diatas umur 50 tahun, tidak menikah atau tidak menyusui dan melahirkan anak pertama
diatas usia 35 tahun. Mereka yang sering terkena radiasi bisa dari sering melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat x-ray juga mempunyai
kemungkinan menderita kanker payudara. Selain itu, pola makan dengan konsumsi lemak berlebihan, kegemukan dan
konsumsi alkohol berlebihan juga merupakan faktor resiko. Mereka yang sudah mendapatkan terapi hormonal dalam jangka panjang harus lebih berwaspada karena
mereka mempunyai resiko mendapat kanker payudara. Stres dan faktor genetik BRCA1BRCA2 juga dikatakan tergolong dalam faktor resiko kanker payudara.
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko kanker payudara sampai 85.
2.1.5 Klasifikasi Kanker Payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasi dalam tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 : Klasifikasi Histologi Kanker Payudara Klasifikasi WHO 1.
Non-invasif
a. Intraduktal
b. Lobular karsinoma in situ
2. Invasif
a. Karsinoma invasif duktal
b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen
intraduktal yang predominant c.
Karsinoma invasif lobular d.
Karsinoma mucinous e.
Karsinoma medullary f.
Karsinoma papillary g.
Karsinoma tubular h.
Karsinoma adenoid cystic i.
Karsinoma sekretori juvenile j.
Karsinoma apocrine k.
Karsinoma dengan metaplasia i.
Tipe squamous ii.
Tipe spindle-cell iii.
Tipe cartilaginous dan osseous iv.
Mixed type l.
Lain-Lain
3. Paget’s disease of
the nipple
Universitas Sumatera Utara
Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC
International Union Against Cancer dari World Helath Organization AJCC American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer
Society dan American College of Surgeons.
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
PA. Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a Ukuran Tumor T :
Tabel 2.2 : Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNM Ukuran Tumor T
Interpretasi
T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor
Tis Lobular carninoma in situ LCIS, ductus carninoma in
situ DCIS, atau Paget’s disease T1
T1a T1b
Diameter tumor ≤ 2cm
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T2 T2a
T2b Diameter tumor 2-5 cm
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T3 T3a
T3b Diameter tumor
≤ 5 cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T4
T4a T4b
Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai pectoral lymph node
Dengan fiksasi ke dinding toraks Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit
Sumber : Djamaloeddin, 2005
Universitas Sumatera Utara
b Palpable Lymph Node N:
Tabel 2.3 : Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem TNM
Palpable Lymph Node N
Interpretasi
N0 Kanker belum menyebar ke lymph node
N1 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral
dan dapat digerakkan N2
Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu sama lain konglumerasi atau
melekat pada struktru lengan N3
Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular lymph node ipsilateral
Sumber : Djamaloeddin, 2005
c Metastase M :
Tabel 2.4 : Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM
Metastase Interpretasi
M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh
M1 Metastase ke organ jauh
Sumber : Djamaloeddin, 2005
Universitas Sumatera Utara
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Tabel 2.5 Stadium Numerik Kanker Payudara
Stadium Ukuran Tumor
Palpable Lymph Node
Metastase
Tis N0
M0 1
T1 N0
M0 IIA
T1 T2
N1 N0
M0 M0
IIB T2
T3 N1
N0 M0
M0 IIIA
T1, T2 T3
N2 N1
M0 M0
IIIB T4
N3 M0
IV T
N M1
Sumber : Kosmmojaya Pandu Nusa, 2009
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut.
Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat di cegah. Tjindarbumi 1982
mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya life expectancy tinggi, berkisar antara 85-95. Namun,
dikatakannya pula bahwa 70-90 penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Gejala Klinis Kanker Payudara
Wanita dengan kanker payudara, bisa jadi mengalami gejala-gejala berikut. Kadang meskipun di tubuhnya telah tumbuh kanker dia tidak merasakan gejala
apapun. Atau boleh juga ditubuhnya menujukkan gejala tersebut tetapi bukan karena kanker payudara, tetapi akibat kondisi medis lain. Adapun tanda-tanda atau gejalanya
antara lain : •
Ada bejolan yang keras di payudara o
Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada
kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. o
Puting berubah bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus, mengeluarkan cairan atau darah
o Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam retraksi, bewarna merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu
semakin lama akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok,
atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak edema pada lengan,
dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh Handoyo, 1990. •
Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk.
• Adanya benjolan-benjolan kecil
• Ada luka di payudara yang sulit sembuh
• Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
Universitas Sumatera Utara
• Terasa sakit atau nyeri bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap
harus diwaspadai •
Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting •
Benjolan yang keras itu tidak bergerak terfiksasi dan biasanya pada awal tidak terasa sakit
• Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan mengetahui kriteria operabilitas Heagensen sebagai berikut :
Terdapat edema luas pada kulit payudara lebih 13 luas kulit payudara; Adanya nodul satelit pada kulit payudara;
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; Terdapat model parasternal dan nodel supraklavikula;
Adanya edema lengan dan metastase jauh; Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
2.1.7 Patafisiologi Kanker Payudara
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis ini terus mengalami perubahan, seiring dengan diketemukannya peralatan untuk menguak
pengetahuan tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon steroid memegang peranan penting untuk terjadinya kanker payudara. Tahun 1980 mulai
terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen suprespor, keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor, adesi antara sel dan faktor
pertumbuhan. Abad 20, mulailah diketahui tentang siklus sel serta perbaikan DNA
Universitas Sumatera Utara
dan kematian sel apoptosis serta regulasinya. Kemudian abad 21 ini mulai berkembang pengetahuan yang menganalisa secara mendalam kegagalan terapi
kanker juga tentang mekanisme resistensi terhadap kemoterapi, antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi, angiogenesis, dan metastase.
Pada tahun 1971, Folkam mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel dalam
kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia. Hypotesis Folkam ini memperlihatkan bahwa tumor sangat memerlukan angiogenesis untuk
dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter . 21 Angiogenesis ini diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya pada keadaan tertentu seperti proses
penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker. Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan dimasa depan. Pembelahan sel tumor yang
dipacu oleh angiogenic stimulatory peptides akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi ke jaringan sekitar dan metastase. Sebaliknya,
pembelahan sel tumor yang diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumor, invasi, dan mencegah metastase.
2.1.8 Diagnosa Kanker Payudara
Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosa kanker payudara dan untuk menentukan apakah suda ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes juga
berguna untuk menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien. Kebanyakan pada tipe kanker, biopsi mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah
mikroskop, dilakukan oleh ahli patologi adalah jalan satu-satunya untuk menentukan secara pasti diagnosis kanker. Apabila biopsy tidak mungkin dilakukan, dokter akan
mengusulkan tes lain untuk membantu diagnosa. Test Imaging bisa digunakan untuk menemukan apakah telah terjadi metastasis. Dokter akan mempertimbangkan faktor-
faktor di bawah ini, ketika memutuskan tes diagnostik:
Universitas Sumatera Utara
• Usia dan kondisi medis pasien
• Tipe kanker
• Beratnya gejala
• Hasil tes sebelumnya
Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter menemukan suatu massa atau pengerasan yang tidak normal suatu titik kecil dari
kalsium, biasanya dilihat pada saat X-ray, pada screening mammogram. Atau bisa juga suatu yang tidak normal di payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis
atau pemeriksaan sendiri. Beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosa dari kanker payudara. Tidak pada semua orang akan dilakukan seluruh test
dibawah ini:
Diagnostic mammography IMAGING TEST :
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak gambar yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda,
diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada banjo;an baru. Diagnostic mammography bisa juga digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan
pada saat screening mammogram.
Ultrasound USG
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang
bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa yang padat, yang kemungkinan kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.
Universitas Sumatera Utara
Magnetic Resonance Imaging MRI
MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi gambaran detail dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka untuk
memeriksa payudara lainnya dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer Society ACS,
wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker payudara,
sebaliknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang
mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat menunjukkan suatu jaringan yang padat
itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi.
Biopsi TES DENGAN BEDAH
Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya biopsi yang bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sampel yang diambil dari biopsy, dianalisa
oleh ahli patologi dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan tes-tes laboratorium dan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ untuk menentukan penyakit.
•
Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigkan
tidak teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy FNAB, menggunakan jarum kecil untuk mengambil sampel jaringan.
Stereotactic Core Biopsy menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan yang akan diambil atau Vacuum – Assisted Biopsy menggunakan jarum yang
Universitas Sumatera Utara
tebal untuk mengambil beberapa macam jaringan inti yang luas. Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud,
dibantu oleh mammografi. USG atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan pada bagian dari payudara yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini
apabila jaringan itu membuktikan adanya kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya butuh
sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan menentukkan stadium. •
Core Biopsy dapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan sel dari
suatu masa yang berada dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk menentukkan adanya sel kanker.
•
Surgical Biopsy biopsi dengan cara operasi mengambil sejumlah besar
jaringan. Biopsy ini biasa incisional mengambil sebagain dari benjolan atau excisional mengambil seluruh benjolan
Apabila didiagnosa kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk mendapatkan clear margin area area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan sudah bersih dari
sel kanker kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening. Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan dites oleh dokter untuk menentukan
pengobatan. Tes itu untuk melihat :
Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu invasif biasanya menyebar atau in situ biasanya tidak menyebar. Ductal dalam saluran susu atau lobular dalam
kelenjar susu Grade seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel sehat dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembulu getah
bening. Margin dari tumor juga diamati.
Receptor Estrogen ER dan Receptor Progestron PR tes. Apabila diketahui positif mengandung receptor ini [ER + dan PR +], kanker ini
Universitas Sumatera Utara
berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya diadakan terapi hormon.
Tes HER2 neu. C-erb2. Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata
pada 25 penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 positif atau negatif, maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan
menggunakan obat yang disebut trastuzumab HERCEPTIN atau tidak.
Genetic Desription of the Tumor. Tes dengan melihat unsur biologi dari tumor, untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype
DX adalah tes untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.
TES DARAH
Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu antara lain :
Level Hemoglobin HB : untuk mengtahui jumlah oksigen yang ada di dalam
sel darah merah
Level Hematokrit : untuk mengetahui persentase dari darah merah didalam seluruh badan
Jumlah dari sel dari putih : untuk membantu melawan infeksi
Jumlah trombosit : untuk membantu pembekuan darah
Differential : persentase dari beberapa sel darah putih.
JUMLAH ALKALINE PHOSPHATASE
Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke hati, saluran empedu dan tulang.
Universitas Sumatera Utara
SGOT DAN SGPT
Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati. Angka yang tinggi dari salah satu tes ini mengindikasikan adanya kerusakan pada hati, bisa jadi suatu sinyal adanya
penyebaran ke hati.
TUMOR MARKER TEST
Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang tidak normal di dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor marker yang biasanya
dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sampel darah. Pada standar PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.
TES-TES LAIN
Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :
Photo Thorax untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru
Bonescan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pasien
disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan berkumpul di tulang yang menujukkan kelainan karena kanker. Jarang antara suntikan dan
pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu pasien dianjurkan minum sebanyak-banyak. Hasil yang terlihat adalah gambar penampang tulang
lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan kelainan akan melihat warnya lebih gelap dari tulang normal.
Computed Tomography CT atau CAT Scan. Untuk melihat secara detail
letak tumor. Pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena,
Universitas Sumatera Utara
tetapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama benar dengan infus. Setelah disuntik CT-Scan dapat segera dilakukan.CT-scan akan membuat
gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang di
scan 3 dimensi.
Positron Emission Tomograpy PET Scan. Untuk melihat apakah kanker sudah menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang mengandung
radioaktif disuntikan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut dibandingkan sel normal. Sehingga akan terlihat warna
kontras pada PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CT –scan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.
2.1.9 Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain pengobatan meliputi pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi
imunologi antibodi. Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
Pembedahaan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan
penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor lumpectomy, mengangkat sebagaian payudara yang
mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara mastectomy. Untuk meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi, hormone, atau kemoterapi.
Universitas Sumatera Utara
Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium
akhir.
Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit tidak dapat lagi dilakukan pembedahan. Obat kemoterapi dapat digunakan
secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga
hanya menyerang sel kanker saja.
Terapi Imunologi
Sekitar 15-25 tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab,
antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani
tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50 pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan. Meskipun
demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada
kanker tahap akhir bersifat paliatif mengurangi rasa sakit. Dokter berupaya untuk
Universitas Sumatera Utara
memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi, dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2 positif,
trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.
2.1.10 Komplikasi Kanker Sindroma Paraneoplastik
Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang bukan disebabkan oleh tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat
yang dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormone, sitokinese, dan berbagai protein lainnya. Zat-zat tersebut mempengerahui organ atau jaringan melalui efek kimianya.
Bagaimana tepatnya kanker mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa kanker mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang merusak jaringan
yang jauh melalui suatu reaksi autoimun. Kanker lainnya mengeluarkan zat yang secara langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang berbeda atau merusak
jaringan. Bisa terjadi kadar gula darah yang rendah, diare, dan tekanan darah tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6 : Beberapa efek dari Sindroma Paraneoplastik Organ Yang
Terkena Efek
Kanker Penyebab Otak, Saraf
Otot
Kelainan neurologis, nyeri otot, kelemahan
Kanker Paru-Paru
Darah jaringan
pembentuk darah
Anemia, jumlah trombosit yang tinggi, jumlah sel darah
putih yang tinggi, pembekuan yang menyebar luas dalam
pembuluh darah, mudah memar, jumlah trombosit
sedikit. Semua Kanker
Ginjal Glomerulonefritis
membranous akibat adanya antibody dalam aliran darah
Kanker usus besar atau indung telur, limfoma, penyakit
Hodgkin, leukemia
Tulang Ujung jari tangan
membengkak clubbing Kanker paru-paru atau kanker
metastase dari berbagai kanker
Kulit Sejumlah lesi kulit, sering
berupa pewarnaan kulit mis. Akantosis nigrikans
Kanker saluran pencernaan atau hati, limfoma, melanoma
Seluruh tubuh Demam
Leukemia, limfoma, penyakit Hodgkin, kanker ginjal atau hati
Beberapa gejala dapat diobati secara langsung tetapi untuk mengobati sindroma paraneoplastik biasanya harus dilakukan pengendalian terhadap kanker
penyebabnya.
Kedaruratan
Yang termasuk dalam kedaruratan kanker adalah : o
Tamponade jantung o
Efusi pleura o
Sindroma vena kava superior o
Sindroma penekanan tulang belakang o
Sindroma hiperkalemik
Universitas Sumatera Utara
2.1.11 Prognosis Kanker Payudara
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas,
keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien
kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survivak rate Imaginis, 2009.
Tabel 2.7 Five-Year Survival Rate Pasien Kanker Payudara
Stadium Five-Year Survival Rate
100 I
100 IIA
92 IIB
81 IIIA
67 IIIB
54 IV
20
Universitas Sumatera Utara
2.2 Terapi Hormon
Estrogen adalah suatu hormon wanita yang dihasilkan oleh ovari-ovari indung telur-indung telur. Selama tahun-tahun reproduktif, tubuh wanita dihadapi
pada tingkat-tingkat yang tinggi dari estrogen. Setelah menopause, produksi dari estrogen oleh ovari-ovari berkurang. Estrogen kadangkala diresepkan untuk merawat
beberapa persoalan yang seringkali dihubungkan dengan menopause, seperti kepanasan hot flashes, keringat-keringat waktu malam, ketidaktiduran, dan
kekeringan vagina. Estrogen mempunyai manfaat tambahan dari pencegahan penipisan tulang osteoporosis.
Bagaimanapun, hasil dari suatu percobaan klinis yang besar dari wanita- wanita yang telah menopause yang menerima terapi hormon yang dipubilkasikan
pada tahun 2002 menunjukan bahwa risiko-risiko keseluruhannya dari terapi estrogen dan progestin melebihi manfaat dari terapi hormon. Terapi kombinasi hormon dengan
estrogen dan progestin telah ditunjukan meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke, dan penggumpalan darah.
Menurut The Journal of American Medical Association JAMA, tingkat yang tinggi dari estrogen melalui periode-periode yang panjang juga meningkatkan risiko
kanker payudara. Estrogen menstimulasi sel-sel dari payudara dan lapisan kandungan untuk tumbuh dan membelah. Sel-sel payudara yang membelah secara aktif
dipercayai mempunyai suatu kemungkinan kerusakan DNA yang lebih besar begitu juga suatu jumlah yang lebih besar dari sel-sel yang telah mempunyai kerusakan
DNA. Suatu jumlah yang lebih besar dari sel-sel dengan kerusakan DNA meningkatkan risiko perkembangan kanker.
Wanita yang mempunyai suatu permulaan timbulnya waktu haid yang dini dan menopause yang terlambat lebih mungkin menghidap kanker payudara dibanding
dengan wanita dengan permulaan timbulnya waktu haid yang terlambat dan menopause yang dini. Perbedaan ini dipercayai boleh diakibatkan oleh periode yang
lebih panjang dari paparan estrogen pada kelompok yang pertama.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konseptual