BAB II Pembinaan Kesejahtraan Pramuwisma, Pasal 2: Pembinaan
kesejahtraan Pramuwisma dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah.
3
BAB III Pengadaan dan Penyaluran, bab ini terbagi dari tiga bagian
yaitu: Bagian pertama Badan Usaha, yang menjelaskan tentang kewajiban badan usaha dan pengguna jasa pramuwisma. Dintaranya: Pasal 3, pengadaan
tenaga kerja pramuwisma. Pasal 4: yaitu kewajiban menyelenggarakan kesejahtraan pramuwisma. Pasal 5 meliputi waktu jam kerja pramuwisma dan
kewajiban badan usaha untuk membuat laporan tertulis. Pasal 6 menjelaskan tentang kontrak kerja. Pasal 7 Badan usaha berhak mendapatkan biaya atas
pembinaan pramuwisma dari pengguna jasa pramuwisma dan Pasal 8 tentang larangan badan usaha untuk memungut biaya kepada pramuwisma,
menyalurkan melalui caloperantara dan menyalurkan pramuwisma ke luar wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Bagian kedua Pengguna Jasa: pasal 9, 10 dan 11 yang berisi
kewajiban pengguna jasa, pasal 12 dan 13 yaitu kewajiban-kewajiban pramuwisma.
4
BAB IV tentang Perizinan, pasal 14 dan 15 menjelaskan tentang
penyelenggaraan, tata cara dan persyaratan perizinan operasional yang telah ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 16 menjelaskan tentang
3
Ibid, h. 4
4
Ibid, h. 4-7
jangka waktu perizinan dan tata cara perpanjangan peizinan, pasal ini ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
5
BAB V tentang Penyelesaian Perselisihan, pasal 17 yaitu mengenai
penyelesai perselisihan antara pramuwisma dan pengguna jasa, badan usaha dan pengguna jasa, pramuwisma dan badan usaha yang dapat diselesaikan
melalui Tim Penyelesaian Perselisihan Pramuwisma yang dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah.
6
BAB VI tentang Retribusi, pasal 18 menjelaskan tentang: yang
dikenakan retribusi yaitu sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, besarnya retribusi dan tempat penyetoran retribusi yaitu di kantor Kas Daerah DKI
Jakarta.
7
BAB VII tentang Pembayaran dan Penetapan, pasal 19 dan 20
menjelaskan tentang ketetapan pembayaran retrebusi yang terhutang.
8
BAB VIII tentang Penagihan, Pasal 21 ketetapan retribusi dan
tambahannya merupakan dasar penagihan retribusi. Pasal 22 dan 23 menjelaskan tentang jumlah denda retribusi yang telah jatuh tempo yaitu 2
selama-lamanya 24 bulan.
9
5
Ibid, h. 8-9
6
Ibid, h. 9
7
Ibid, h. 9-10
8
Ibid, h. 10.
9
Ibid, h. 11-12.
BAB IX tentang Keberatan, pasal 24 menjelaskan tentang wajib
retribusi yang dapat mengajukan keberatan terhadap ketetapan retribusi, jangka waktu penetapan, dan kewajiban untuk membayar retribusi tidak
tertunda dengan diajukan surat keberatan.
10
BAB X tentang Pembebasan, pasal 25 menjelaskan mengenai
pembebasan atau pengurangan besarnya retrebusi yang diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah
ini.
11
BAB XI tentang Pengawasan, pasal 26 menjelaskan mengenai