HAM DALAM ISLAM tentang Ketentuan Penutup, pasal 30 dan 31 menjelaskan

1. Melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar sesuai dengan kesepakatan dan atau perjanjian kerja; 2. Menjaga kesusilaan dan keamanan di tempat kerja; 3. Menjaga nama baik dan kerahasiaan keluarga yang bersifat pribadi pengguna jasa dan keluarganya; 4. Memberitahukan kepada pengguna jasa PRT apabila PRT akan berhenti bekerja sekurang-kurangnya 15 lima belas hari kalender; 5. Menyelesaikan setiap pekerjaan dengan baik; 6. Ikut menjaga ketenangan, ketentraman dan keamanan rumah PJPRT. 18

C. HAM DALAM ISLAM

Jika berbicara tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam maka yang dimaksudkan adalah hak-hak yang diberikan oleh Tuhan. 19 Istilah hak asasi sebenarnya terbentuk dari dua buah kata yang berasal dari bahasa Arab, yakni kata hak ﻖﺣ dan kata asas سﺎﺳا . Kata asas berarti dasar atau pondasi sesuatu. Kata hak secara etimologi mempunyai beberapa arti. Kamus lisan al- ‘Arab mengartikan kata hak dengan ketetapan, kewajiban, yaqin, yang patut dan 18 Sunarno, RUU Tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga PRT, Makalah pada diskusi Publik dengan tema “Menuju Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Pekerja Rumah Tangga Yang Berkeadilan Bagi Korban”, Universitas Jayabaya, Oktober 2008, h. 8 19 Abul A’la Maududi, Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Islam. Penerjemah Bambang Iriana, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. Ke-1, h. 10. Dengan memahami makna kata-kata pembentukannya, maka hak asasi manusia dapat diartikan dengan kekuasaan dan tanggung jawab yang dimiliki setiap manusia yang bersifat mendasar dan fundamental. Abul A’la al-Maududi mengemukakan definisi hak asasi manusia yang lebih menekankan segi asal dan sifat hak tersebut. Dia menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak pokok yang diberikan Tuhan kepaa setiap manusia tanpa melihat perbedaan-perbedaan yang ada diantara sesama manusia, di mana hak tersebut tidak dapat dicabut oleh siapapun atau lembaga apapun. 22 Dengan demikian, ada beberapa kriteria hak asasi manusia yang diberikan al-Maududi. Pertama , hak itu berasal dari Tuhan. Kedua, hak itu bersifat mendasar. Ketiga, hak itu bersifat umum, dalam arti diberikan kepada setiap manusia. Keempat, hak itu bersifat tetap dan melekat pada diri manusia dan tidak bisa dicabut. 23 20 Harun Nasution, “Pengantar” dalam Harun Nasution dan Bakhtiar Effendy ed, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Pustaka Firdaus, 1995, Cet. Ke-2, h. vi. 21 Paul S. Baut dan Benny Harman K, Kompilasi Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1998, Cet. Ke-1, h. 3-4. 22 Hermawan Malik dan Bambang Parianom, Ham dan Pluralisme Agama: Tinjauan Historis dan Kultural, dalam Anshari Thayib dkk, Ham dan Pluralisme Agama, Jakarta: Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan, 1997, Cet. Ke-1, h. 40-41. 23 Ikhwan, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004, Cet Pertama, h. 17-18. Hak-hak asasi manusia terkandung dalam syari’at Islam. Hak-hak asasi manusia tersebut didasarkan kepada dan dirumuskan dari al-Qur’an dan al-Sunah sebagai sumber utama syari’at Islam. Dalam hal ini, teori maqashid al-syari’ah yang sangat terkenal dalam ilmu ushul fiqh dapat dipakai untuk merumuskan dan menguraikan hak-hak asasi manusia yang terkandung dalam syaria’at Islam. Maqasid al-syari’ah bermakna tujuan syari’at dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan tersebut dapat ditelusuri dalam ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah sebagai alasan logis bagi perumusan suatu hukum. Tujuan hukum- hukum tersebut adalah kemaslahatan umat manusia. 24 . Isu tentang pelaksanaan HAM tidak lepas dari perhatian umat Islam, apalagi mayoritas negara-negara Islam adalah tergolong ke dalam barisan negara- negara dunia ketiga yang banyak merasakan perlakuan ketidak adilan negara- negara Barat dengan atas nama HAM. Dalam pandangan negara-negara Islam HAM Barat tidak sesuai dengan pandangan ajaran Islam yang telah ditetapkan Allah SWT. Berkaitan dengan itu, negara-negara Islam yang tergabung dalam Organization of the Islamic Conference OICOKI pada tanggal 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi tentang kemanusiaan sesuai syari’at Islam Kairo. Konsep hak-hak asasi manusia hasil rumusan negara-negara OKI ini selanjutnya dikenal dengan sebutan Deklarasi Kairo. Deklarasi ini berisi 24 pasal tentang hak asasi manusia berdasarkan al-Qur’an dan sunnah yang dalam 24 Ibid, h.19 penerapan dan realitasnya memiliki beberapa persamaan dengan pernyataan semesta hak-hak asasi manusia The Universal Decration of Human Right UDHR yang dideklarisan oleh PBB tahun 1948. Pasal-pasal yang terdapat dalam Deklarasi Kairo mencakup beberapa persoalan pokok, antara lain: 1. Hak Persamaan dan Kebebasan pasal 19 ayat a, b, c, d, dan e. Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Israa’ ayat 70 b. Surah an-Nisa’ ayat 58,105,107, 135. c. Surah al-Mumtahanah ayat 8. 2. Hak Hidup pasal 2 ayat a, b, c, dan d. Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Maidah ayat 45. b. Surah al-Isra’ ayat 33. 3. Hak Memperoleh Perlindungan pasal 3 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Insaan ayat b. Surah al-Balad ayat 12-17 c. Surah at-Taubah ayat 6. 4. Hak Kehormatan pribadi pasal 4. Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah at-Taubah ayat 6. 5. Hak menikah dan berkeluarga pasal 5 ayat a dan b Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Baqarah ayat 221 b. Surah ar-Ruum ayat 21 c. Surah an-Nisa’ ayat 1 d. Surah at-Tahrim ayat 6 6. Hak Wanita sederajat dengan pria pasal 6 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Baqarah ayat 228 7. Hak-hak anak dari orang tua pasal 7 aya a, b, c Ayat ini berdasarkan pada: a. Surah al-Baqarah ayat 223 b. Surah al-Israa’ ayat 23-24 8. Hak memperoleh pendidikan dan berperan serta dalam perkembangan ilmu pengetahuan pasal 9 ayat a dan b Ayat ini berdasarkan pada: a. Surah al-Taubah ayat 122 b. Surah al-Alaq ayat 1-5 9. Hak kebebasan memilih agama pasal 10 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Baqarah ayat 256. b. Surah al-Kahfi ayat 29 c. Surah al-Kafirun ayat 1-6 10. Hak kebebasan bertindak dan mencari suaka pasal 12 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah an-Nisaa’ ayat 97 b. Surah al-Mumtahanah ayat 9 11. Hak-hak untuk bekerja pasal 13 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah at-Taubah ayat 105 b. Surah al-Baqarah ayat 286 c. Surah al-Muluk ayat 15. 12. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama pasal 14 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Baqarah ayat 275-278 b. Surah an-Nisa ayat 161 c. Surah al-Imran ayat 130 13. Hak milik Pribadu pasal 15 ayat a dan b Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Baqarah ayat 29 b. Surah an-Nisaa’ ayat 29 14. Hak menikmati hasil atau produk ilmu pasal 16 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Ahqaaf ayat 19 b. Surah al-Baqarah ayat 164 15. Hak tahanan dan narapidana pasal 20-21 Pasal ini berdasarkan pada: a. Surah al-Mumtahanah ayat 8 25 Tidak diragukan lagi “al-Qur’an berisi petunjuk bagi manusia, memberikan penjelasan-penjelasan tentang petunjuk, dan pembeda antara yang hak dan yang bathil, furqan”. Diantara petunjuk yang diberikan Al-Qur’an itu adalah mengenai eksistensi manusia itu sendiri dan bagaimana ia berperan ditengah jagad raya. Sebagai mahluk yang terpilih untuk mengemban amanah khalifah Allah di Bumi, kepadanya Allah pikulkan berbagai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan reformasi ishlah dan mencegah berbagai macam tindakan pengrusakan fasad yang tidak disukai oleh-Nya. Untuk terlaksananya tugas dan tanggung jawab dalam misinya sebagai khalifah, kepadanya Allah memberikan sejumlah hak yang harus dipelihara dengan sebaik-baiknya serta dihormati. Hak- hak tersebut bersifat sangat mendasar asasi, dan diberikan langusng oleh Allah sejak kehadirannya di muka bumi ini, karena itu, tak seorangpun dapat mengingkarinya dan mencabut dari dirinya. Menurut ajaran Islam, perbedaan antara satu individu dengan individu lain terjadi bukan karena haknya sebagai manusia, melainkan didasarkan keimannan 25 Ibid, h. 216-218. dan ketakwaannya. Adanya perbedaan itu tidak menyebabkan perbedaan dalam kedudukan sosial. Hal ini merupakan dasar yang sangat kuat dan tidak dapat dipungkiri telah memberikan kontribusi pada perkembangan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia didalam masyarakat internasional. 26 Islam, seperti agama-agama lain, selalu hadir dalam gagasan besar kemanusiaan. Agama memang dihadirkan oleh Tuhan bagi manusia untuk sebuah pembebasan terhadap seluruh bentuk penindasan, tirani kebiadaban dan perbudakan manusia. Setiap penindasan, tirani dan perbudakan adalah pelanggaran terhadap hak-hak asasi yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Manusia, menurut Islam dilahirkan dalam keadaan suci dan bebas. Umar bin Khattab mengungkapkan kemerdekaan manusia itu dalam ucapanya yang sangat terkenal kepada Amru bin Ash :” Sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal para ibu mereka melahirkannya dalam keadaan merdeka”. Islam adalah agama yang selalu menginginkan tegaknya kontruksi dan sistem kehidupan sosial yang adil, sejahtra, aman dan menghormati martabat manusia di satu sisi dan tidak mentoleransi segala bentuk perendahan martabat manusia apapun dengan alasan apapun disisi lain. 27 Dan dengan menyatakan sebagai agama tauhid monoteisme, maka sudah sangat dimengerti bahwa Islam adalah agama yang sama sekali tidak menyetujui 26 Tim PUSKIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Demokrasi, Ham dan Mayarakat Madani, Jakarta, IAIN Jakarta Pres, 2000, Cet. Ke-1, h. 214-215. 27 Dalam surat al-Imran ayat 103-104, dikatakan bahwa sesungguhnya Islam mengajarkan umatnya untuk berlaku adil, bersatu, berbuat kebajikan, dan saling menghargai. segala realitas kehidupan yang mengistimewakan atau mengunggulkan satu atas yang lain. Seperti suku, ras, kebangsaan, kebudayaan, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang dipandang oleh masyarakat sebagai sumber normatif nilai sosial. Ini berarti bahwa setiap cara pandang manusia yang membedakan kriteria-kriteria normatif sosiologis tadi dalam wacana Islam dianggap sebagai bentuk pengingkaran terhadap kemaha-Esaan tuhan sendiri. Dalam pandangan Islam ini, keistimewaan atau superioritas manusia yang satu atas yang lainnya hanya dapat dibenarkan sejauh menyangkut tingkat pengakuan atas ke-Esa-an Tuhan semata-mata. Hal tersebut dengan jelas terdapat dalam firman Allah QS. Al-Hujurat 49 ayat 13: ⌧ ا تاﺮﺠﺤﻟا : Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS.al-Hujarat 49:13. Ayat ini membongkar segala macam bentuk diskriminatif atas dasar suku bangsa, warna kulit, dan termasuk perbedaan jenis kelamin. Yang membedakan diantara manusia adalah tingkat spritualitas dan amal kebaikan yang dilakukan atas dasar ketakwaannya kepada Allah SWT. Ayat itu juga memberikan makna kesederajatan tentang universalitas Islam dengan memberikan makna kesederajatan manusia dan penghormatan terhadap hak-hak kemanusiaannya. Keunggulan-keunggulan berdasarkan fisikal tidak berharga didepan Tuhan. Sebagaimana hadits Nabi menegaskan “ Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupamu, tetapi melihat kepada hati dan amal perbuatannya”. HR. Muslim. Dan dalam pandangan Islam manusia adalah mahluk yang pada dasarnya dimuliakan Allah QS. Al-Isra 17: 70: ⌧ ⌧ ☺ ⌧ ءاﺮﺳﻹا : ٧ Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. QS. al-Isra 17 : 70. Atas dasar itu Islam melarang setiap cara pandang merendahkan, melecehkan, melukai apalagi menindas manusia dan berbagai kekerasan lainnya. Adalah merupakan pelanggaran hak-hak Tuhan. Maka wajar jika Tuhan mengecam keras cara pandang seperti ini. Dan begitu juga mengenai kekerasan majikan terhadap PRT. Seperti halnya kisah Muawiyah yang memukul budaknya, kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk membebaskannya. Maka dari itu terlihat dengan jelas agama Islam adalah agama keadilan, dan pada hakikatnya PRT itu adalah seorang anggota dalam keluarga, Rasulullah mewajibkan memberi makan kepada para budak sama dengan makanan yang dimakan anggota keluarga sendiri, bahkan memberi pakaian yang sama dengan pakaian kita. Mengenai perilaku kekerasan majikan terhadap PRT yang berakibat luka- luka ataupun kematian, dalam hukum Islam perbuatan tersebut dikatakan sebagai kejahatan jinayahjarimah, yaitu perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan dan sebagainya yang pelanggaran itu membawa kepada hukuman yang telah ditentukan. Dan hukuman pokok pada pembunuhan adalah qisas, dan apabila itu dimaafkan oleh keluarga korban maka pengganti hukumannya adalah diyat dan jika diyat dimaafkan maka penggantinya adalah ta’jir dan hukuman tambahannya adalah tehalangnya hak atas warisan dan wasiat, dan pelukaan hukumannya adalah qishas berdasarkan firman Allah QS. Al-Maidah 5: 45. ⌧ ☺ ☺ ☺ ةﺪﺋﺎﻤﻟا : Artinya: “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya At Taurat bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan hak kisas nya, Maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim”. QS. Al- Maidah 5: 45. Islam adalah agama yang selalu menginginkan tegaknya kontruksi dan sistem kehidupan sosial yang adil, sejahtra, aman dan menghormati martabat manusia di satu sisi dan tidak mentoleransi segala bentuk perendahan martabat manusia apapun dengan alasan apapun di sisi lain. 28

D. HAM PERSPEKTIF BARAT