F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi atas 5 lima bab, tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab dengan rincian sebagai berikut:
Bab I
Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II
Pada bab ini menceritakan tentang gambaran umum tentang Malaysia yang berisi Kondisi sosial di Malaysia dan latar belakang
politik serta perkembangannya di Malaysia.
Bab III
Menceritakan tentang biografi, latar belakang pendidikan, karir dan karya.
Bab IV
Merupakan bab yang membahaskan tentang idealisme dan perjuangan politik Dr. Burhanuddin Al-Helmy.
Bab V
Merupakan bab penutup, yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran.
BAB II GAMBARAN UMUM MALAYSIA
A. Kondisi Sosial
Malaysia merupakan sebuah gambaran umum akan realitas kamunitas Melayu yang merupakan penduduk asli Malaysia pada saat kejayaan kerajaan
Melaka sekitar abad ke-16. Semenanjung Malaya merupakan wilayah religio- Islam namun kedatangan Portugis disusul Belanda dan akhirnya Inggris,
Semenanjung Malaya perlahan berubah menjadi wilayah multirasial dengan datangnya berbagai kelompok etnis dan agama. Kedatangan imigran India dan
Cina yang didatangkan Inggris akhirnya mencampuri homogenitas etnis Melayu yang terbesar sepanjang kepulauan Tanah Melayu. Kedatangan
imigran Cina tentu merupakan tidak semata-mata kepentingan percepatan produksi di perusahaan-perusahaan Inggris, melainkan juga upaya pemetaan
politik lokal oleh Inggris untuk menghindari sentimen-sentimen komunitas Melayu yang sudah menyatu dengan tradisi pertanian. Demikian juga etnis
India, sengaja didatangkan untuk hal yang sama, bahwa jika etnis Melayu dipaksakan untuk menjadi buruh pabrik maupun perkebunan, akan
mempercepat kesadaran mereka untuk menuntut hak dan pergerakan menuju kemerdekaan dan berarti mengancam kekuasaan Kolonial. Kolonial Inggris
menilai dengan terlibatnya etnis Melayu dalam kegiatan bisnis akan mempermudah mereka mengatur massa.
7
Maka dengan strategi Kolonial Inggris, para sultan yang memiliki legitimasi kekuasaan mengakar di rakyat Melayu, tetap dipertahankan sebagai
klaim simbolik kebesaran Melayu, namun pada saat yang sama mereka adalah boneka-boneka dari etnis Melayu dalam program Kolonial termasuk
penarikan pajak. Komunitas Melayu sendiri hampir tidak ada pengecualian, kecuali
semuanya adalah menganut agama Islam yang beraliran Sunni. Etnis Cina hampir semuanya adalah panganut Kristen bawaan Inggris dan setengahnya
Budha, sementara etnis India tetap dengan agama bawaan mereka, Hindu. Kenyataan etnis yang begitu jelas dengan kepercayaan yang jelas berbeda
pula, maka Malaysia adalah multirasial sekaligus multi religious. Dengan demikian Malaysia, sebagaimana yang telah dijelaskan
merupakan fenomena etnis yang selalu mewarnai dinamika politik bangsa Malaysia. Agama dalam titik tertentu nampak lebih kecil perannya sebagai
sebuah instrument politik bila dibandingkan besarnya pengaruh etnis.
7
Ahmad Baha, Analisis Pemikiran Politik anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998, Skripsi S1 Fakultas Syariahdan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 17.