4. Sayyid mulai dari awal abad XIV
Sejarahwan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa Alawiyin atau qabilah Ba’alawi dianggap qabilah terbesar jumlahnya di
Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di
Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman. Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama hijriah julukan Alawi digunakan oleh setiap orang yang
bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, baik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan
Alawi hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Hasan dan Husein, dalam perjalanan waktu berabad-abad akhirna sebutan Alawi hanya berlaku bagi
anak cucu keturunan Imam Alawi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut, keturunan Ahmad bin
Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan Alawiyin diambil dari nama cucu beliau Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul.
D. Hakikat Akhlak 1. Pengertian Akhlak
Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang menurut logat diartikan budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan “khaliq” yang berarti pencipta dan “makhluk” yang berarti diciptakan.
46
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawih Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.
47
2. Imam Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir
berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan
terpuji, baik dari segi akal dan syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak
buruk.
48
3. Prof. Dr. Ahmad Amin Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa
keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari
46
Zahrudin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet ke-1, hal.1
47
Ibid, hal, 4
48
Prof. Dr. H. M. Ardani, Akhlak Tasawuf, PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, cet ke 2, h, 29