Hubungan bimbingan agama Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta'lim Nurul Musthofa Ciganjur Jakarta Selatan

(1)

HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN

JA’FAR ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA

DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA, CIGANJUR

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Abdullah NIM: 104052001966

Di bawah Bimbingan

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP: 150 299 324

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009 M / 1430 H


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Februari 2009


(3)

ABSTRAK

Abdullah

“Peran Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalan Pembinaan Akhlak Remaja Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa”.

Peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki seseorang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan. Majlis Ta’lim merupakan organisasi pendidikan Non-formal, yang memberikan pengajaran khusus keagamaan.

Sebagai manusia yang hidup di zaman modern serba materi ini, rasanya tak mudah kita jatuh cinta kepada Allah, Rasululullah, bakti kepada orang tua dan guru. Tak mudah kita menjatuhkan pilihan hati dan hidup kita hanya kepada Allah SWT, paling tidak tak semudah kita mengatakannya,mengapa demikian…?

Untuk menjawab rumusan masalah diatas penulis telah melakukan penelitian terhadap remaja Majelis Talim Nurul Musthofa. Dalam penelitian menggunakan desain studi kasus dengan metode deskriptif analisis dalam bentuk korelasi dengan pendekatan data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel), yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah peranan bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja Majelis Ta’lim Nurul Musthofa

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan nilai indeks korelasi product momoent sebesar 0,2472 yaitu nilai yang lebih besar dari-1. maka disimpulkan bahwa telah terjadi peranan bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa. Dengan demikian maka hipotesa (Ha) diterima. Akan tetapi nilai korelasi ini tergolong lemah. Sehingga sebagai masukan dan saran dalam skripsi ini adalah supaya meningkatkan program pembinaan melalui bimbingan agama.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam persiapan pelaksanaan penelitian dan akhir dari kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan serta motivasi berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, baik moril maupun materil, usaha maupun do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I). Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. H. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku pembantu Dekan (PD) I, Bapak Dr. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan (PD) II, dan Bapak Drs. Study Rijal LK, MA selaku Pembantu Dekan (PD) III.

2. Bapak Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Dan Ibu Dra. Nasichah, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah membantu melengkapi kebutuhan administrasi penulis.

3. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan dan pengalaman dengan ikhlas. Semoga ilmu dari bapak dan ibu bermanfaat untuk penulis.

5. Pimpinan beserta seluruh staff akademik dan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ayahanda Alm. H. Abdullah Ma’mun semoga Allah swt selalu memberikan ampunan dan diakui sebagai ummatnya nabi Muhammad SAW dan ibunda Hj. Saniyah tercinta yang senantiasa memberikan ananda cinta, kasih sayang, motivasi, nasihat dan doa. Skripsi ini adalah persembahan ananda bahwa ananda telah melaksanakan amanat menuntut ilmu dengan baik, mudah-mudahan ayah dan bunda bangga melihat dan menerimanya.

7. Keluarga besar Malis Ta’lim Nurul Musthofa Habib Hasan bin Ja’afar Assegaf semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan iman, islam dan panjang umur dan semoga sukuses dalam dakwahnya. Dan kepada panitia Nurul Musthofa yang telah membantu dalam memperoleh data serta informasi yang diperlukan.

8. Abang-abangku Ahmad Ri’vai, Ali Zaenal Abidin, Sukaenah, Adikku Abdul Rozak dan Muhammad Suja’I . terima kasih atas dukungannya.

9. Sahabat-sahabat BPI-04 yang telah mengukir sejarah terindah bersama kalian menjadi mahasiswa, terima kasih atas cerita lucu, unik kadang membosankan melalui hari-hari dibangku kuliah. Khususnya Asep, Samsul, Endah dan Khafid thank’s. Suja’I Shobah terima kasih atas pinjaman Tape Recordernya dan Siti Mutmainnah terima kasih juaga atas pinjaman Laptopnya


(6)

Akhir kata, dengan memohon Ridho Allah SWT, penulis mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Jakarta, 04 Maret 2009 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTARTABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Bimbingan Agama ... 13

1. Pengertian Bimbingan Agama ... 13

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama... 17

3. Metode Bimbingan Agama... 19

4. Materi Bimbingan Agama ... 21

B. Pembinaan Akhlak. ... 24

1. Pengertian Pembinaan Akhlak... 24

2. Fungsi Akhlak ... 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ... 30

4. Macam-Macam Akhlak ... 32


(8)

BAB III GAMBARAN UMUM MAJILIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA

A. Sejarah Berdirinya ... 39

B. Visi, Misi dan Tujuan... 42

C. Sarana dan Prasarana... 43

D. Struktur Organisasi ... 44

E. Profil Habib Hasan bin Ja’far Assegaf... 46

1. Silsilah Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf... 46

2. Pendidikan ... 47

3. Karangan Habib Hasan bin Ja'far Assegaf ... 48

F. Kegitan Dan Pelaksanaan... 49

G. Metode Yang Disampaikan ... 51

BAB IV PERANAN BIMBINGAN AGAMA DALAM ENINGKATKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN REMAJA DI MAJLIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA. A. Deskripsi Data ... 53

B. Analisa Data ... 54

1. Analisis Variabel Bimbingan Agama ... 54

2. Analisis Pembinaan Akhlak Remaja Majelis Ta’lim Nurul Musthofa... 58

3. Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 66

B. Saran-saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Operasional Variabel ... 6

Tabel 2. Interpretasi Besarnya Product Momen ... 10

Tabel 3. Data Remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa ... 53

Tabel 4. Remaja dalam Memahami Tujuan Bimbingan Agama Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa... 55

Tabel 5. Tanggapan Remaja dalam Bimbingan Agama di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa ... 55

Tabel 6. Akhlak Remaja dalam Proses Bimbingan Agama di Malis Ta’lim Nurul Musthofa. ... 56

Tabel 7. Remaja dalam Mengerjakan Berbagai Kegiatan Bimbingan Agama di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa ... 57

Tabel 8. Remaja Merasakan Proses Bimbingan Agama di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa ... 57

Tabel 9. Akhlak Remaja Memahami Tugas dan Tujuan Hidup Manusia dalam Melaksanakan Ibadah ... 58

Tabel 10. Akhlak Remaja dalam Memahami Syukur Kepada Allah... 59

Tabel 11. Akhlak Remaja dalam Pentingnya Kejujuran dan Tanggung Jawab 59 Tabel 12 Remaja dalam memahami Akhlak Terhadap Adab kepada Orang Tua... 60

Tabel 13. Remaja Memahami Akhlak terhadap Kesabaran ... 60

Tabel 14. Akhlak Remaja dalam Bimbingan Agama (Variabel X) ... 61

Tabel 15. Pembinaan Akhlak Remaja (Variabel Y) ... 62

Tabel 16. Nilai Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa. ... 63


(10)

BAB I PENDAHULUAN

F. Latar Belakang Masalah

Agama berasal dari kata sankri, satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari kata, a; tidak dan gam; pergi, tetapi di tempat, diwarisi turun menurun. Agama memang mempunyai sifat demikian. Sumber lain mengatakan bahwa, agama berarti teks atau kitab suci, dan agama-agama memang memiliki kitab suci. “Gam” berarti tuntunan, memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.1

Agama juga merupakan kebutuhan fitri bagi manusia sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum: 30

!

"#$%

&'

'

()*+,- .

/0

/12

3*

5

!

67

8 9

:;

!

< >? @A

BCDEF

+ GHI J

'

'

/0

LMNO,- P 2

QR#

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)

Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama” adalah ketetapan Illahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup sementara

1

Harun Nasution, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hal. 9.


(11)

itu, Syaikh M. Abdullah Badrun, dalam bukunya Makhdal Ila Al-Adyan, berupaya untuk menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Qur’an ia memulai bahasanya dengan pendekatan kebahasaan. Jadi agama adalah hubungan antara makhluk dan “Khaliknya”. Hubungan ini mewujudkan dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.2

Islam memerintahkan setiap orang dalam ber-Islam mampu menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh tanggung jawab. Orang yang memiliki kesadaran beragama secara matang dan bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan yang bisa mematangkan kepribadian serta kemampuan untuk menganalisa masalah-masalahnya.3

Akhlak adalah gambaran jiwa yang muncul saat manusia akan mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika manusia akan sehat, jika didukung oleh akhlak yang baik, oleh demikian akhlak merupakan faktor yang sangat penting di dalam pemunculan tingkah laku, dengan dasar akhlak yang ada pada diri manusia maka akan membentuk pandangan hidup yang positif dan berorientasi pada dasar akhlak yaitu al-Qur’an dan Hadits.

Ketidak berdayaan memilih perbuatan baik atau buruk untuk dilakukan telah menjadi bukti bahwa masyarakat kita sedang mengalami demoralisasi (kemerosotan moral). Kurangnya pemahaman baik tentang nilai-nilai akhlak telah menjadikan sebagian masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang

2

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Jakarta: Mizan, 1995), hal. 209..

3


(12)

sangat berlawanan dengan norma-norma yang ada, karena demikian penting kiranya menumbuhkan nilai-nilai akhlakul karimah terhadap anak-anak terutama remaja agar mereka dapat bertindak sesuai dengan petunjuk agama.

Remaja adalah kelompok orang yang berada pada usia peralihan menuju kedewasaan, yang mana ditandai dengan situasi psikologis yang tidak seimbang sehingga pada waktu melewati tahapan sosialisasi kemungkinan mereka akan memiliki kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan keinginan sendiri dan tidak lagi berpedoman pada ajaran agama yang selalu menganjurkan nilai-nilai akhlak yang baik dan pada masa puberitas remaja, sikap atau perbuatan yang negatif seperti halnya merokok, arogan, sok jantan, sikap kasar, tidak ingin terlalu diatur-atur dan lain-lain. Semua hal di atas adalah karena pertumbuhan emosi dan kejiwaannya.

Menurut Zakiah Daradjat, bahwa manusia remaja adalah masa pertumbuhan fisik cepat dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai titik tertentu. Perubahan yang berlangsung cepat dan tiba-tiba mengakibatkan terjadi perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaan, remaja semakin peka dan sikapnya berubah-ubah, tidak stabil kelakuannya demikian pula kadang-kadang ia patut, ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan, kadang-kadang-kadang-kadang pada keluarga, masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.4

Memiliki akhlakul karimah memang tidak mudah, karenanya diperlukan sekali bagi mereka keagamaan yang baik yang harus dilakukan secara terpadu dalam kehidupan, baik itu keluarga maupun masyarakat,

4

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. ke-2, hal. 14.


(13)

melalui majlis ta’lim mereka mendapat bimbingan agama dengan cara berkisanambungan karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, hal tersebut sangat mendorong penulis untuk mengkaji Peranan Bimbingan Agama Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthafa Ciganjur, Jakarta Selatan.

G. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar dalam penulisan skripsi ini terarah, maka penulis membatasi pada persoalan. Hubungan Bimbingan Agama dalam Pemahaman Agama Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Ciganjur Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Dari persoalan-persoalan yang ada tentang kajian Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’fgar Assegal dalam Meningkatkan Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, tentunya akan banyak membutuhkan pembahasan yang luas oleh karena itu, agar skripsi ini tidak melebar kepada tema-tema yang tidak perlu tetapi terarah pada tema yang diharapkan, berkenaan dengan perumusan masalah tersebut sebagai berikut:

Bagaimana Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa?


(14)

H. Tujuan dan Manfa’at Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Peneliti ini bertujuan untuk:

Untuk mengetahui Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Ciganjur Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfa’at penelitian ini adalah Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur yang memadai tentang Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam meningkatkan pemahaman agama.

Manfaat Praktis:

b. Menambah wawasan penulis berkaitan dengan sumber informasi dengan peranan bimbingan agama dalam pemahaman meningkatkan agama remaja.

I. Metodologi Penelitian

Dalam karya ilmiah ini menggunakan desain studi kasus dengan metode deskripsi analisis dalam bentuk korelasi dengan pendekatan data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel), yang menjadi variabel bebas dalam


(15)

penelitian ini adalah peranan bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf sedangkan variabel terikat adalah terhadap akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa.

Adapun dua variabel diatas mempunyai berbagai indikator. Untuk menjelaskan kedua varibel tersebut dapat diamati dalam bagan dibawah ini:

Tabel. 1 Operasional variabel

Variabel Indikator Sub. Variable Ket.

1. Remaja memahami tujuan dari proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul

2. Remaja respek terhadap proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul musthofa

3. Remaja menyukai proses bimbingan Agama Majlis Ta’limNurul Musthofa

4. Remaja mengerjakan berbagai kegiatan proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa 5. Remaja merasakan kegunaan dari

proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Persepsi Positif Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

1. Remaja tidak memahami tujuan dari proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim nurul Musthofa

2. Remaja acuh terhadap proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

3. Remaja membenci proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurulmusthofa

4. Remaja tidak mengikuti proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

5. Remaja tidak merasakan kegunaan proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa


(16)

Akhlak Remaja di

Majelis Ta’lim Nurul Musthofa

1. Remaja memahami tugas dan tujuan hidup manusia

2. Remaja melaksanakan ibadah shalat lima waktu

3. Remaja memahami pentingnya kejujuran

4. Remaja memahami pentingnya sifat tanggung jawab

5. Remaja memahami berkata-kata yang baik kepada orang tua

6. Remaja memahami percaya kepada Allah SWT

7. Remaja memahami Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir

8. Remaja akan bekerja dengan baik dan bersungguh sungguh

9. Remaja memahami kesabaran 10.Remaja memahami komunikasi

yang baik kepada guru

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan waktu selama 40 hari yaitu dari tanggal 18 September 2008 sampai dengan tanggal 6 2008. Penelitian ini dilakukan di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa yang beralamat di Jl. RM. Kahfi I GgManggis No. 9A, Ciganjur, Jagakarsa- Jakarta Selatan 12630 2. Populasi dan Sample

Adapun populasi penelitian adalah segenap para remaja yang terlibat langsung dengan pelaksanaan bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, 175 remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa sedangkan yang aktif hanya 29 remaja di majelis Ta’lim Nurul Musthofa.

Sedangkan sampel penelitiannya berjumlah 29 remaja, yang dijadikan Penentuan subjek ditentukan secara purposive sampling, yang


(17)

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.5 Lazimnya didasarkan atas kriteria dan pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.

Dengan kata lain, penetapan sample berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Pencatatan data dilakukan dengan sample bertujuan, dengan maksud menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data dengan mengambil langkah sebagai berikut:

a. Menggunakan kuisioner tertutup dalam bentuk multiple choice item sebagai data primer.

b. Wawancara terbuka, untuk memperoleh data dari para ahli, pimpinan Majelis Ta’lim sebagai data sekunder.

c. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian secara informal

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan ketentuan untuk jawaban pernyataan positif dari skor empat kebawah dan penilaian sebaliknya untuk pernyataan negatif. Adapun nilai positif diberikan skor sebagaimana berikut :

5


(18)

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5 b. Setuju (S) diberi skor 4

c. Ragu-ragu (RG) diberi skor 3 d. Tidak setuju (TS) diberi skor 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

Untuk menghubungkan antara dua variabel diatas, sebagai langkah untuk menentukan sebuah kesimpulan dan jawaban perumusan masalah dalam skripsi ini, peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

− − − = ] ) ( )][ ( [ ) )( ( 2 2

2 x N y y

x N x x xy N rxy Keterangan:

= Angka indeks korelasi ”r” product moment N = Number of cases

Χ = Jumlah skor X Υ = Jumlah skor Y

ΧΥ = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

Untuk menentukan kesimpulan dari angka indeks korelasi “r”, dilakukan interpretasi sederhana, jika nilai “r’ lebih dari -1 maka dinyatakan telah terjadi hubungan dan apabila nilai “r” kurang dari -1 maka dinyatakan tidak ada hubungan. Dengan demikian dirumuskan dalam hipotesa sebagai berikut :

ΧΥ


(19)

Ha : Artinya, terdapat hubungan antara bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Ho : Artinya tidak terdapat hubungan antara bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap besar kecilnya nilai “r” hubungan antara variabel x dan variabel y digunakan interpretasi secara sederhana atau kasar dengan acuan tabel dibawah ini :

Tabel 2

Interpretasi Besarnya Product Moment BESARNYA

“R” PRODUCT MOMENT

INTERPRETASI

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi sangat rendah. Maka dianggap tidak ada korelasi

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang 0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi kuat

atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sangat kuat atau sangat tinggi

1. Teknik Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skiripsi, Tesis dan Disertai yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan


(20)

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari, 2007.

J. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, maka penulis membagi pembahasan skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Terdiri dari: Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Tinjauan Teoritis Terdiri dari: Pengertian Bimbingan Agama,

Tujuan Bimbingan Agama, Metode Bimbingan Agama, Materi Bimbingan Agama Pengertian Pembinaan Akhlak, Fungsi Akhkal, Faktor Yang Memppengaruhi Pembentukan Akhlak, Macam-macam Akhlak, Pengertian Remaja

BAB III : Gambaran Umum Majlis Ta’lim Nurul Musthafa Terdiri dari: Sejarah Didirikan Majlis Ta’lim Nurul Musthafa, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Serta Profil Habib Hasan bin Ja’far Assegaf., Materi dan Metode yang Disampaikan.

BAB IV : Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, Terdiri Dari: Deskirpsi Data, Analis Data, analisis bimbingan agama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa, Analisis Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Talim Nurul Musthofa.


(21)

Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

D. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggiris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain, karena tujuan yang bermanfa’at bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang.6

Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah proses bantuan atau pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang ditujukan untuk membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat, kemauan) dan lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga tercapai perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian: menolong, membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan memberikan pengarahan.7

Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas, dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain sebagai berikut:

6

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat pres,2002), Cet. ke-1, hal, 3.

7


(23)

1) Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi bahwa: “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuian diri serta dalam memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri”.8

2) Stoops, seperti yang dikutip oleh Djumhur dan M Surya menyatakan bahwa: Bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarah manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakatnya.9

3) Sedangkan dalam Konsep Islam bimbingan adalah “Proses pemberian bantuan terhadap idividu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat".10

Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama dengan bahasa Religion (Inggiris), Ia Religion (Prancis), De Religie (Belanda), De Religion (Jerman), secara bahasa, perkataan “agama” berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun

8

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2000) Cet. ke-1, hal. 8.

9

Jumhur M Surya, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah ( Cevidenci dan Conseling), ( Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal. 25.

10

Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992) hal. 76.


(24)

menurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang balasan, atau kebiasaan.11

Pada hakikatnya agama adalah “Akhlak” (tingkahlaku). Setiap orang yang beragama harus memiliki akhlak, khususnya akhlak mahmudah (akhlakulkarimah), karena orang yang paling tinggi derajatnya dimata Allah dan dimata semua makhluk adalah mereka yang berakhlak mulia. Karena manusia diberikan karunia oleh Allah berupa akal pikiran dan perasaan (emosi). Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

Artinya: “Seorang mukmin menjadi mulia karena agama, (mempunyai) kepribadian karena akhlak, dan menjadi terhormat karena akhlak”.

Dengan dua karunia inilah manusia bisa menduduki tingkatan yang paling tinggi di antara makhluk-makhluk lain, jika manusia memadukan akal pikiran dengan perasaan dan menjadikannya mata penerang yang akan menunjukkan jalan yang diridhai Allah.

Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkahlaku tersebut kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan

11

Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van horve, 1997) Cet. ke-4, hal. 102.


(25)

telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap orientasi hidup sehari-hari.

Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya) bertugas menjadi mu’allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim (guru) dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau:12

!"ﻡ #$ % &'(ﺏ ! *ﻥ,

Artinya: “Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama Adalah proses bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadist Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah.

Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar, sekitar makhluk lainnya

12

H.M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pustaka Setia, 1998) Cet. ke-1, hal. 77.


(26)

sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT.

Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.

Dengan fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama’ sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara mendalam, dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang di ridhoi Allah SWT.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama a. Tujuan Bimbingan Agama

Tujuan bimbingan menurut Ainurahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus, sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

2) Tujuan Khusus

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah, maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah bagi diri sendirinya.


(27)

b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi.

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik.13

b. Fungsi Bimbingan Agama

Menurut Dewa ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai:

1) Fungsi Preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya, merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.

2) Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu.

3) Fungsi Perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu (terbimbing)

4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap, terarah dan berkelanjutan.14

13

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), hal. 36.

14


(28)

3. Metode Bimbingan Agama

Dalam pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.15 Metode barasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos’ berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari “metode" tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat admistrasi yang menunjang pelaksanaan kegiatan, bahkan pembimbing juga termasuk metode media.

Dengan penjelasan tentang “metode” di atas maka kita dapat memahami tentang metode bimbingan agama adalah segala jalan atau sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Maka metode yang dipakai dalam proses bimbingan agama itu adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah melakukan dialog dengan mereka untuk mendapatkan gejala-gejala kejiwaan mereka. Dengan melakukan dialog pembimbing akan masuk dalam kehidupan mereka, dan segera akan mengetahui sebab-sebab mereka melakukan perbuatan yang dianggap menyimpang oleh agama dan oleh masyarakat.

Wawancara baru akan bisa berjalan dengan baik bilamana pembimbing memiliki persyaratan yang lain:

b) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada klien

15

H M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT. Golden Terayon Press, 1998), Cet. ke-6, hal. 43


(29)

c) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai penyimpan rahasia d) Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang

memberikan perasaan damai dan tentram.

e) Pembimbing harus bisa memberikan pertanyaan yang bersifat tidak menyinggung perasaan .

f) Pembimbing harus menunjukan etika baiknya dan menjadi tauladan yang baik agar dapat dipahami dengan rasional.

b. Metode Group Guidance (Bimbingan Secara Berkelompok)

Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Dalam hal ini para pembimbing atau ulama mengajak mereka bersama-sama dalam kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, berkelompok dengan masyarakat lain.

Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu terbimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-temannya melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi masing-masing. Dan sekaligus juga menghendaki individu terbimbing melakukan pernyataan hidup, muhasabah, muroqobah (melakukan pendekatan diri) kepada Allah SWT. Melalui ritual spiritual yang diajarkan dan dijelaskan oleh pemimpin Majlis Ta’lim/ ulama.


(30)

4. Materi Bimbingan Agama

Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting seseorang di dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya ke Imanan dan juga kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi sebagai berikut:

a. Aqidah: ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah al-Qur’an. Hakekatnya iman sebagaimana yang di teangkan oleh seorang laki-laki dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan: apakah Iman, Islam, Ihsan itu? Nabi menjawab:

-!.

/ 01 2!34

5

6ﻥ ! 7ﺏ

8 9 : ; 8 #*ﺱ

7 / =*> / -:ﺱ ? @A: B

:ﺱ ? ?C 2!7$' D!7ﺏ @? ?C @EB F G

H % I ($J

*0 * = K B =*L @? !*ﻡ M ( % I N*

ﺙ 7

F1

7L =

7L7 ? ﺱ!M #*ﺱ

7

/ =*>

=ﻥ

P ?* 6ﻡ ! -!. I Q4M =

7*N

I ﺱ%

#*ﺱ

7 / =*> / -:ﺱ -! M

5

?RJ S

ﺱ%

IT *U #7

I/ -:ﺱ V?* 6ﻡ *S / *%

% S

&7

*W6

S!Xﻡ :U

IT! *Y

=

S

V 7 ﺱ 7 &(3Lﺱ

Z

-!.

5

!

! [(M &.?>

.$?U

Z

S! %

=ﻥ

\M

Z

/!ﺏ ﻡ

S -!.

? !ﺏ ﻡ

% :7

:ﺱ

L

L"] ﻡ

$ C ^ 7

^

_ ZZZ

# ﻡ ^

`

Artinya: dari Umar bin Khathab ra., ia berkata: ketika kami sedang duduk di dekat Rasulullah SAW. Tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas jalannya tidak terlihat dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalinya. Ia duduk menghadap beliau SAW., lalu


(31)

menanyakan kedua lututnya kelutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi. Seraya berkata: Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang islam? Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi syaratnya. Ia berkata: engkau benar? Kami keheranan karenanya, dia bertanya tetapi membenarkannya, lebih lanjut ia berkata: sekarang terangkanlah kepadaku tentang Iman? Rasulullah SAW menjawab: yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, dan hari akhirnya, serta engkau beriman kepada baik dan jeleknya takdir….(HR. Muslim).16

Dengan demikian antara iman dan islam adalah satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain. Abdul A’ala al Mauhudi mengatakan: hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon dengan akarnya, sebatang pohon tak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim.17 Masalah aqidah merupakan hal yang fundamental. Aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang muslim. Dengan kata lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah dengan membenarkan dan mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat, hukum-hukum Allah, kekuasaannya, hidayah dan taufik allah.

Kepercayaan kepada Allah, termasuk kepercayaan kepada malaikat, rasul-rasulnya, kitabnya, hari kemudian dan takdir unsur tersebut dalam islamologi disebut “ Arkanul Islam”.18 Dan Juga “ Rukun Islam”

16

Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandubg: PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. ke-10, hal. 34.

17

Moh Rifai, Aqidah akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), Cet. ke-2, hal.32.

18


(32)

yang mana di dalamnya mengungkapkan antar lain: mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dan juga haji. Dan bagi seorang muslim kedua rukun ini sudah menjadi kewajiban yang harus dijalankan dan diamalkan. Seorang muslim baru dapat dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan kewajibannya dan hendaknya disertai dengan keikhlasan serta kejujuran, akhlak yang baik tanpa itu semua segala amal perbuatan seorang akan menjadi sia-sia dan tidak akan memperoleh pahala.

b. Ibadah

Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya artinya tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.19

Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi menyimpulkan bahwa: ibadah yang di syariatkan oleh islam itu harus memenuh dua unsur:

1) mengikat diri (Iltizam) dengan syariat Allah yang diserukan oleh para rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan pengharaman sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah.

2) ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati kepada Allah, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.20

c. Akhlak

19

Ibn Manzur, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut: Dar Sadir, 1994), Cet. ke-2, hal.273

20

Yusuf Al-Qardawi, Al-Ibadah Fi-al-Islam, (Beirut: Muasasah Al-risalah, 1997), Cet. ke-6, hal.32-33


(33)

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syarak (hukum islam) disebut akhlak yang baik, sedangkan jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk. Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat. Akhlak menempati tempat yang sangat penting dalam islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu beririentasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yang disebut dengan Al-Akhlak Al-karimah

C. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Membina berarti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik, pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, pembinaan untuk manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial melalui pendidikan dikeluarga, sekolah, organisai, pergaulan, dan ideologi agama.21

21


(34)

Jika pembinaan kepribadian dan moral tidak disertakan dalam pendidikan anak-anak maka akan lahirkah sarjana yang tinggi pengetahuannya, tetapi tidak dapat memberikan manfaat yang betul-betul kepada masyarakat. Karena mereka hanya akan memikirkan diri sendiri, menggunakan ilmu dan kepandaiannya untuk mencari keuntungan dan kesenangan dirinnya pribadi, tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi kepada orang banyak.

Dalam membina akhlak yang baik tidak didasarkan pada ajaran-ajaran yang sifatnya perintah dan larangan semata, seperti seorang guru berkata “berbuatlah begini, jangan berbuat begitu”. Tetapi pendidikan akhlak dalam membentuk jiwa diatas aspek-aspak keutamaan yang membbawa hasil sangat memerlukan waktu yang cukup dan pengelolaannya yang terus menerus. Oleh karena itu seorang pendidik harus mampu memberi tauladan yang baik, karena orang jahat dan buruk laku tidak biasa memberi pengaruh yang baik pada jiwa orang disekitarnya.

Pengaruh yang baik hanya bisa diharapkan dari orang-orang yang memperhatikan pribadinya, hingga orang-orang disekitarnya bisa jatuh hati dan tertarik pada perilakunya dan kesopanannya. Dengan demikian mereka mengambil sifat-sifat baiknya dan mengikuti jejaknya, karena terpikat dan cinta sejati padanya.

Suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran,


(35)

pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syarak (hukum Islam), disebut akhlak yang baik. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khuluq atau Al-Khulq, yang secara etimologis berarti:1. tabiat, budi pekerti. 2. kebiasaan atau adat. 3. keperwiraan, kesatrian, kejantanan, 4. agama.

Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat didalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syaat: 1. pebuatan itu dilakukan berulang-ulang, kalau suatu perbuatan hanya dilakukan sekali saja maka tidak dapat disebut akhlak. 2. perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan dan diperhitungkan secara matang, tidak disebut akhlak.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW: “sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. ahmad baihaqi dan malik); “mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tarmizi). “orang yang paling ke islamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya” (HR.Ahmad). “takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak


(36)

membawa manusia yang lebih berat dari prtimbangan orang mukmin pada hari kiamat dari pada akhlaknya” (HR. Tarmizi).22

Secara istulah (terminologis) ada beberapa definisi tentang akhlak diantaranya:

a. Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” memberi batasan sebagai berikut:

?U !R

@abﺱ KN* =M 9ab7c

@T !

d 4 !M

ﺏ -!(M%

R

:

9a

e

7

B!

9a

M =

"

9a

Artinya: akhlak adalah sifat yang tertanam dam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

b. Dalam al-mu’jam al-wasith disebutkan definisi akhlak sebagai berikut: “ akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan nya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.23

c. Menurut Dr. M. Abdullah Dirooz yang dikutip oleh Drs. H.A. Mustofa bahwa: ” akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).”24

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak merupakan kondisi atau sifat yang tertanam dalam jiwa

22

Ibid., h. 102

23

Anis Ibrahim, ( Mesir: Daarul Ma’arif, 1972) cet, Ke-2, h. 202

24


(37)

seseorang dan menjadi kpribadian, sehingga menimbulkan berbagai perbuatan-perbuatan yang spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. apabila dari kondisi tersebut menimbulkan kelakuan dan terpuji, maka menurut syariat dan akal pikiran hal itu dinamakan akhlak terpuji, sekalinya yang lahir kelakuan buruk maka hal itu dinamakan akhlak tercela.

Dari keseluruhan dfinisi diatas, tampak tidak ada yang bertentangan melainkan mempunya kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya. Definisi akhlak tersebut tampak saling melengkapi. Dapat diberikan kesimpulan bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tampa tak ada paksaan dan tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah pebuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

Untuk mencapai tujuan pembinaan akhlak yang memiliki sifat atau ciri pembinaan sebagai berikut:

a. Pembinaan akhlak harus diselaraskan dengan pertumbuhan.

b. Pembinaan akhlak harus diselaraskan dengan perkembangan emosi fisik mereka

c. Pembinaan akhlak tidak terlepas dai pembinaan agama d. Pembinaan akhlak tidak terlepas dari pembinaan lingkungan.25

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pembinaan akhlak adalah agar terjaga nilai-nilai agama (norma) yang

25

Nur A. Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), cet, Ke-1, h, 178


(38)

terpuji dan terealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dalam hubungannya dengan Allah SWT, hubungan dengan sesama manusia, dan sesama makhluk yang lainnya. Juga agar terwujudnya manusia yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT, juga untuk menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan yag sesuai deng ajaran islam yang taat beribadah menjadi manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia.

2. Fungsi Akhlak

Dilihat dari fungsi, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dlakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kessemuanya istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram sehingga sejahtera bathiniah dan lahiriyah.

Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk mnentukan baik dan buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling behubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan dengan jelas bahwa etika, moral, dan susila berasal dari produk rasio dan


(39)

budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan hadist. Dengan kata lain jika etika, moral, dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak dari Tuhan. Dengan demikian akhlak sifatnya juga mutlak, absolute, dan tidak dapat diubah. 26

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pembetukan Akhlak

Manusia dilahirkan dalam keadaan membina fitrah, yaitu sebagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim. Manusia dibimbing untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga gerak tingkah lakunya dan tindakan sejalan dengan fitrahnya tersebut. Pada dasarnya perbuatan atau tingkah laku seorang anak adalah baik, tetap untuk kelanjutannya tergantung orang tuanya dalam memelihara dan memberikan pendidikan kepada anak tersebut.

Rahmat Djatnika dam bukunya sistematika Islam mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku yaitu faktor yang berasal dari dalam dirinya; (1) instink dan akalnya, (2) adat, (3) kepercayaan, (4) keinginan-keinginan, (5) hawa nafsu, (6) hati nurani sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: (1) keturunan, (2) lingkungan, (3) keluarga/rumah tangga, (4) sekolah,(5) pergaulan, (6) penguasa atau pemimpin.27

26

H. Abuddin Nata, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003) cet, Ke-5, h, 97-98

27


(40)

Faktor-faktor diatas menggabung menjadi satu turut membentuk dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseoranng, mana yang lebih kuat, lebih banyak memberi corak pada mentalnya.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh JJ. Rosseu yang dikutip oleh Mujahiddin dalam bukunya bahwa “ faktor dari dalam diri manusia termasuk pembinaan yang selalu membentuk akhlak bagi manusia, sedangkan faktor dari luar termasuk lingkungan alam dan lingkungan sosialnya adakalanya berpengaruh berpengarruh baik atau buruk. Ketika manusia lahir dilingkungan yang baik maka pengaruhnya terhadap pembentukan akhlaknya juga baik dan ketika ia lahir dilingkungan yang kurang baik maka pengaruhnya juga menjadi tidak baik”.28

Perilaku remaja seringkali diwarnai oleh faktor-faktor sekolah dan pergaulannya, dimana perubahan-perubahan fisik dan non fisik terjadi dan mampu merubah semua tampilan yang seharusnya baik menjadi aneh dan keluar dari kontrol norma-norma agama yang baik. Oleh karena itu diperlukannya upaya bimbingan, pegarahan, dan perhatian yang cukup dari berbagai pihak, agar mereka mampu menghadapi tantangan yang akan datang.

4. Macam-Macam Akhlak

Pada pokoknya akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu: akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.

a. Akhlak Mahmudah

28

Mujahiddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet, Ke- 1, h, 22


(41)

Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah akhlak yang baik atau budi pekerti yang baik. Menurut Hamza Ya’qub akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan “fadhillah” (kelebihan) atau keutamaan (munjiyat), yang artinya kemenangan atau kejayaan.29

Al-ghazali berpendapat bahwa, akhlak mahmudah yaitu suatu badan atau organisme yang melekat pada diri seseorang manusia yang dapat menimbulkan perubahan baik.30

Akhlak mahmudah (akhlak mulia) adalah macam sikap dan tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak mahmudah amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak mahmudah dibagi pada 4 (empat) bagian:

1) Akhlak terhadap Allah SWT, yaitu akhlak yang diartikan sebagai sikap perubahan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada tuhan sebagai khalik.

2) Akhlak terhadap dirisendiri, yakni akhlak yang dapat diartikan sebagai wujud menghormati, menghargai, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya.

3) Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Maka perlunya

29

Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV Diponegoro, 1985), Cet, Ke-2, Hal, 95

30


(42)

kerja sama, saling menolong, dan saling menghargai satu sama lainnya.

4) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu akhlak terhadap lingkungan berdasarkan pada Al-Qur’an, sesuai dengan tugas manusia dimuka bumi sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya.31

Akhlak atau sifat-sifat mahmudah diantaranya; al-amanah (setia jujur, dapat dipercaya), As-shidqu (benar, jujur), Al-adl (adil), Al-afwa (pemaaf), Al-alifah (disenangi), Al-wafa’ (menempati janji), dan sebagainya.

b. Akhlak madzmumah

Sedangkan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela. Akhlak madzmumah ini harus kita ketahui dan kita jauhi, jika ingin memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Diantara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut:

1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada 3 (tiga) macam; bohong dengan perbuatan, bohong dengan lisan, dan bohong dengan hati.

31


(43)

2) Takabbur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi mulia, dan melebihi orang lain.

3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.

4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-sifat madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari.

D. Pengertian Remaja

Ada banyak definisi yang dapat ambil untuk memperoleh pengertian tentang remaja diantaranya:

1. Save M. Dagon, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap pertumbuhan anak menuju dewasa, yang terjadi mulai saat puber sampai usia 17-18 tahun.32

2. WHO (organisasi Kesehatan Dunia) sebagaimana yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu masa dimana:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya

32


(44)

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantugan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.33

3. M. Alisut Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu periode peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat di mana individu mencari identitas usia yang menakutkan masa tidak realistis dan masa ambang dewasa.34

Dari beberapa definisi di atas dapat digaris besarkan bahwa remaja adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa yang di dalamnya mengalami semua pekembangan sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi pertumbuhan dan kejiwaan maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejala-gejala kejiwaan dan perilaku sehari-hari yang kadang terlihat normal dan kadang-kadang bernilai menyimpang.

Selanjutnya sering juga sebagai patokan pengertian remaja dikaitkan dengan kata “puber” sebutan puber berasal dari “pubertas” dari bahasa latin. ”pubertas berarti laki-lakian yang menunjukkan kedewasaan yang dilandasi oleh kematangan fisik yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun, pada masa

33

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), Cet. ke-3, hal. 6

34

M Alisut Sabri, Pengantar PsikologiUmum dan Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-2, hal. 160


(45)

ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniyah berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau 12 tahun pada wanita dan laki-laki lebih tua sedikit.35

Dari uraian semua definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan yaitu masa remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari anak-anak ke masa dewasa yang mengalami semua perkembangan persiapan memasuki masa dewasa. Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi kebutuhan, kejiwaan maupun bersifat pergaulan, sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolak-gejolak kejiwaan yang terefleksikan dalam tingkah laku sehari-hari yang seringkali terlihat aneh dan sulit dipahami oleh orang dewasa pada umumnya.

Para ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang anak dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Disini akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai batasan usia remaja dari sudut pandang yang berbeda-beda:

1. Dari sudut pandang psikologi, maka “Batas usia remaja lebih banyak tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup. Yang

35


(46)

dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun”.36

2. Dari sudut pandang hukum dan perundang-undang, usia remaja adalah “Di atas 12 tahun dan daibawah18 tahun serta belum menikah”. Artinya apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam usia tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang dewasa.37 3. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembangan dalam usia

remaja, maka “Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun dan 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun; masa remaja awal, usia 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun ; masa remaja akhir”.38

Dari beberapa pendapat mengenai kapan seorang mulai memasuki usia remaja terdapat kesamaan bahwa seseorang dikatakan sudah memasuki usia remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun, walaupun ada yang berpendapat bahwa mulainya masa remaja pada umur 11 dan 13 tahun, hal ini dikarenakan mulainya masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan ada beberapa orang yang mengalami perubahan lambat terhadap fisiknya ada pula yang mengalami perubahan cepat.

36

Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet. ke-2, h.10

37

Ibid., h. 36

38

F.J Monks Et. Al, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet. ke-9, hal.203


(47)

Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa batasan usia remaja adalah usia 12/13 tahun dan 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal: 12/13 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir: 17/18 sampai 21 tahun.


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJILIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA

H. Sejarah Berdirinya

Pada tahun 1998 majlis ta’lim pertama kali di pimpin oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf majlis Al-Irfan. Jumlah jamaahnya pun hanya 10 orang. Lima dari bogor dan lima dari Jakarta. Kelima jamaah dari Jakarta yaitu: Zainal, Syukri, Usman Aray, M. Yamin dan Ma’mun mereka mengusulkan agar Habib Hasan bin Ja’far As segaf mengajar di Jakarta, ”kalau tetap di bogor dakwah Habib tidak akan berkembang".

Kemudian Habib Hasan melakukan shalat istikharah setelah sebelumnya melakukan ziarah ke makam kakeknya, Habib Abdullah bin Muhsin alattas. “setelah itu Habib Hasan bermimpi di suruh ziarah ke makam Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad, yang terkenal dengan sebutan Habib Kuncung, di Rawajati Kalibata, Jakarta Selatan.

Maka Habib Hasan memulai dakwah dari Jakarta dengan cara berkeliling dari rumah muridnya tersebut, yaitu Ciganjur, Cilindak, Pasar Minggu, Kampung Kandang, dan Pondok Indah.

Pada tahun 1999 jama’ah Majlis Ta’lim Al-Irfan semakin banyak, atas saran H. Jamalih bin H. Piun ssepuh setempat ia memindahkan tempat Ta’lim ke Masjid Al-Akhyar di Kampung Kandang. Ketika saran itu di laksanakan yang hadir ada sekitar lima ratus orang. Selanjutnya jalan terbuka lebar sendiri, masjid-masjid sekitar Cilandak membuka pintunya untuk acara Majlis Ta’lim Al-Irfan. Karena kewibawaan serta kharisma Habib Hasan, jumlah


(49)

jama’ah pun bertambah banyak. Yang tadinya hanya sepuluh orang menjadi seratus orang.

Pada tahun 2000, jama’ahnya bertambah kurang lebih delapan ratus orang, atas saran Habib Umar bin Hafidz dari Tarim, dan setelah dimintakan pertimbangan kepada Al-‘Alamah Habib Anis bin Al Habsyi, nama majlis ta’lim al-Irfan diganti manjadi majlis ta’lim nurul musthofa. Majlis ta'lim nurul musthofa adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, Nurul Musthofa diambil dari nama Rasulullah SAW yang artinya “ Cahaya Pilihan”.

Pada tahun 2002, syiar Majlis Ta’lim Nurul Musthofa kian meluas mulai dari Warung Buncit, Mampang Prapatan, sampai ke Kalibata. Jumlah jama’ahnya pun bertambah menjadi sekitar dua ribu orang. Maka, Habib Hasan pun membentuk tim Manajemen Nurul musthofa Tim manajemen inilah yang melakukan gebrakan dan terobosan yaitu mengumpulkan jama’ahnya dari di suatu tempat, kemudian menuju area pengajian secara berkonvoi. Hal ini selain untuk menyemarakkan acara juga sebagai syiar Islam.

Tahun 2003, Majlis Nurul Mustahofa mulai berpindah-pindah tempat yang asalnya dari rumah menuju ke masjid-masjid, sehingga hampir kurang lebih lima puluh masjid mendakwahkan ilmu-ilmu agama dengan pembacaan Ratib Al- Alattas, Maulid Shimtud Durar, Shalawat Nabi, dan pembacaan kitab Nasahadiniyah yang di karang oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.39

39

"Majlis Ta'lim Nurul Musthafa", Majalah Al-Kisah, No. 04/Tahun VI/II, (Februari, 2008), hal, 123-125


(50)

Tahun 2004, majlis Nurul Musthofa dari yang ratusan menjadi ribuan orang yang, yang ditambah dengan Mo’idzoh Hasanah oleh guru-guru diantaranya, KH. Abdul Hayyie Naim, Ust, Adnan Idris, Ust. Imam Wahyudi, dan masih banyak lagi yang lain untuk mandakwahkan ilmunya dan menuangkan ilmunya di Majlis Nurul Musthofa.40

Tahun 2005, jumlah jama’ah menjadi sepuluh ribu sampai lima belas ribu orang. Habib Hasan pindah ke Kampung Manggis di depan Darul Aitam (baru) di jalan Kahfi 1. di situ membangun rumah dan Mushallah di atas tanah hibah dari H. Abdul Gofar, Hj. Nur Utami dan H. Masturoh. Pada tahun ini juga Habib Hasan mengokohkan Yayasn Nuul Musthofa yang diketuai oleh saudaranya, Habib Abdullah bin Ja’far As Segaf dan Habib Musthofa bin Ja’far As Ssegaf. Yayasan ini pun mendapatkan izin resmi dari Departemen Agama RI.

Tahun 2006, Majelis Ta’lim Nurul Musthofa berkembang semakin pesat. Masyarakat, tua-muda, semakin antusias. Undangan datang tak hanya dari masjid, tapi juga dari bebagai kalangan masyarakat. Dan dari lima puluh masjid menjadi dua ratus lima puluh masjid di Jakarta. Pada tahun ini pula, berdiri rumah kediaman Habib Hasan yang juga menjadi sekretaiat Yayasan Nurul Musthofa.

Tahun 2007, Yayasan Nurul Musthofa mendirikan gedung khusus kegiatan Ta’lim diatas tanah hibah, yang terletak persis di belakang kediaman habib Hasan.

40

Wawancara Pribadi,Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Jakarta, 20 September 2008.


(51)

Kesibukan dakwah Habib Hasan memang padat. Ia menghabiskan usianya yang masih muda dengan berjuang menegakkan kalimat Allah dan ia mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk berdakwah, mensyiarkan ajaran Rasulullah SAW. Ia ibarat lentera yang menyinari kegelapan dan beliau memberikan penerangan agama Islam kepada siapa saja yang menginginkannya dan membutuhkannya.

Adapun tujuan dakwah habib Hasan Assegaf adalah menjujung tinggi al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Mengajak para pemuda dan pemudi, orang-orang tua maupun anak kecil berdzikir dan bershalawat. Mengikuti kakek moyang beliau sampai kejunjung Nabi Besar Muhammad SAW. Dan mengajak para muslimin dan muslimat membaca al-Qur’an, membaca Ratib Al-Atas dan Ratib Al-Haddad, mengenalkan salaf sholihin dengan berziarah kepada para wali Allah ke tempat orang-orang Shaleh, dan membesarkan nama Rasulullah dengan pembacaan maulid Nabi.41

I. Visi, Misi dan Tujuan

Adapun visi, misi dan tujuan didirikannya Majlis Ta'lim Nurul Musthofa adalah:

Visi :

Semata-mata untuk mengajak kepada Ummat manusia lebih khususnya generasi muda untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya dan juga untuk mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran-ajaran agama Islam yang sebenarnya.

41

Wawancara Pribadi, Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul, Musthofa Jakarta, 20 September 2008.


(52)

Misi :

Mengkhususkan kepada generasi muda agar memfigurkan dan mengidolakan satu sosok manusia pilihan yaitu Nabi Muhammad SAW agar menjadi generasi muda yang mempunyai akhlak yang mulia.

Tujuannya :

Menggalang atau menjalin silaturahim diantara sesama ummat manusia lebih khusus umat Islam

Yaitu dengan satu visi, misi dan tujuan yang tidak menyimpang dengan tujuan adanya ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang dibawa oleh para Anbiya Walmursalin.

Visi dan misi diatas merupakan wujud nyata dari UUD 45 yang tercantum dalam bab XII pasal 31 yang berbunyi; tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.42

J. Sarana dan Prasarana

Sarana Prasarana Majlis Ta'lim Nurul Musthofa 2. Sekretariat Majlis Ta'lim Nurul Musthofa

3. Aula majlis ta'lim nurul musthafa 4. Outlet busana muslim

5. Komputer (3 buah) 6. Proyektor (6 buah) 7. Soudsystem

42


(53)

8. Hadroh (13 buah) 9. Layar (6 buah) 10.Panggung 43

K. Struktur Organisasi

Organisasi keberadaannya sangat diperlukan dalam suatu kelompok manusia yang hidup bersama dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apalagi dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun informal sebagai wadah dari usaha kerja sama sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Sedangkan Burhanuddin mendefinisikan organisasi adalah suatu system yang mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu sama lain dengan satu cara yang terkoordinasi dengan baik dan komeratif guna mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan.44

Dari definisi di atas menurut hemat penulis bahwa organisasi adalah kumpulan dari beberapa orang yang bekerja sama untuk mewijidkan visi dan misi yang ditetapkan.

Adapun struktur organisasi Majlis Ta'lim Nurul Musthofa adalah sebagai berikut:

43 Wawancara Pribadi, Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul, Musthofa Jakarta, 20 September 2008

44

Burhanudin, Organisasi, Tugas, dan Fungsi Aparat Pendidikan, (Surabaya : IKIP Malang, 1989), Cet. ke-2, hal.22.


(54)

Pelindung : Bapak Dr. Ing. H. Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta) Bapak KH. Hasyim Muzadi (Ketua PBNU)

Bapak Adrianto Supoyo

Pembina : Sayyed Hasan bin Ja’far Assegaf Penasehat : Abu Bakar, SH, MM

Habib Musthafa bin Ja’far Assegaf Bastriandi, SH

Drs. Djohari

Pengawas : Makmun Supriyadi, Skom Ketua Umum : Habib Abdillah Assegaf Sekretaris Umum : Zaenal Arifin

Bendahara Umum : Usman Array, SE Bidang Dana : Dayat, Fauzan Bidang Humas : Mulyadi, Kusyori Bidang Keagamaan: Rohimin, M.Sholeh Bidang Sosial : Kevin, Budiansyah

Anggota : Musthafa, Abdurrahman, Abdurrahim, Sugiyanto, Solihin, H. Masturo, H. Ahmad, H. Abdullah, Ahmad, Abdul Qodir, Lutfi, Muhammad Zein, Hendra, Ncas, Bombom, Muammad Riva’i, Kahaerulloh, Jasa Muhammad Robbi, ramdani, Rizal Muhammad, Zaini, Helmi, Dan seluruh komunitas peduli Majlis Ta’lim Nurul Musthafa Jabodetabek.


(55)

L. Profil Habib Hasan bin Ja’far Assegaf 1. Silsilah Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf

Al Habib Hasan Bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syaikh bin Abdullah bin Segaf bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin ahmad bin Abdurahman Seggaf bin Ahmad Syarif bin Abdurahman bin Alwi bin Ahmad bin Alwi bin syekhul Kabir Abdurahman Asseggaf bin Muhammad maula Dawileh bin Ali bin Alwi Ghuyur bin Al Faqihil Muqqodam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali Kholi Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husain Assibit bin Imam Ali Karamallah Wajha bin Fatimah Al Batul Binti Nabi Muhammad SAW.45

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf lahir di Bogor, 26 Februari 1977. Habib Hasan adalah cucu dari seorang ulama yang besar pada zamannya yaitu Al Imam Al Qutub Al Habib Abdullah bin Muhsin Alatas sebagai pemimpin para wali dizamannya. Silsilah beliau manyambung dari ibundanya, yaitu Fatimah binti Hasan bin Muhsin bin Abdullah Alatas. Karena keberkahan dari sang kakek habib hasan bin ja'far assegaf menjadi habib muda yang selalu berjuang menegakan kalimat Allah. Habib Hasan Assegaf pada tahun 2004 melamar seorang gadis dari Jakarta Syarifah Muznah binti Ahmad Al Haddad, keponakan Habib Abdul Qadir bin

45


(56)

Ahmad Al Haddad. Pernikahan ini berlangsung kini sudah di karunia tiga anak: Rogayah (5), Attos Abdullah (4), dan Ali (3).46

2. Pendidikan

Habib Hasan Assegaf belajar dengan para habaib dan ulama, diantaranya:

1. Al Imam Al Hafidz Al Musnid Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih dan putera-putera beliau: Habib Abdul Qadir bilfaqih, Habib Muhammad Bilfaqih, Habib Abdurrahman Bilfaqih (Pondok Pesantren Darul Hadist Al Faqihiyah, Malang Jawa timur)

2. Syekh Abdullah Abdun (malang, Jawa timur) 3. Syekh Umar Bafadol (Surabaya, Jawa Timur)

4. Al Imam Al Arif Billah Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin abdul Qadir Assegaf dan putera-putera beliau diantaranya Al Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf (yayasan Ats-Tsaqofah Al Islamiyah Tebet, Jakarta Selatan)

5. Al Habib Muhammad Anis bin alwi Alhabsyi (selaku yang mengijazahkan maulid Simtudduror)

6. Al Habib Abdullah bin Husain Syami Alatas 7. Al Habib Abu Bakar bin Hasan alatas, (Martapura) 8. KH. Dimyati (Banten)

9. KH. Mama Satibi (Cianjur)

46

Wawancara Pribadi dengan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Jakarta, 18 September 2008


(57)

10.KH .Buya Yahya (Bandung) 11.Muallim Sholeh (Bogor)

3. Karangan Habib Hasan bin Ja'far Assegaf

Habib Hasan banyak mengarang atau menulis kitab-kitab shalawat untuk mengenal generasi pemuda agar mengenal dan lebih cinta kepada nabi Muhammad. Dan beliau menukil dari kitab-kitab shalawat daripada orang-orang shaleh dan membuat satu buku yang buku tersebut adalah berisi kepada shalawat kepada nabi Muhammad yang berjudul "Miftahul Rubbaniyah" dan "40 shalawat pilihan".47

M.Kegiatan dan Pelaksanaan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam hal ini melaksakan dan kegiatan pengajian rutin, pengajian mingguan dan ziarah.

1. Pelaksaan dan Kegiatan Pengajian Rutin

Pelaksanaan dan kegiatan pengajian rutin dilaksakan di kediaman Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Setiap malam ba’da magrib sampai isya. Pengajian rutin ini dihadiri para jama’ah sekitar 200 samapai 300 jama’ah. Kegiatan pengajian rutin diantaranya:

47


(58)

N0 HARI KITAB 1

2 3 4 5 6

Malam Senin Malam Selasa Malam Rabu Malam Kamis Malam Jum’at Malam Sabtu

Syarah Ainiyah Safinatun Najah Riyadhus Shalihin

Shalawat nama-nama Nabi Kitab Arbain

Aqidatul Awwam

Pengajian rutin ini diajarkan langsung oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

2. Pelaksanaan dan kegiatan pengajian mingguan.

Pelaksanaan dan kegiatan pengajian mingguan ini di laksanakan berpindah-pindah di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Depok, Tanggarang dan sekitarnya.

Pengajian malam mingguan ini berbeda dengan pengajian rutin karena pengajian mingguan ini yang digelar berpindah-pindah tempat yang dihadiri ribuan jama'ah yang mayoritas para remaja dan pemuda dari pelosok kota Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya. Bagi mereka, pengajian malam mingguan bersama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa pimpinan Habib Hasan bin Ja'far assegaf itu lebih bermanfaat dan berkah ketimbang jalan-jalan.

Kegiatan pengajian malam mingguan Majlis Ta'lim Nurul Musthafa antara lain:

1) Kegiatan Awal

Pembukaan disampaikan oleh Habib Abdullah Assegaf yaitu mengucapkan terima kasih kepada sohibul hajat dan kepada sohibul


(59)

wilayah atas terlaksananya Majlis Nurul Musthafa. Setelah itu pembacaan ratib al-Athas, Asmaul Husna, dan maulid nabi yang di bacakan oleh Habib Hasan bin Ja'far Assegaf secara bergantian. Dan pembacaan kitab nashahi diniyah karangan Habib Abdullah Al haddad yang dibaca oleh Habib Abdullah Assegaf.

2) Kegiatan Inti

Ceramah agama yang di sampaikan oleh Habib Hasan Assegaf, dan para habaib dan ustad-ustad di antaranya Habib Musthafa Assagaf, KH. Adnan Idris, KH. Hayyi Naim dan lain-lainya.

3. Kegiatan Akhir

Pembacaan do'a dengan kalimat tauhid yang di pimpin oleh Habib Hasan Assegaf. Pada saat Habib Hasan bin Ja'far Assegaf menyebut nama Nabi Muhammad SAW selalu diiringi dengan mengucurkan air mata. Hal ini merupakan bukti kecintaan yang dalam dan tulus Habib Hasan Assegaf kepada Rasulullah SAW. Begitu pula pada acara Majlis Ta'lim atau pengajian mingguan Habib Hasan Assegaf selalu mengajak para jama'ah bertawasul dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan mengucurkan air mata. Tentu saja hal ini bukan dimaksud dengan di buat-buat. bahwa perbuatan tersebut menyerupai perbuatan agama lain atau acara-acara aliran sesat. Padahal bukti ketulusan cinta yang mendalam apabila menyebut dan mengingat yang dicintai, sadar atau tidak sadar jiwa akan bergetar. Dari getaran jiwa tersebut, karena kesucian dan keseriusan cinta maka akan bercucurlah air mata.


(60)

G. Metode Yang Di Sampaikan

Metode dakwah yang dilakukan oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf adalah metode Idividual yaitu Habib Hasan mengumpulkan anak muda dan menasehatinya agar didalam hatinya timbul rasa untuk mencintai Allah SWT dan Rasulnya Nabi kita Muhammad SAW, karena mnurutnya dengan cinta manusia mengikuti orang yang dia sayangi dan dicintai. Habib Hasan memulai dakwahnya debgan membaca Al-Qur’an dilanjutkan dengan pembacaan Ratibul Haddad dan Ratibul Al-Athas kemudian dilanjutkan lagi dengan membacakan maulid dan yang terakhir baru beliau ceramah agama.

Materi yang disapmpaikan oleh Habib Hasan adalah lebih menekankan pada pengenalan para jama’ahnya kepada figur Nabi Muhammad SAW. Agar anak muda lebih mengenal kepada figur-figur orang yang dekat dengan Allah, karena menurutnya “Tidak akan mengenal suatu agama kecuali mereka harus mengenal orang-orang yang membawa islam” yaitu pembacaan Maulid Simtud durrar dan ratib al-Athos dan Ratib al-Haddad.

Kesuksesan dan kemajuan yang cepat dalam mensyiarkan agama islam di karenakan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dan para sahabatnya hanya menyampaikan tentang kecintaan kepada Allah dan Rasulullah saw dan tidak pernah berkeinginan berhubungan dengan politik dunia beliau hanya memilih pelajaran tentang Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmatan lil’alamin sehingga membuat pelajaran mudah dimengerti dan diterima.

Dengan kelembutan dan kasih sayang serta mengamalkan kelembutan Illahi serta keindahan ajaran agama Nabi Muhammad SAW kepada seluruh


(1)

“R” PRODUCT MOMENT

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi sangat rendah. Maka dianggap tidak ada korelasi

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang 0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi kuat

atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sangat kuat atau sangat tinggi

Dari tabel diatas angka product moment yang menunjukan sebesar 0, 0608 ada pada kelas kedua yang memiliki arti bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sangat atau sangat . Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan tidak ada korelasi Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa.


(2)

BAB V

PENUTUP

C. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari, mengamati dan menganalisis berbagai kegiatan bimbingan agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, akhirnya penulis sampai pada tahap dari seluruh pembahasan dalam bab-bab tersebut. Maka penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

Bentuk kegiatan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam meningkatkan pemahaman keagamaan. Pengajian Majlis Ta’lim Nurul Musthofa ini dilaksakan pada setiap hari minggu-sabtu jam 18.00-21 dan hari sabtu jam 21-00. adapun bentuk kegiatannya yaitu pembacaan ratib al-Athas, mauled simtuddurrar dan ceramah.

Metode yang digunakan bimbingan agama di Majlis Ta’li Nurul Musthofa oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf adalah ceramah, pembahasan simtuddurar dan Tanya jawab dan terkadang menggunakan komunikasi antar pribadi, biasanya metode yang terakhir Habib Hasan gunakan apabila jama’ah sedang tidak terlalu banyak.

Selanjutnya karena tidak ada korelasi antara kegiatan bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf terhadap pembinaan akhlak remaja, maka bisa pula tidak ada pengaruh bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far


(3)

Assegaf terhadap pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa.

D. Saran-saran

Untuk memajukan serta meningkatkan keberadan Majlis Ta’lim nurul Musthofa, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah mudahkanlah segala perizinan apabila Habib Hasan bin Ja’far Assegaf ingin melaksanakan dakwahnya agar para remaja dan pemuda tidak bertambah dari kesesatan ajaran Allah dan Rasulullah. 2. Kepada para remaja teruslah berjuang dalam mencari ridha Allah dan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen, Bimbingan dan Konseling,. Jakarta: Ciputat pres,2002, Cet. Ke-1 Arifin, H.M Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta :

PT. Golden Terayon Press, 1998, Cet, Ke-6

Al-Qardawi, Yusuf, Al-Ibadah Fi-al-Islam, Beirut: Muasasah Al-risalah, 1997, Cet. K-6

Alisut, Sabri M, Pengantar PsikologiUmum dan Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet, Ke-2

Bahreisj, Salim, Riydhus Shalihin, Bandubg: PT. Al-Ma’arif, 1987, Cet, Ke-10 Burhanudin,Yusuf,. Kesehatan Mental, Bandung : Pustaka Setia, 1999, Cet, Ke-1 Daradjat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta : Ruhama, 1995, Cet.

Ke-2

_____________, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet, Ke-2 Daud, Ma’mur, Terjemahan Shahih Mulim Jilid IV, Malaysia: Klang Book

Centre, Cet. Ke-2

David, Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995, Cet. Ke-5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1998

F.J, Monks, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet, Ke-9

Hoevan Van, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 1994, Cet. Ke-1

Ilyas, Yunahar,. Kuliah Akhlak, Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1991, Cet. Ke-1

Ketut, Sukardi Dewa,. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,2000, Cet. Ke-1

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: PT. al-Hasan Zikra, 1994, Cet. Ke. 3


(5)

Musnawar Thohari, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press, 1992, Cet, Ke-1

M, Dugun Save ,. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta:LPKN.1997

M, Surya Jumhur,. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, Cevidenci dan Conseling, Bandung: CV. Ilmu, 1975, Cet. Ke-4

Mahali, Mudjab,. Adab dan Pendidikan dalam syari'at Islam, Yogyakarta; BPFE, 1984, Cet. Ke-1

Manzu, Ibn, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, Birut: Dar Sadir, 1994, Cet. Ke-2

Nasution, Harun, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya,. Jakarta : UI Press, 1985, Cet. Ke-5

R, Tantawy, Kamus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Pamator, 1997

Rahim, Ainur Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII Press, 2001, Cet .Ke-2

Rahmat ,Jalaludin, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998, Cet. Ke-1

______________, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mutiara, 1998, Cet. Ke-4

Rifai, Moh, Aqidah akhlak, Semarang: CV. Wicaksana, 1994, Cet. Ke-2

Salim, Abdullah,. Akhlak Islam Membina Rumah Tangga, Jakarta; media Da'wah, 1994, Cet. Ke-4

Sutarmadi, Ahmad dan Tirmizi, H,. Peranan Dalam Pengembangan Hadist dan Fiqih, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1998, Cet. Ke-2

Shihab, Quraish, M. Membumikan al-Qur'an, Mizan Anggota Ikapi, 1995, Cet. Ke-IX

Utsman, Muhammad Najati. Psikologi Dalam Tinjauan Hadist Nabi, Kairo; Daarusy Syuruuq, 2000, Cet. Ke- 4

Umar, H.M, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan , Bandung: PT. Pustaka Setia, 1998, Cet, Ke-1

Wirawan,.Sarwono Sarlito Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), Cet, Ke-3


(6)