Unsur-unsur Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan
pemimpin membawa dirinya sebagai pemimpin, cara ia ”berlagak” dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya
19
. Menurut Agus Dharma seperti yang dikutip oleh Hadari
Nawawi dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, bahwa bentuk atau gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang
ditunjukkan seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain
20
. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan
berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah, akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya
masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Menurut Veithzal Rivai dalam
bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu:
a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanan tugas
b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama
c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.
T. Hani Handoko dalam buku Manajemen, membagi gaya kepemimpinan menjadi dua, yaitu gaya dengan orientasi tugas dan
19
J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992, h. 7
20
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta: UGM Press, 2003, cet, 1, h. 115
gaya dengan orientasi karyawan. Manager berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup, untuk
menjamin bahwa tugas dilaksaakan sesuai yang diinginkannya. Manager dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manager berorientasi karyawan mencoba untuk lebih
memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan, serta
hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
Di bawah ini ada 4 gaya kepemimpinan, yaitu: Gaya kepemimpinan otoriter otokratik, Gaya kepemimpinan demokratif,
Gaya kepemimpinan paternalistik, Gaya kepemimpinan laissez faire
21
, 1 Gaya Kepemimpinan Otoriterotokratik
Gaya kepemimpinan ini sangat memaksakan, sangat mendesakan kekuasaannya kepada bawahan. Bawahan dikendali
dan diperintah seperti tidak mempunyai martabat manusia. Bawahan diperlakukan seolah-olah tidak boleh mempunyai
pikiran dan kehendak sendiri. Gaya yang otoriter menyebabkan seorang
pemimpin mengatur
semuanya dari
atas.
21
J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992, h. 7-8
Mendiktesemuanya supaya dikerjakan sesuaai kehendaknya. Ia menjadi seorang doktaktor.
Sedangkan menurut tim ADNE 4334ADPU 4334, seorang pemimpin
yang tergolong otokratik memiliki serangkaiaan karakteristik yang biasanya dipandang sebagai
karakteristik negatif. Seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang egois. Egoismenya akan memutarbalikan fakta
yang sebenarnya sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterprestasikannya sebagai kenyataan. Dengan egoismenya,
pemimpin otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional. Egonya yang besar
menumbuhkan dan mengembagkan persepsinya bahwa tujuan orgaisasi identik dengan tujuan pribadinya . dengan persepsi
yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik cendrung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran
segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Dengan persepsi, nilai, sikap, den prilaku demikian, seorang pemimpin
yang otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan : menuntut ketaatan penuh bawahannya,
menegakan disiplin yang kaku, dan memberikan perintah dengan keras
22
.
22
Tim ADNE 4334ADPU 4334, Tipe Kepemimpinan, www.google.com
2 Gaya Kepemimpinan Demokratik Menurut Sri Sudjati Kadarisman kepemimpinan yang
demokratis ialah jika partisipasi kelompok yang selanjutnya mengetahui subyek-subyek yang dibicarakan
23
. Sedangkan tim ADNE 4334ADPU 4334 berpendapat
ditinjau dari segi partisipasinya, seorang pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selalu koordinator
dan integrator. Karenanya, pendekatan dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya adalah holistik dan integralistik.
Seorang pemimpin yang demokratis melihat bahwa dalam perbedaan
sebagai kenyataan
hidup, harus
terjamin kebersamaan nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup
yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi.
3 Gaya Kepemimpinan Paternalistik George
R Terry
1982 berpendapat
bahwa kepemimpinan paternalistik ini terdapat suatu pengaruh
kebapakan antara pimpinan dan bawahannya berlebihan. Pengambilan keputusan selalu ditentukan sendiri dan jarang
sekali memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil suatu keputusan serta menganggap dirinya paling
23
Abdul Syani, Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1987, cet. ke-I, h. 231
tahu tentang segalanya
24
. Dan tim ADNE 4334ADPU 4334 berpendapat bahwa tipe kepemimpinan ini umumnya terdapat
pada masyarakat tradisional. Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam organisasi dapat
dikatakan diwarnai harapan oleh bawahannya kepadanya. Harapan bawahannya berwujud keinginan agar pemimpin
mampu berperan sebagai bapak dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan
perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Berdasarkan persepsi tersebut, pemimpin paternalistik menganut
nilai organisasional yang mengutamakan kebersamaan
25
. 4 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire bebas
Sikap pemimpin laissez faire biasanya permisif. Dengan sikap yang permisif, perilakunya cenderung mengarah pada
tindakan yang memperlakukan bawahan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi. Gaya kepemimpinan ini
tidak banyak turun tangan dan campur tangan. Pemimpin membiarkan anak buah berbuat sesuka hatinya. Ia tidak
mengarahkan, tidak membimbing, tidak memberikan pedoman pelaksana. Anak buah boleh berprakasa, boleh memulai apa
saja, asal tidak menggerogoti hak orang lain dan tidak mengganggu ketertiban umum.
24
Abdul Syani, Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1987, cet. ke-I, h. 235
25
Tim ADNE 4334ADPU 4334, Tipe Kepemimpinan, www.google.com
Koontz O’ Donnel, dan Weihrich, yang dikutip oleh A. M Kadarman dan Jusuf Udaya dalam bukunya Pengantar Ilmu
Manajemen Buku Panduan Mahasiswa, bahwa gaya kepemimpinan dapat digolongkan berdasarkan cara pemimpin menggunakan
kekuasaannya. Berdasarkan hal tersebut ada 3 tiga gaya kepemimpinan
dasar, yaitu: 1 Gaya Kepemimpinan Otokratik
Gaya kepemimpinan otokratik yaitu pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan yang dapat menuntut
keputusan ada ditangan pemimpin. 2 Gaya Kepemimpinan Demokratik atau Partisipatif
Yaitu pemimpin dipandang sebagai orang yang tidak akan melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu
pada bawahannya. 3 Gaya Kepemimpinan Free Rein
Gaya ini pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan saja, dan banyak memberi kebebasan kepada bawahannya untuk
melakukan kegiatan
26
. Jadi pemimpin dengan gaya ini memberi keleluasaan kepada
bawahannya untuk menentukan tujuan organisasi dan cara untuk mencapainya. Pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator melalui
26
A. M. Kadarman, Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991, h. 117-118
pemberian informasi dan sebagai orang yang berhubungan dengan kelompok lain.
Ada 3 tiga gaya pokok kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan bebas laissez faire, gaya
kepemimpinan demokratis
27
. 1 Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau kelompok kecil orang yang diantara mereka tetap
ada seseorang yang paling berkuasa, dan pada hal ini bawahanorang yang dipimpin semat-mata sebagai pelaksana
keputusan, perintah dan kehendak pemimpin. 2 Gaya Kepemimpinan Bebas laissez faire
Kepemimpinan ini di jalankan dengan memberi kebebasan penuh pada orang yang di pimpin dalam mengambil keputusan,
dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok.
3 Gaya Kepemimpinan Demokratik Gaya kepemimpinan demokratik yaitu gaya kepemimpinan
di mana pemimpin menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. gaya ini diwujudkan
dengan dominasi
perilaku cenderung
memajukan dan
mengembangkan oraganisasi.
27
Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003, cet, III, h. 94-100
Menurut Hadari Nawawi dan Martini Hadari, terdapat juga gaya kepemimpinan pelengkap yang hampir sama dengan tipe
kepemimpinan pokok atas, akan tetapi gaya kepemimpinan ini merupakan turunan dari kepemimpinan pokok.
1 Gaya Kepemimpinan Kharismatik Gaya kepemimpinan kharismatik yaitu kemampuan
seseorang dalam menggerakan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan dalam aspek kepribadian yang dimiliki pemimpin
sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan kepatuhan pada orang yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan kharismatik ini
mempunyai kekuatan ghaib, pimpinan yang dipatuhi mempunyai keturunan bangsawan, obyektif dalam setiap hubungannya dengan
bawahan, serta mempunyai kemampuan untuk memberikan contoh terhadap bawahannya
28
. Tim ADNE 4334ADPU 4334 berpendapat bahwa seorang
pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.
Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap serta gaya yang digunakan pemimpin itu
29
.
28
Abdul Syani, Abdul Syani, Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1987, cet. ke-I, h. 235
29
Tim ADNE 4334ADPU 4334, Tipe Kepemimpinan, www.google.com
2 Gaya Kepemimpinan Simbol Yaitu seorang pemimpin sekedar lambang atau simbol,
tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya. Walaupun demikian kedudukannya tidak dapat digantikan oleh
orang lain. 3 Gaya Kepemimpinan Pengayom
Gaya ini menempatkan seseorang sebagai seorang yang layak berfungsi sebagai kepala keluarga.
4 Gaya Kepemimpinan Ahli expert Gaya ini harus dijalankan oleh seseorang yang memiliki
keahlian atau keterampilan tertentu sesuai dengan bidang garapan atau yang dikelola oleh organisasinya.
5 Gaya Kepemimpinan Organisasi dan Administrator Gaya kepemimpinan ini dijalankan oleh pemimpin yang
senang dan memiliki kemampuan menjalankan dan membina kerjasama yang pelaksanannya berlangsung secara sistematis dan
terarah pada tujuan yang jelas. Pemimpin bekerja secara berencana, bertahap, dan tertib.
6 Gaya Kepemimpinan Aligator Yaitu Gaya kepemimpinan yang diwarnai dengan kegiatan
pemimpin dalam
bentuk tekanan-tekanan,
adu domba,
memperuncing permasalahan, menimbulkan dan memperbesar pertentangan dan potensi konflik dengan maksud untuk
keuntungan pribadi. Agitasi yang dilakukan terhadap kelompok atau orang yang berada di luar organisasinya semat-mata untuk
kepentingan organisasinya bahkan untuk kepentingan pribadinya. gaya kepemimpinan juga dapat dijelaskan berdasarkan
tingkah laku, gaya kepemimpinan ini merupakan kombinasi antara tingkah laku kepemimpinan yang direktif dan suportif.
Kombinasi ini dibedakan atas tiga dimensi, yaitu kadar direktif yang diberikan oleh pemimpin, kadar keterlibatan bawahan
dalam pengambilan keputusan, tipe kepemimpinan ini adalah : 1 Seorang pemimpin memberikan direktif tinggi dan suportif yang
rendah. Ia memberikan perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh bawahan dengan pengwasan yang ketat.
2 Seorang pemimpin yang memberikan direktif dan suportif yang tinggi, Ia memberikan penjelasan tentang keputusan yang akan
diambil dan memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh bawahan, namun tetap memberikan direktif yang berupa
penyelesaian. 3 Gaya kepemimpinan yang memiliki ciri suportif tinggi namun
direktif rendah, pemimpin mengambil keputusan bersama-sama dengan bawahan dan membantu usaha bawahan dalam upaya
penyelesaian tugas.
4 Seorang pemimpin memberikan direktif dan suportif yang rendah, dia menyerahkan pengambilan keputusan dan bertanggung jawab
kepada bawahan
30
. B.
Majelis Taklim 1.
Pengertian Majelis Taklim
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ”majelis” memiliki beberapa arti, yaitu :
a. Dewan yang mengemban tugas tertentu mengenai kenegaraan dan sebagainya secara terbatas.
b. Pertemuan kumpulan orang banyak c. Bangunan tempat bersidang
31
. ”Taklim” berarti pengajaran agama Islam atau pengajian
32
. Dengan demikian, Majelis Taklim menurut bahasa berarti ” lembaga organisasi
sebagai wadah pengajian, sidang pengajian, atau tempat pengajian”
33
. Dengan kata lain, Majelis Taklim adalah tempat untuk melaksanakan pengajian atau
pengajaran. Sedangkan menurut istilah, ada beberapa pendapat tentang definisi
Majelis Taklim, diantaranya adalah: a. Musyawarah Majelis Taklim se-DKI Jakarta yang berlangsung pada
tanggal 9-10 Juli 1980 memberikan definisi sebagai berikut :
30
Muhamad Ramdhan, Memimpin Suatu Keadaan, www.google.com
31
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, Edisi ke-3, cet, 1, h. 699
32
Ibid, h. 124
33
Ibid, h. 699
Majelis Taklim adalah lembaga pendidikan Islam non formal yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan berkala dan teratur, diikuti
oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan
ALLAH SWT, antara manusia dan sesamanya, dan antara mausia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang taqwa kepada
ALLAH SWT
34
. b. Ustzh. Dra. Hj. Tuti Alawiyah A.S, dalam tulisannya yang berjudul
Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim, mendefenisikan Majelis Taklim sebagai ”lembaga swadaya masyarakat murni yang didirikan,
dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh anggotanya”
35
. Oleh karena itu, Majelis Taklim merupakan wadah masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan rohani mereka. Dari defenisi-defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Majelis
Taklim merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang waktu belajarnya berkala dan teratur, tidak setiap hari seperti sekolah, dan pengikutnya disebut
jama’ah di Majelis Taklim tidak merupakan kewajiban seperti halnya sekolah tujuannya lebih khusus, yaitu untuk memasyarakatkan ajaran Islam, tempat
memberi dan memperoleh ilmu serta mengadakan kontak sosial.
34
Koordinator Dakwah Islam, Pedoman Majelis Taklim, Jakarta: KODI. 1990. Cet. 2, h.5
35
Ustz. Dra. Hj. Tuti Alawiyah A.S, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim,Bandung, Mizan, 1997, cet. 1, h. 7