Macam-macam Majelis Taklim Kepemimpinan

a. Majelis Taklim Gedongan, majelis taklim ini terdapat di daerah elit lama dan baru, di mana penduduknya dianggap kaya dan terpelajar. b. Majelis Taklim Komplek, instansi tertentu membangun perumahan untuk karyawan, seperti Bank, Hankam, dan PLN. Majelis Taklim komplek jama’ahnya terdiri dari golongan menengah dan punya ikatan dengan instansi yang membangun komplek 41 . c. Majelis Taklim Pemukiman Baru, tumbuh di daerah perumahan baru, jama’ahnya terpelajar, ekonomi menengah, karyawan, tidak terikat oleh instansi. d. Majelis Taklim Khusus, misalnya pengajian para menteri, eks jama’ah haji VIP dan keluarga besar daerah. e. Majelis Taklim Kantoran, diselenggarakan oleh karyawan suatu kantor, mempunyai ikatan sangat erat dengan kebijaksanaan kantornya. f. Majelis Taklim Kelompok Usaha, jama’ahnya remaja dengan aliran politik atau keagamaan tertentu 42 . Ditinjau dari materi pelajaran yang diberikan, majelis taklim dapat dikategorikan menjadi : a. Tabligh atau ceramah agama, pelajaran inti adalah agama yang diberikan guru atau mubaligh, baik tetap maupun uindangan. Materi diambil dari kitab yang telah ditetapkan sebelumnya atau memilih topik-topik keagamaan yang dipandang perlu untuk diketahui oleh para 41 Pemda, et-al, Pola Pembinaan Majelis Taklim di Bekasi, Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam, 1991, h. 8 42 Pemda, Pola Pembinaan Majelis Taklim di Bekasi, Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam, 1991 , h. 3 jama’ah, biasanya diawali dengan membaca wirid tertentu, seperti sholawat, doa atau bacaan-bacaan tertentu. b. Pengajian pelajaran inti, adalah kitab-kitab yang dipilih. Biasanya kitab kuning, baik fiqih, tasawuf, hadits, nahwu atau kitab lain. Pada pengajian ini, jama’ah membawa kitab untuk dapat mengikuti guru sehingga proses belajar mengajar mirip dengan suasana halaqoh di pesantren. c. Pengajian Al Qur’an pelajaran utama, adalah membaca Al Qur’an, termasuk maknanya. Diberikan juga pelajaran mengenai ibadah sehari- hari. d. Wirid keagamaan, acara utamanya adalah membaca do’a, zikir dan lain-lain yang lebih banyak bersifat peribadatan. e. Diskusi Keagamaan, acara utama dalam pembahasan masalah-masaah keagamaan yang sedang berkembang, biasanya dilengkapi dengan makalah yang dipersiapkan terlebih dahulu. Diskusi ini merupakan perkembangan majelis taklim yang diperankan mirip dengan musyawarah perdebatan, muzdakarah saling mengeluarkan pendapat dan mujadalah diberikan dalil-dalil dan argument 43 . Menurut tempat penyelenggaraannya, klasifikasi majelis taklim sebagai berikut : a. Di Masjid atau mushola b. Di Madrasah 43 Ibid, h. 3-4 c. Di Rumah secara tetap atau berpindah- berpindah d. Di Ruang atau aula kantor 44

C. PEMAKAIAN GELAR IMAM, SYAIKH, HABIB, SAYYID

Menurut Sayyid Muhammad Ahmad alsyatri dalam bukunya Sirah al-Salaf Min Bani Alawi alhusainiyyin, para salaf kaum Alawi di Hadramaut dibagi menjadi empat tahap yang masing-masing tahap mempunyai gelar tersendiri. Gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah: 45

1. Imam dari abad III H sampai dengan abad VII H

Tahap ini di tandai perjuangan keras Ahmad al-Muhajir dan keluarganya untuk memerangi kaum Khawarij. Menjelang akhir abad 12 keturunan Ahmad al- Muhajir tinggal beberapa saja. Pada tahap ini tokoh-tokohnya adalah Imam Ahmad al-Muhajir, Imam Ubaidillah, Imam Alwi bin Ubaidillah, Bashri, Jadid, Imam Salim bin Bashri.

2. Syaikh dari abad VII H sampai dengan abad XI H

Tahapan ini dimulai dengan munculnya Muhammad al-faqih al- Muqaddam yang ditandai dengan berkembangnya tasawuf, bidang perekonomian dan berkembangnya jumlah keturunan al-Muhajir. Pada masa ini terdapat beberapa tokoh besar seperti Muhammad al-Faqih al-Muqaddam sendiri. Ia lahir, dibesarkan dan wafat di Tarim. Di kota Tarim, ia belajar bahasa Arab, teologi dan fiqih sampai meraih kemampuan sebagai ulama besar ahli fiqih. Ia juga secara resmi masuk di dunia tasawuf dan mencetuskan tarekat Alawi. Sejak kecil ia 44 Hj.Tuti Alawiyah A.S, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim,Bandung, Mizan, 1997, cet. 1, h. 77 45 www.google.com menuntut ilmu dari berbagai guru, menghafal alquran dan banyak hadits serta mendalami ilmu fiqh. Ketika ia masih menuntut ilmu, Syekh Abu Madyan seorang tokoh sufi dari Maghrib mengutus Syeikh Abdurahman al-Muq’ad untuk menemuinya. Utusan ini meninggal di Makkah sebelum sampai di Tarim, tetapi sempat menyampaikan pesan gurunya agar Syekh Abdullah al-Saleh melaksanakan tugas itu. Atas nama Syekh Abu Madyan, Abdullah membaiat dan mengenakan khiqah berupa sepotong baju sufi kepada Alfaqih Muqaddam, walapun menjadi seorang sufi, ia terus menekuni ilmu fiqih. Ia berhasil memadukan ilmu fiqh dan ilmu tasawuf serta ilmu-ilmu lain yg dikajinya. Sejak itu, tasawuf dan kehidupa sufi banyak dianut dan disenangi di Hadramaut, terutama dikalangan Alawi.

3. Habib dari pertengahan abad XI sampai abad XIV

Tahapan ini ditandai dengan mulai membanjirnya hijrah kaum Alawi keluar Hadramaut, dan diantara mereka ada yang mendirikan kerajaan atau kesultanan yang peninggalannya masih dapat disaksikan hingga kini, diantaranya kerajaan Alaydrus si Surrat India, kesultanan al-Qadri di kepulauan Komoro dan Pontianak, al-Syahab di Siak dan Bafaqih di Filipina. Tokoh utama Alawi masa kini adalah Habib Abdullah bin Alwi Alhadad yang mempunyai daya pikir, daya ingat dan menghafalnya yang luar biasa. Sejak kecil ia telah menghafal Alqur’an, ia memiliki pengetahuan dalam ilmu syariat, tasawuf dan bahasa arab. Banyak orang datang untuk belajar kepada beliau.