Kasus-Kasus Bunuh Diri Pilot Kamikaze

pelaksanaan operasi sho terhadap musuh. Taktik penyerangan konvensional tidak dapat dilakukan karena mengingat pesawat-pesawat dan kapal-kapal Jepang kalah jumlah. Sehingga melahirkan ide taktik serangan bunuh diri Kamikaze, suatu taktik yang dianggap unik dalam sejarah peperangan sekaligus dianggap ekstrem sebagai satu-satunya cara untuk menghadapi superioritas militer Amerika. Serangan Kamikaze bukan merupakan taktik penyerangan biasa. Serangan ini memiliki aspek kematian yang pasti. Pilot dihadapi dengan kematian, tidak ada harapan untuk selamat bagi pilot Kamikaze. Lalu bagaimana perekrutan pilot-pilot yang akan melakukan serangan bunuh diri ini? Apakah ada orang yang ingin menjemput kematian? Untuk mengetahui hal tersebut akan dibahas melalui studi kasus dari fenomena bunuh diri pilot Kamikaze.

3.2 Kasus-Kasus Bunuh Diri Pilot Kamikaze

Oleh karena aspek kematian yang pasti dari taktik penyerangan ini, maka perekrutan dilakukan dengan cara mendapatkan sukarelawan untuk melakukan taktik serangan Kamikaze. Sukarelawan ini berasal dari pilot-pilot yang berpangkat bintara sampai perwira. Berikut adalah data yang didapat tentang bagaimana perekrutan dan juga aksi-aksi bunuh diri yang dilakukan pilot Kamikaze. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku “Kisah Para Pilot Kamikaze : Pasukan Udara Berani Mati Jepang Pada Perang Dunia II” yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Buku ini merupakan sebuah catatan observasi yang dilakukan oleh orang yang bergabung bersama Pasukan Serangan Khusus Angkatan Laut Jepang Korps Kamikaze yaitu Kolonel Laut Inoguchi sebagai salah seorang penggagas konsep Kamikaze, dan Letkol Laut Nakajima sebagai seorang instruktur serangan Kamikaze. Berikut ini Universitas Sumatera Utara adalah percakapan antara Letkol Laut Nakajima dengan Kapten Laut Naoshi Kanno : Saya tak heran, ketika dia kembali dari Jepang, dia segera mencari saya dan menyampaikan protes dengan nada iri, “Letkol Laut Nakajima, saya berharap dapat menggantikan Seki.” “Bijaksanalah, Kanno,” saya menjawab. “Kamu akan mendapatkan kesempatan. Bukan masalah dia pergi pertama atau kedua. Kamu tidak pernah mencari kejayaan di masa lalu; mengapa kamu sekarang berbicara seperti ini?” “Kamu benar,”jawab Kanno, “Tetapi saya tetap ingin menjadi Kamikaze yang pertama.” dalam Pineau, 2008 : 69. Kapten Laut Naoshi Kanno adalah seorang pilot yang bertugas di Filipina yang memiliki kemampuan yang tinggi dan pernah mengalami pertempuran dengan menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh, tetapi pesawat musuh melarikan diri karena merasa takut dengan apa yang dilakukan Kanno. Sebelum misi Kamikaze dimulai, Kanno diperintahkan untuk kembali ke Jepang untuk membawa pesawat dari Jepang ke Filipina. Dalam hati dia menolak keputusan tersebut. Setelah kembali ke Filipina dia mencari Letkol Laut Nakajima untuk meminta agar Kanno dapat menggantikan Seki menjadi komandan pilot Kamikaze yang pertama. Reaksi Kanno yang ingin menjadi Kamikaze yang pertama begitu bersemangat. Hal ini menunjukkan bahwa para pilot sendiri yang mengajukan diri untuk melakukan serangan Kamikaze. Universitas Sumatera Utara Bukan saja Kapten Laut Kanno tetapi pilot yang lain juga menawarkan diri. Letnan Dua Laut Chisato Kunihara dari unit pengintaian juga mengajukan dirinya untuk ikut sebagai unit Kamikaze. Berikut kesaksian Nakajima : “Anda mengundang para bintara penerbang untuk menjadi sukarelawan dalam serangan khusus, tetapi Anda tidak menyebutkan perwira. Bagaimana dengan kami, Pak? “Kami semua sangat ingin bergabung ke dalam korps ” jawabnya dengan lantang. “Jadi, mengapa saya harus repot-repot menanyakan apakah kamu akan mengajukan diri.” Muncul senyuman penuh arti di wajah Kunihara. Dia memberi hormat dan berkata, “Terima kasih, Pak”, kemudian meninggalkan ruangan. dalam Pineau, 2008 : 58 Pada saat perekrutan dengan cara mencari sukarelawan yang bersedia untuk melakukan serangan ini, Letkol Laut Nakajima hanya mengundang para bintara untuk ikut ke dalam unit Kamikaze. Seorang perwira bernama Kunihara mewakili para perwira lain menyatakan secara tegas bahwa mereka semua siap untuk bergabung dan memiliki keinginan yang sangat kuat. Setelah Letkol Laut Nakajima menyetujui keinginan Kunihara, ekspresi Kunihara tersenyum yang menandakan bahwa dirinya merasa sangat senang dan puas karena permohonannya dipenuhi untuk bergabung bersama Unit Serangan Khusus Kamikaze. Dari uraian yang telah disebutkan di atas, jelas terlihat bahwa perekrutan anggota yang akan bergabung dalam Unit Serangan Khusus Kamikaze dilakukan bukan dengan paksaan oleh para komandan di lapangan. Tetapi perekrutan itu Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan cara menawarkan kepada para pilot apakah bersedia untuk ikut bergabung dalam unit serangan bunuh diri. Reaksi yang muncul dari para pilot adalah mereka menyatakan bersedia bahkan dengan menawarkan diri secara tegas tanpa ada suatu keraguan dalam dirinya untuk ikut sebagai anggota Unit Serangan Khusus Kamikaze. Bahkan senyuman yang mereka berikan sebagai tanda bahwa mereka benar-benar yakin terhadap diri mereka. Keyakinan yang kuat para pilot Unit Serangan Khusus Kamikaze ditunjukkan dengan mengikuti pelatihan bersama Instruktur mereka Letkol Laut Nakajima. Berikut adalah hasil pembicaraan mereka : “Kami telah ditugaskan ke dalam korps serangan khusus dengan tugas penting untuk menghancurkan kapal-kapal musuh. Jika musuh muncul esok hari, serangan akan kami lakukan tanpa bantuan pelajaran anda dan kami kurang percaya diri. Seluruh personil telah berkumpul di Aula dan meminta untuk mendengar pelajaran Anda dari pada melihat film. Dapatkah Anda datang dan berbicara kepada kami?” dalam Pineau, 2008 : 176. Letkol Laut Nakajima yang bertindak sebagai instruktur Korps Serangan Khusus Kamikaze diberi tugas untuk memberi pelatihan dan pengajaran tentang metode yang akan digunakan dan hal-hal yang berhubungan dengan serangan Kamikaze. Dari percakapan yang diucapkan oleh seorang pilot dengan Letkol Laut Nakajima, terlihat bahwa Letkol Laut Nakajima sengaja menunda pelajaran karena para pilot diberikan waktu untuk menonton film agar para pilot merasa rileks dalam menjalankan tugas nantinya. Tetapi para pilot tidak mau menyia-nyiakan waktu mereka berlalu begitu saja. Mereka menunjukkan sikap kesungguhan dalam diri mereka. Hal ini sejalan dengan prinsip bushido yang mengajarkan moral untuk Universitas Sumatera Utara memperhatikan kesungguhan dalam diri samurai pada masa lalu. Antusiasme para pilot yang begitu besar menunjukkan bahwa mereka bersungguh-sungguh dalam menjalani tugas dan siap untuk mati esok hari. Dahulu ketika masih terdapat golongan samurai dalam sistem stratifikasi sosial masyarakat Jepang, prinsip bushido digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai sebuah falsafah hidup dan penjaga moralitas. Prinsip utamanya adalah loyalitas terhadap tuan. Para pilot Unit Serangan Khusus Kamikaze maupun orang- orang yang terlibat dalam misi serangan Kamikaze juga menganut prinsip loyalitas, seperti dengan apa yang disaksikan oleh Letkol Laut Nakajima : Kolonel Laut Miyazaki selama ini telah berdiri diam dan tenang, tetapi akhirnya tak mampu menahan diri lebih lama lagi. Dia melangkah ke depan dan berkata, “Bawalah saya bersamamu, Laksamana.” Ugaki menjawab dengan tegas, “Kamu masih punya tugas yang harus diselesaikan. Kamu tetap di sini.” dalam Pineau, 2008 : 235. Laksamana Laut Matome Ugaki adalah Panglima Armada Udara. Dia memutuskan untuk memimpin serangan bunuh diri terakhir Unit Serangan Khusus Kamikaze sebelum dikeluarkannya perintah menyerah oleh Kaisar. Kolonel Laut Takahashi Miyazaki adalah anak buah Laksamana Ugaki. Miyazaki ingin mengikuti komandannya menemani serangan bunuh diri yang akan dipimpin oleh Laksamana Ugaki. Hal ini sama dengan prinsip samurai pada masa lalu yang menginginkan mati mengikuti kematian tuan. Tindakan Miyazaki berlandaskan atas kesetiaan kepada komandannya sebagai suatu bentuk loyalitas dan ketika komandannya menolaknya, Miyazaki melaksanakan apa yang diperintahkan komandannya walaupun dalam hatinya menolak. Universitas Sumatera Utara Golongan samurai Jepang pada masa feodal, rela mati demi tuannya. Kesetiaan mereka bertumpu pada tuan. Hubungan antara tuan dan anak buah ini berlandaskan atas ajaran bushido. Pilot Kamikaze yang memilih cara bunuh diri ini merupakan suatu bentuk moral pengabdian diri mereka yang ditujukan kepada Kaisar, bangsa dan tanah air Jepang. Upaya ini dilakukan dengan memblokade penyerangan musuh terhadap Jepang. Letkol Laut Nakajima menceritakan suasana pada saat pemberangkatan Unit Serangan Khusus Kamikaze yang dipimpin oleh Kapten Laut Seki, para pilot berbaris untuk meminum air perpisahan yang diambil dari sebuah wadah yang ditinggalkan oleh Laksamana Onishi. Mereka menyanyikan lagu kuno yang sangat sedih tetapi juga membangkitkan semangat. Berikut ini adalah syairnya : Umi yukuba Jika saya pergi ke laut, Mizutsuku kabane Saya akan kembali sebagai mayat yang terdampar Yama yukuba Jika tugas memanggil saya ke gunung Kusa musu kabane Padang rumput hijau akan menjadi penutup jenazahku Ogimi no ge ni koso shiname Maka untuk Kaisar Nodo niwa shinaji Saya tidak akan mati dengan tenang di rumah Lagu yang dinyanyikan oleh para pilot Kamikaze sebelum berangkat melakukan misi, memiliki makna yang merupakan ungkapan perasaan yang disampaikan oleh para pilot Kamikaze. Pada bait 1 dan 3, menandakan bahwa mereka selalu siap dimana pun mereka akan ditempatkan. Meskipun itu di laut atau di gunung. Laut dan gunung menandakan suatu tempat yang sangat berlawanan dan jauh dari keramaian manusia. Bait 2 dan 4 menandakan bahwa betapa pun beratnya tugas apakah tugas itu beresiko menghadapi kematian, mereka tetap yakin bisa menjalani tugas tersebut. Bait 5 dan 6 menandakan bahwa mereka tidak mau menyia-nyiakan sebuah tugas yang akan dijalani, apalagi tugas tersebut ditujukan untuk kemuliaan Kaisar. Universitas Sumatera Utara Banyak motivasi para pilot Kamikaze yang melatarbelakangi mengapa mereka rela melakukan bunuh diri. Tetapi umumnya mereka melakukannya atas dasar kesetiaan terhadap KeKaisaran dan tanah air Jepang. Seperti yang terungkap dalam pesan radio dari Laksamana Ugaki sesaat sebelum penabrakan pesawat ke kapal musuh : Saya satu-satunya orang yang bertanggung jawab terhadap kegagalan kami dalam mempertahankan tanah air dan menghancurkan musuh yang arogan ini. Upaya yang gagah berani dari semua perwira dan prajurit di bawah pimpinan saya selama enam bulan sangat saya hargai. Saya akan melakukan serangan ke Okinawa di mana para prajurit saya telah berguguran seperti bunga ceri. Di sana saya akan menabrak dan menghancurkan musuh yang sombong dalam semangat Bushido sebenarnya, bersama keyakinan dan kepercayaan penuh terhadap keabadian KeKaisaran Jepang. Saya percaya bahwa semua anggota unit di bawah kepemimpinan saya akan memahami motif saya dan berjuang keras untuk merekonstruksi tanah air kita yang jaya sehingga dapat bertahan selamanya. Panjang umur yang mulia Kaisar Dari pesan radio Laksamana Ugaki, dapat dipahami bahwa bunuh diri yang dilakukannya memiliki motivasi sebagai bentuk tanggung jawab karena dia merasa tidak mampu mempertahankan tanah air Jepang dan menghancurkan musuhnya. Sikapnya sebagai Komandan Armada Udara menghargai setiap kematian anak buahnya yang telah melaksanakan misi Kamikaze sebelumnya. Selain itu Laksamana Ugaki memiliki motivasi mempertahankan tanah air dan keyakinan akan KeKaisaran Jepang yang dilakukan atas dasar semangat bushido. Hal ini menunjukkan sikap nasionalisme yang ditunjukkan oleh Laksamana Ugaki. Sikap nasionalisme ini menuntut penemuan kembali identitas budaya bangsa. Bunuh diri sebagai bentuk pengabdian terhadap Kaisar Jepang yang dilakukan oleh Laksamana Ugaki merupakan bentuk tanggung jawabnya terhadap kewajiban yang telah diterimanya. Sebagai komandan militer Jepang Laksamana Ugaki menjunjung tinggi sikap tanggung jawab yang merupakan suatu bentuk sikap moral yang Universitas Sumatera Utara sebenarnya adalah sikap otonom. Sesuai dengan teori otonomi moral dari Imanuel Kant yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Laksamana Ugaki melakukan kewajiban bukan karena dibebankan dari luar, melainkan karena dia sendiri menyadarinya sebagai sesuatu yang bernilai dan sebagai tanggung jawab. Sikap otonom ini memberikan kekuatan untuk mengambil sikap sendiri. Letnan Dua Laut Yonosuke Iguchi betugas untuk memimpin serangan Kamikaze pada tanggal 13 Desember 1944. Dia menerbangkan bersama Sersan Dua Takeji Takebe. Pada awalnya Iguchi terbang ke wilayah Dumaguete dan di Laut Mindanao, tetapi di daerah tersebut mereka tidak menjumpai satuan tugas musuh dan mereka juga terpisah dari formasi pesawat. Kemudian dia berinisiatif untuk terbang ke Teluk Leyte. Berikut adalah laporan pesan radio Iguchi. “Kami akan menyerang musuh di Leyte,” “Kami berada di atas Teluk Leyte, pada pukul 12.30” “Tak ada pesawat tempur musuh di udara, pukul 12.30” “Kami sekarang menukik. Saat pukul 12.37. Panjang umur kaisar” Seperti yang terlihat dari pesan-pesan Iguchi, sikapnya sangat baik. Iguchi dan Takebe bertindak benar. Walaupun terpisah dari pesawat rekan-rekannya dan tidak menemukan kapal musuh di Dumaguete. Dia mempunyai inisiatif untuk menemukan musuh di tempat lain. Saat menabrakkan pesawatnya, dia meneriakkan “Panjang umur Kaisar”. Hal ini menandakan bahwa mereka mati untuk tujuan Kekaisaran Jepang. Selain dari kesaksian-kesaksian tentang fenomena bunuh diri pilot Kamikaze yang diungkapkan oleh Letkol Laut Nakajima dan Kolonel Laut Inoguchi, masih ada lagi bukti-bukti yang mengungkapkan fakta-fakta sejarah serangan Kamikaze. Universitas Sumatera Utara Motivasi-motivasi yang melatarbelakangi aksi nekat mereka yang tanpa diikuti oleh rasa takut sebagai suatu bentuk pengabdian diri terhadap Kaisar dan negara Jepang. Hal tersebut dapat terlihat dari surat-surat yang mereka kirim kepada orang tua mereka. Surat-surat tersebut berisi ungkapan perasaan mereka sesaat sebelum melakukan aksi serangan Kamikaze. Dari surat-surat tersebut dapat kita ketahui bagaimana serta apa yang mereka pikirkan sebelum misi mereka lakukan. Di sini saya memaparkan sebuah surat dan sebagian catatan harian dari milik salah seorang pilot Kamikaze sebagai bukti bahwa mereka memiliki moral pengabdian diri yang ditujukan kepada Kaisar dan negara Jepang. Surat berikut berasal dari Sersan Satu Udara Isao Matsuo dari Grup Udara 701. Surat ini ditulis beberapa saat sebelum dia terbang melakukan serangan Kamikaze. Dia berasal dari Prefektur Nagasaki. 28 Oktober 1944 Kedua Orang Tuaku Tersayang : Ucapkan selamat kepadaku. Saya telah diberi kesempatan sangat bagus untuk mati. Ini adalah hari terakhir saya. Masa depan tanah air kita tergantung pada pertempuran menentukan yang terjadi di lautan sebelah selatan. Di sanalah saya akan gugur laksana bunga dari pohon ceri yang bersinar. Saya akan menjadi perisai bagi Yang Mulia dan mati dengan bersih bersama komandan skuadron dan rekan-rekan saya. Saya berharap dapat terlahir kembali sebanyak tujuh kali dan berulang kali menghancurkan musuh. Saya sangat menghargai kesempatan untuk mati sebagai seorang laki-laki Dari lubuk hati terdalam saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah membesarkan saya bersama doa yang terus menerus dan selalu memberikan cinta. Saya berterima kasih kepada komandan skuadron dan para atasan saya yang telah mengurus saya seakan-akan saya adalah anak mereka sendiri. Terima kasih, kedua orang tuaku, selama 23 tahun ini telah mengurus dan memberikan inspirasi kepadaku. Saya berharap, tindakan saya ini dapat membalas sebagian kecil pemberian kalian kepadaku. Ingatlah tentang diriku dan ketahuilah bahwa Iso mati bagi negara kita. Ini adalah harapan terakhirku dan tiada hal lain yang aku inginkan. Saya akan kembali sebagai arwah dan menunggu kunjungan kalian di kuil Yasukuni. Tolong jaga diri kalian baik-baik. Jayalah Unit Giretsu Korps Serangan Khusus yang pesawat pembom suisei- nya akan menyerang musuh. Kameraman film datang kemari untuk mengambil gambar kami. Mungkin kalian dapat melihat kami dalam rangkaian berita di bioskop. Universitas Sumatera Utara Kami adalah 16 pejuang yang mengawaki pesawat pembom. Semoga kematian kami secepat pecahnya kristal. Ditulis di Manila sesaat sebelum kami melakukan serangan. Isao Terbang ke langit di atas lautan selatan, inilah misi kami yang mulia untuk mati sebagai pelindung Yang Mulia. Bunga ceri akan berkilau pada saat berkembang dan berguguran. Surat yang ditulis oleh Sersan Satu Udara Isao merupakan ungkapan perasaan Isao sesaat sebelum melakukan misi Kamikaze. Dari surat tersebut dapat dipahami bahwa ada beberapa aspek yang mendorong Isao sebagai bagian dari anggota Unit Kamikaze, yaitu aspek agama, bushido dan patriotisme. Dari segi agama, Jepang sangat kental dengan ajaran Shinto, apalagi Shinto dijadikan sebagai agama negara ketika dimulainya restorasi Meiji. Dalam agama Shinto roh atau arwah orang yang telah mati akan menjadi dewa. Isao mempunyai keyakinan bahwa rohnya akan kembali ke kuil Yasukuni, yaitu kuil Shinto yang dibuat untuk menghormati para prajurit Jepang pada Perang Dunia II. Isao berharap bahwa keluarganya akan mengunjunginya di kuil Yasukuni. Nuansa bushido sebagai suatu falsafah hidup samurai juga ikut menjadi motivasinya. “Saya telah diberi kesempatan sangat bagus untuk mati” dan “mati dengan bersih bersama komandan skuadron dan rekan-rekan saya”. Dalam Hagakure bab 1 pasal 2 disebutkan bahwa “Jalan hidup bushi adalah ditemukan dalam kematian”. Isao memegang prinsip hidup bushi dan bertekad untuk mati dan tidak ada rasa takut dari dalam dirinya. Mati bersama tuan adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi bushi. Demikian juga dengan Isao yang melakukan serangan Kamikaze. Isao juga percaya bahwa memiliki pandangan akan reinkarnasi. Pandangan ini berasal dari ajaran Buddhisme Zen yang dahulu dianut oleh para bushi. Universitas Sumatera Utara Selain itu, Isao juga menunjukkan sikap patriotisme. “Ingatlah tentang diriku dan ketahuilah bahwa Isao mati bagi negara kita”. Dalam setiap prajurit ketentaraan memang ditanamkan jiwa patriotisme yang sangat kuat untuk membela negara. Isao gugur laksana bunga ceri yang bersinar. Prinsip budaya malu dalam masyarakat Jepang juga dipegang teguh oleh Isao. Hal ini sesuai dengan kata-katanya, yaitu “saya akan menjadi perisai bagi Yang Mulia” dan “terbang ke langit di atas lautan selatan, inilah misi kami yang mulia untuk mati sebagai pelindung Yang Mulia”. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang gimu dan kewajiban membayar on ini. Budaya malu disini terkait dengan budaya terhutang. Masyarakt Jepang sejak dilahirkan telah menanggung beban on yang diberikan oleh Kaisar. Dalam kasus Isao, dia telah membayar sebagian kewajibannya dengan mengorbankan dirinya untuk Kaisar Jepang. Selain itu, Isao juga telah membayar sebagian kecil kewajibannya kepada orang tuanya, sebagai rasa terima kasih yang telah mengurusnya selama 23 tahun. Dari surat yang ditulis oleh Sersan Satu Udara Isao Matsuo dari Grup Udara 701, berikut ini adalah sebagian dari pesannya yang ditulis dalaam buku harian Letnan Dua Laut Heiichi Okabe dilahirkan pada tahun 1923. rumahnya terletak di Prefektur Fukuoka di Kyushu bagian utara. Sebelum mendaftarkan diri, dia lulus dari Universitas Kekaisaran Taihoku. Dia pertama kali ditugaskan di Grup Udara Wonsan. Dari sana dia dipindahkan ke Unit Shicisei No. 2 Korps Serangan Khusus. Dia menulis buku harian yang dikirimkan kepada keluarganya setelah melakukan penyerangan terakhir. 22 Februari 1945 Akhirnya saya menjadi anggota Korps Serangan Khusus. Kehidupan saya akan berakhir dalam tiga puluh hari ke depan. Kesempatan saya akan datang Kematian dan saya sama-sama menunggu. Pelatihan dan praktek telah dilakukan Universitas Sumatera Utara dengan keras, tetapi tidak masalah jika kita dapat mati dengan indah untuk sebuah tujuan. Saya akan mati sambil melihat perjuangan menyedihkan bangsa kita. Kehidupan saya akan berlari beberapa minggu ke depan pada saat masa muda dan kehidupan saya akan berakhir. … … Penyerbuan dijadwalkan dalam waktu sepuluh hari ke depan. Saya hanya manusia biasa, tidak berharap menjadi orang suci atau bajingan, pahlawan atau orang bodoh – hanya manusia biasa. Sebagai seseorang yang menghabiskan hidupnya dalam pengharapan dan pencarian. Saya akan mati dengan harapan kehidupanku akan menjadi sebuah “dokumen manusia”. Dunia dimana saya hidup terlalu penuh dengan pertentangan. Sebagai komunitas manusia rasional seharusnya dunia lebih teratur. Tanpa adanya seorang konduktor besar, semua orang akan mengeluarkan suaranya sendiri-sendiri, sehingga menimbulkan kegaduhan dan bukan menghasilkan melodi dan harmoni. Kami melayani negara dengan rela dalam perjuangannya yang menyakitkan ini. Kami akan terjun menuju kapal-kapal musuh dengan membawa keyakinan bahwa Jepang telah dan akan selalu menjadi tempat dimana hanya rumah yang cantik, wanita-wanita pemberani dan persahabatan indah yang diperbolehkan ada. Apakah tugas hari ini? Untuk bertempur. Apakah tugas esok hari? Untuk menang Apakah tugas sehari-hari? Untuk mati. Kami mati dalam pertempuran tanpa mengeluh. Saya ingin tahu, apakah orang-orang lain, seperti para ilmuwan yang melakukan perjuangan dengan cara mereka masing-masing juga akan mati seperti kami tanpa mengeluh. Hanya jika ini terjadi maka kesatuan Jepang akan muncul sehingga timbul kemungkinan memenangkan perang. Jika karena suatu keajaiban, Jepang tiba-tiba memenangkan perang, ini akan menjadi nasib buruk bagi masa depan bangsa. Lebih baik bagi bangsa dan rakyat kita jika mereka ditempa melalui perjuangan berat yang akan memperkuat. Dari buku harian yang ditulis oleh Letnan Dua Laut Heiichi Okabe terlihat bahwa dengan tegas Okabe menyatakan bahwa kesempatan dia untuk mati telah datang. Dia tidak mempermasalahkan kematian jika kematian yang akan dihadapi itu mempunyai sebuah tujuan yang mulia yaitu untuk negara Jepang. Dia tidak peduli dengan reaksi yang akan muncul dari pemikiran orang lain terhadap dirinya. Yang dia inginkan hanya satu, mati untuk perjuangan negara Jepang. Okabe merasa kecewa dengan keadaan pada saat itu, menurutnya komunitas manusia yang memiliki cara berpikir rasional seharusnya manusia dapat membuat dunia menjadi lebih teratur. Namun kenyataannya keadaan malah sebaliknya. Dunia malah menjadi kacau akibat peperangan yang ditimbulkan dari sikap arogan manusia. Okabe juga bertanggung Universitas Sumatera Utara jawab atas tugas yang diberikan kepadanya. Tugas-tugas tersebut dianggap sebuah pertempuran, kemenangan bahkan menuju kematian. Okabe tidak berharap bahwa Jepang dapat memenangkan perang jika datang sebuah keajaiban. Jika demikian terjadi, dia merasa tugas yang telah dilakukannya akan sia-sia. Menurutnya tugas yang berat dan kerja keras itu lebih baik bagi keberhasilan negara Jepang. Hal ini sejalan dengan prinsip bushido yaitu kesungguhan dalam menjalani tugas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Realisasi Budaya Malu Masyarakat Jepang Dilihat Dari Pertanggungjawaban Bangsa Jepang Terhadap Korban Jugun Ianfu Di Indonesia Pasca Perang Dunia II Nibangme No Sekai Taisen Go No Indonesia Ni Jugun Ianfu No Kenshin Ni Taishite Nihonshakai No Sekinin Ka

6 49 77

Analisis Fungsi Dan Makna “Mon” Dalam Kalimat Pada Komik “Gals!” Karya Mihona Fujii Mihona Fujii No Sakuhin No “Gals!” No Manga No Bun Ni Okeru “Mon” No Kinou To Imi No Bunseki

1 57 87

Peran Nilai-Nilai 'Bushido' Pada Pasukan 'Kamikaze' Dalam Perang Dunia II.

0 3 36

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 8

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 2

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 1 8

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 1 11

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru Chapter III IV

0 0 21

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 4

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 4