seluruh negara Jepang, yaitu dengan cara menanamkan kesadaran akan peringkat atas dan bawah. Peringkat kekuasaan adalah keshogunan sehingga merupakan pemberi on
tertinggi bagi masyarakat Jepang Situmorang, 1995 : 66. Chu adalah konsep balas budi dari pengikut terhadap tuan, bukan balas budi
dari anak terhadap ayah. Dalam zaman Edo konsep chu adalah balas budi bushi terhadap tuan, balas budi tuan terhadap shogun. Sehingga konsep chu ini bertumpu di
tangan shogun Benedict, 1982 : 133. Konsep giri dalam pelajaran shido, diubah menjadi giri yang berarti mengabdi
memikirkan untung rugi. Pemikiran giri dalam ajaran shido ini membuat rasionalisasi hubungan tuan dengan anak buah, dan hal ini mengubah kesetiaan anak buah terhadap
tuannya. Dalam konsep chu, atasan tertinggi dalam kelompok adalah seseorang kepada
siapa orang paling banyak berhutang. Rasa berhutang seseorang bukanlah merupakan kebajikan. Hal ini dimulai pada saat seseorang ini memutuskan dirinya secara aktif
menembus hutang tersebut Benedict, 1982 : 121. Dalam masyarakat Edo, bushi sering dikatakan sebagai pemelihara moralitas,
karena pekerjaan bushi bukan mengolah, bukan berdagang dan bukan berperang. Di dalam masyarakat yang damai karena tidak ada perang maka bushi menjadi
penganggur. Oleh karena itu dalam ajaran shido dikatakan bahwa bushi harus menyadari eksistensinya sebagai hati di dalam badan. Bushi adalah sebagai guru
masyarakat.
2.3 Militerisme di Jepang dan Kamikaze
Universitas Sumatera Utara
Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang tiba-tiba datangnya, namun merupakan puncak suatu proses. Serangan mendadak yang
dilakukan Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbor, Hawai pada tanggal 7 Desember 1941 adalah puncak proses tersebut.
Dalam perkembangan sejarah Jepang militerisme merupakan salah satu ciri khas dari negeri samurai ini. Militerisme di Jepang lahir sejak berlakunya feodalisme
di Jepang. Yang ditandai dengan munculnya kaum samurai hingga terbentuknya pemerintahan keshogunan pertama di Kamakura yang dipimpin oleh shogun
Minamoto Yoritomo sebagai shogun pertama. Pemerintahan keshogunan ini berdiri sendiri terlepas dari pemerintahan Kekaisaran pada waktu itu. Inilah awal
pemerintahan bakufu militer di Jepang yang berlanjut hingga zaman Edo selama lebih kurang tujuh abad.
Golongan militer di Jepang pada zaman pra modern disebut dengan istilah bushi atau samurai. Golongan bushi ini lahir pada zaman Heian sampai pada akhir
zaman Edo karena pada zaman Meiji terjadi restorasi atau perubahan yang sangat fundamental yaitu salah satunya penghapusan golongan samurai dalam masyarakat
Jepang dan digantikan dengan sistem wajib militer hingga terbentuk tentara keKaisaran Jepang.
2.3.1 Sejarah Militerisme di Jepang Sagara dalam Situmorang 1995 : 9 mengatakan bahwa dari awal masa feodal
di Jepang yang ditandai dengan munculnya kekuasaan keshogunan pada zaman Kamakura 1185-1333 hingga zaman Edo 1603-1868 tidak lahir ideologi baru.
Universitas Sumatera Utara
Masalah feodalisme di Jepang erat kaitannya dengan perbushian kemiliteran karena lahirnya feodalisme tersebut berhubungan dengan menguatnya kekuatan bushi.
Para kizoku melakukan penguasaan tanah secara pribadi yang disebut dengan shoen yang terpisah dari system yang ditetapkan oleh pemerintah keKaisaran. Bushi
lahir dari konflik-konflik yang terjadi dari peperangan antara kizoku dalam hal penguasaan tanah di daerah. Bushi pada awalnya adalah kelompok petani yang
dipersenjatai oleh para kizoku untuk melindungi shoen tersebut. Pada perkembangan selanjutnya bermunculan pemimpin-pemimpin yang
memepersatukan kekuatan bushi. Salah satunya adalah klan Minamoto. Minamoto membangun kekuatan militer di daerah Kamakura dan bermaksud mendirikan
pemerintahan bakufu militer yang berdiri sendiri yang terlepas dari pemerintahan keKaisaran dan Kaisar pada waktu itu pun menyetujuinya.
Permulaan pemerintahan oleh shogun dapat dianggap sebagai permulaan sistem feodal. Pemerintahan shogun dibantu dengan adanya ikatan tuan dengan
hamba antara Yoritomo dan para samurai di wilayah timur. Antara kedua pihak terjadi hubungan tanggung jawab paternalistis dan pengabdian setia, sementara
tentara bayaran itu dengan setia mengabdi kepada bakufu, mengerjakan tugas militer dan memenuhi tanggung jawab keuangan Sakamoto, 1982 : 22.
Pemerintahan Kamakura berakhir pada tahun 1333 ketika terbunuhnya putra Yoritomo yang bernama Minamoto Sanetomo dan pemerintahan Kamakura di pegang
oleh keluarga istrinya yaitu keluarga Hojo. Di daerah dan kalangan birokrat keshogunan terjadi keributan, sehingga pada waktu yang bersamaan keshogunan
diserang oleh ashikaga takauji dari keluarga sekkan Fujiwara di Kyoto.
Universitas Sumatera Utara
Setelah runtuhnya pemerintahan Kamakura, pemerintahan keshogunan beralih pada Ashikaga Takauji yang disebut dengan pemerintahan Muromachi. Pada zaman
Muromachi ini, shugo di seluruh negeri terbagi menjadi dua dan saling berperang. Perang ini berlanjut hingga era Sengoku Jidai perang seluruh negeri. Pada era
Sengoku Jidai timbul semboyan gekokujo ikki yang berarti bawahan menjatuhkan atasan.
Sepanjang zaman sengoku, daimyo di seluruh negara memperkuat posisinya di wilayah masing-masing. Dari tempat itu mereka berusaha memperluas kekuasaannya
dan peperangan berlangsung tanpa henti. Oda Nobunaga seorang daimyo dari Owari adalah seorang daimyo pertama yang menjatuhkan keshogunan Muromachi. Masa
feodalisme sejak zaman Kamakura, Muromachi, Azhuchi Momoyama adalah masa dimana Jepang mengalami berbagai perang dimana penguasa daerah saling berebut
wilayah dan berusaha menjatuhkan keshogunan. Kondisi ini berbeda dengan zaman Edo, pada zaman ini keshogunan dipimpin
oleh Tokugawa yang berhasil memenangkan pertempuran sekigahara. Tokugawa yang menjadi shogun pada waktu itu melihat pengalaman para shogun sebelumnya.
Oleh karena itu Tokugawa merubah etos pengabdian diri pada tuannya dengan memasukkan pengaruh ajaran konfusionis dalam ajaran bushido yang sebelumnya
dipengaruhi oleh ajaran Buddha Zen. Etos pengabdian diri ini berpusat pada shogun. Dengan demikian kaum samurai tidak lagi berperang, tetapi lebih banyak
menjalankan tugas administrasi. Namun keshogunan tidak menghilangkan nilai kesetiaan dan keberanian samurai dalam ajaran bushido.
Tokugawa mengisolasi Jepang dari dunia luar selama sekitar 250 tahun. Tetapi pada tahun 1854 pengaruh asing mulai masuk ke Jepang karena armada
Universitas Sumatera Utara
Amerika serikat yang dipimpin oleh Komodor Perry memaksa keshogunan Tokugawa untuk membuka wilayah Jepang. Hal tersebut berakibat pada munculnya
pemberontakan dari kalangan samurai. Para samurai menuntut penyerahan kekuasaan pemerintahan dari keshogunan kepada keKaisaran. Akhirnya pada tahun 1868
keshogunan menyerahkan pemerintahan kepada keKaisaran. Inilah akhir dari feodalisme di Jepang.
Setelah keshogunan mundur, maka Jepang melakukan pembaharuan yang disebut dengan resotorasi Meiji. Dalam proses pembaharuan ini Jepang juga
mengadopsi beberapa institusi barat, termasuk pemerintahan modern, sistem hukum dan militter. Hasilnya Jepang mengalami kemajuan pesat dalam segala bidang.
Dalam bidang militer sendiri, Jepang memiliki kekuatan militer berupa Angkatan Darat dan Angkatan Laut yang hanya dalam tempo beberapa puluh tahun
tumbuh kuat dan modern. Tumbuhnya Jepang sebagai kekuatan militer yang baru, diakui oleh negara-negara barat. Pertumbuhan militer ini selain didukung oleh
kemajuan industri juga didukung oleh latar belakang kelas samurai. Kemajuan militer dan industri yang dialami Jepang membuat Jepang
melakukan ekspansi keluar. Pada tahun 1904-1905 terjadi peristiwa penting yang disebut dengan perang Jepang-Rusia. Kemenangan Jepang atas Rusia membuat
Jepang menguasai wilayah Manchuria bagian dari wilayah Cina. Agresi militer Jepang ke wilayah Manchuria ini berlanjut pada keikutsertaan Jepang pada Perang
Dunia II.
2.3.2 Kamikaze
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1281 armada Kubilai Khan mencoba memasuki laut Jepang. Usaha itu gagal karena angin topan tiba-tiba muncul dan menghancurkan armada Kubilai
Khan tersebut. Oleh orang Jepang, angin topan itu dianggap sebagai angin penolong kiriman dewa, yang dalam bahasa Jepang disebut dengan Kamikaze. Dalam bahasa
Jepang, istilah yang digunakan untuk memanggil unit-unit pelaku serangan-serangan bunuh diri tersebut adalah
tokubetsu kōgeki tai 「特別攻撃隊」, yang secara harfiah berarti unit serangan khusus. Ini biasanya disingkat menjadi
tokkōtai 「特攻隊」. Pada Perang Dunia II, skuadron-skuadron bunuh diri yang berasal dari
Angkatan Laut KeKaisaran Jepang
disebut shinpū tokubetsu kōgeki tai 「神風特別攻撃隊」, di
mana shinpū adalah bacaan on-yomi untuk karakter
kanji yang sama yang membentuk
perkataan Kamikaze. Kamikaze adalah semacam aksi bunuh altruistik. Durkheim mengatakan
Altruistic suicide, yaitu bila individu merasa terikat pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, sehingga ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya, misalnya harakiri di Jepang. Kamikaze bukan hanya sebuah siasat untuk memenangi perang
melainkan juga merupakan sebuah tradisi budaya Jepang. Masyarakat Jepang dibesarkan dan dididik dengan ajaran moral yang telah diwariskan oleh para
leluhurnya sebagai suatu produk budaya Jepang. Salam 1997 : 3 mengatakan moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai
manusia manusia. Moralitas adalah tradisi kepercayaan, dalam agama atau kebudayaan, tentang perilaku yang baik dan buruk. Moralitas memberi manusia
aturan atau petunjuk konkrit tentang bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik, dasn bagaimana menghindari
Universitas Sumatera Utara
perilaku-perilaku yang tidak baik. Masyarakat Jepang menurut Benedict adalah masyarakat yang berkebudayaan rasa malu. Masyarakat Jepang akan merasa malu
apabila tidak dapat membalas kebaikan yang telah diberikan oleh orang. Kebaikan yang diberikan orang disebut dengan on. Pemenuhan on adalah fakta konkrit dari
budaya malu masyarakat Jepang dan pembayaran on yang paling utama adalah on kepada Kaisar.
Pemimpin pasukan Kamikaze yaitu Laksamana Madya Onishi dalam setiap pemberangkatan pilot-pilot Kamikaze selalu berorasi :
Kamu bakal menjadi dewa tanpa keinginan duniawi. Tidak jadi soal agi apakah pengorbananmu berhasil atau tidak? Kamu tidak akan bisa tahu hal ini karena
kamu akan memasuki tidur abadi. Aku akan mengawasi usahamu hingga akhir dan melaporkan perjuanganmu pada Kaisar.
Kesetiaan seorang hamba kepada Kaisar, yaitu chu merupakan kebajikan tertinggi. Kaisar dijadikan sebuah lambang yang berada di luar jangkauan segala macam
pertentangan dalam negeri dan tidak dapat diganggu gugat.. Pada perang pasifik yang merupakan bagian dari Perang Dunia II, Jepang
yang sedang menghadapi Amerika serikat di Filipina membentuk sebuah Unit Serangan Khusus bunuh diri yang namanya diambil dari agama Shinto yaitu
Kamikaze. Dalam agama Shinto orang-orang yang telah mati akan menjadi dewa atau kami. Suryohadiprodjo 1982 : 197 mengatakan bahwa Shinto adalah suatu
kepercayaan yang merasakan bahwa di dunia ini didiamni oleh banyak “kami”, yaitu dewa-dewa, kekuatan-kekuatan gaib dan kekuatan lain yang berhubungan dengan
alam atau orang-orang yang memiliki kekuatan khas kharisma. Shinto mengandung kepercayaan, bahwa kepulauan dan bangsa Jepang bersumber pada dewi matahari
Amaterasu Omikami yang merupakan leluhur Tenno Heika. Untuk menghadapi besarnya kekuatan militer Amerika, Unit Serangan Khusus Kamikaze ditugaskan
Universitas Sumatera Utara
untuk menghancurkan kapal-kapal perang musuh dengan menabrakkan pesawat- pesawat yang dilengkapi bom seberat 250 kg.
Misi serangan Kamikaze pada awalnya diorganisir oleh Laksamana Madya Takijiro Onishi yang menggantikan Laksamana Kimpei Teraoka sebagai Panglima
Udara Pertama di Filipina. Laksamana Madya Takijiro Onishi mencetuskan strategi penyerangan bunuh diri Kamikaze pada tanggal 19 oktober 1944 di Mabalacat dengan
menggunakan 26 pesawat yang terbagi menjadi 4 unit yaitu, shikishima, yamato, asahi dan yamazakura.
Para pilot yang menerbangkan pesawat Kamikaze berusia sangat muda. Para pilot tersebut mempunyai pilihan untuk memutuskan jika mereka ingin menjadi
sukarelawan Kamikaze. Rata-rata pelatih pilot-pilot Kamikaze mencari mahasiswa di suatu universitas di Jepang saat itu untuk dilatih menjadi sukarelawan dalam misi-
misi Kamikaze. Motivasi yang mendorong para sukarelawan itu bersedia untuk dilatih menjadi sukarelawan dalam misi-misi Kamikaze cukup berbeda-beda dari yang
terdorong oleh rasa patriotisme, hasrat untuk membawa kehormatan keluarga dan ajang untuk membuktikan kemampuan diri dengan cara yang ekstrim. Upacara
istimewa yang sering diadakan sebelum misi Kamikaze dilaksanakan yaitu pilot-pilot Kamikaze memohon doa dari keluarga mereka dan diberi tanda jasa oleh petinggi
militer Jepang saat itu. Hal-hal seperti itu dilakukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa dan untuk menarik lebih banyak lagi
sukarelawan untuk bergabung dalam misi itu. Nasionalisme adalah suatu ideologi yang meletakkan bangsa di pusat
masalahnya dan berupaya mempertinggi keberadaannya. Sasaran utamanya adalah otonomi, kesatuan dan identitas nasional. Nasionalisme menuntut penemuan kembali
Universitas Sumatera Utara
dan pemulihan identitas budaya bangsa yang unik, ini berarti nasionalisme menuntut agar orang kembali pada akarnya yang otentik di dalam komunitas budaya historis
yang menghuni tanah air leluhurnya Smith, 2003 : 10-42. Pilot Kamikaze terbang menjalankan tugas suci setelah meneguk sake dan
berseru “banzai”. Para sejarawan memperkirakan jumlah pilot Kamikaze itu mendekati empat ribu orang. Dengan berjibaku mereka menyebakan kerusakan dan
jatuhnya korban di pihak Amerika serikat Baskara, 2008 : 103. Serangan Kamikaze ini berlanjut sampai Jepang menyatakan menyerah pada kekuatan Amerika serikat
karena dijatuhi bom atom di dua kota Nagasaki dan Hiroshima.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISIS MAKNA PENGABDIAN DIRI PILOT