Penatalaksanaan HIVAIDS Pencegahan Infeksi HIVAIDS

kepala, sakit tenggorokan, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIVAIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. 2. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIVAIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening sering merupakan gejala yang khas, diare, berat badan menurun, demam, batuk, dan pernafasan dangkal. 3. Fase akhir Pada fase akhir dari infeksi HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Pada saat AIDS timbul, sistem imun akan sangat menurun, yang memungkinkan penderita untuk mendapat infeksi oportunistik. Pada fase ini juga akan timbul gejala-gejala berupa keringat malam, menggigil, demam diatas 38 o C selama beberapa minggu, diare kronis, batuk kering, dan nafas dangkal serta bintik-bintik putih di sekitar lidah dan mulut.

2.1.7 Penatalaksanaan HIVAIDS

Secara umum, penatalaksanaan penderita HIVAIDS terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat anti retroviral ARV. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang. Tidak semua ARV tersedia di Indonesia. b. pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIVAIDS. Universitas Sumatera Utara c. pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan Djoerban dan Djauzi, 2006. HIVAIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang sangat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV obat anti retroviral, disingk at obat ARV bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortilitas dini akibat infeksi HIV Djoerban dan Djauzi, 2006. Terapi anti retroviral gabungan untuk infeksi HIV telah menandai revolusi pengobatan HIV dan AIDS. Pengobatan tersebut, yang biasanya melibatkan dua nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan setidaknya satu inhibitor protease atau satu nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor disebut terapi anti retroviral yang sangat aktif highly active antiretroviral therapy HAART Rubenstein,dkk, 2003.

2.1.8 Pencegahan Infeksi HIVAIDS

Pencegahan AIDS difokuskan pada tiga cara penularan yang utama, yaitu: 1 kontak seksual, 2 penggunaan jarum suntik dan 3 transfusi darah Hutapea, 1995. Pengendalian diri untuk tidak berperilaku resiko tertular virus AIDS adalah kunci pencegahan yang jika dikembangkan secara konsisten akan cukup efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari wabah penularan virus AIDS ini. Pengendalian diri dapat diterapkan melalui tiga cara, yaitu puasa P seks abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks, setia S pada pasangan seks yang sah, artinya tidak berganti-ganti pasangan seks dan penggunaan kondom pada setiap melakukan hubungan seksual yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual PMS Muninjaya, 1999. Saat ini perkembangan vaksin HIV sangat ditekankan. Vaksin digunakan untuk menginduksi imunitas tambahan pada tiap imunitas yang menurun akibat infeksi alamiah pada pasien. Sebagian besar vaksin yang kini tersedia didasarkan Universitas Sumatera Utara pada protein selubung ekstraselular gp 120 atau protein prekusor selubung gp 160. Salah satu faktor yang mungkin membatasi keberhasilan vaksin ini adalah banyaknya jenis protein selubung antara galur HIV berbeda.

2.1.9 Penanggulangan HIVAIDS