Etiologi dan Patogenesis Gejala Klinis HIVAIDS

2.1.5 Etiologi dan Patogenesis

Human Immunodeficiency Virus HIV dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termasuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, dan env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi kemokin oleh makrofag, yang dapat mengaktivasikan sel T, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi HIV yang produktif. Brooks, 2005 Limfosit CD4 merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting Djoerban dan Djauzi, 2006. Virus memasuki sel dengan berikatan pada molekul CD4 dan reseptor kemokin, kemudian bereplikasi dan mengintegrasikan dirinya dengan DNA penjamu. Kemudian terjadi infeksi laten atau produksi virus. Sebanyak 10 10 - 10 11 virion terbentuk setiap hari dengan turnover sel-sel yang terinfeksi oleh HIV. Pada akhirnya, hilangnya sel-sel CD4 secara progresif dan beberapa mekanisme lain akan menyebabkan gangguan fungsi sistem imun Davey, 2002.

2.1.6 Gejala Klinis HIVAIDS

Menurut MFMER 2008, gejala klinis dari HIVAIDS dibagi atas beberapa fase, yaitu: 1. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit Universitas Sumatera Utara kepala, sakit tenggorokan, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIVAIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. 2. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIVAIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening sering merupakan gejala yang khas, diare, berat badan menurun, demam, batuk, dan pernafasan dangkal. 3. Fase akhir Pada fase akhir dari infeksi HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Pada saat AIDS timbul, sistem imun akan sangat menurun, yang memungkinkan penderita untuk mendapat infeksi oportunistik. Pada fase ini juga akan timbul gejala-gejala berupa keringat malam, menggigil, demam diatas 38 o C selama beberapa minggu, diare kronis, batuk kering, dan nafas dangkal serta bintik-bintik putih di sekitar lidah dan mulut.

2.1.7 Penatalaksanaan HIVAIDS