Nicholas Sutrisman : Keabsahan Dalam Transaksi Bisnis Internasional Dengan Digital Signature Melalui Electronic Commerce E-Commerce, 2008.
USU Repository © 2009
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat
perjanjiannya.
g. Asas Kebiasaan
Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang menurut
kebiasaan lazim diikuti.
h. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak
debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu
kontrakperjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus
diperhatikan bagi pembuat kontrakperjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.
Khusus untuk perjanjian jual beli, berdasarkan Pasal. 1457 KUHP, jual beli merupakan suatu persetujuan dengan mana pihak pembeli mengikatkan diri untuk
menyerahkan sejumlah uang dan pihak yang lain mengikatkan diri untuk menyerahkan barang.” Jual beli bersifat konsensuil” arti : jual beli tersebut sudah dianggap terjadi
sejak detik terjadinya kata sepakat antara para pihak dimana pembeli menyepakati pembelian barang dan penjual telah menyepakati harga.”
Nicholas Sutrisman : Keabsahan Dalam Transaksi Bisnis Internasional Dengan Digital Signature Melalui Electronic Commerce E-Commerce, 2008.
USU Repository © 2009
C. Kontrak Menurut Hukum Internasional
Hukum kontrak merupakan bagian hukum privat. Hukum ini memusatkan perhatian pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri self imposed
obligation. Dipandang sebagai hukum privat karena pelanggaran terhadap kewajiban- kewajiban yang ditentukan dalam kontrak, murni menjadi urusan pihak-pihak yang
berkontrak. Kontrak dalam bentuk yang paling klasik, dipandang sebagai ekspresi kebebasan
manusia untuk memilih dan mengadakan perjanjian. Paradigma baru hukum kontrak timbul dari dua dalil di bawah ini :
37
2. setiap perjanjian kontraktual yang diadakan secara bebas adalah adil dan memerlukan
sanksi undang-undang. 1. setiap perjanjian kontraktual yang diadakan adalah sah geoorloofd; dan
Pada abad sembilan belas hukum kontrak klasik secara mendasar terbentuk. Terbentuknya teori ini merupakan reaksi dan kritik terhadap tradisi abad pertengahan
mengenai substantive justice. Para hakim dan sarjana hukum di Inggris dan Amerika Serikat kemudian menolak kepercayaan yang telah berlangsung lama mengenai
justifikasi kewajiban kontraktual yang diderivasi dari inherent justice atau fairnes of an exchange. Mereka kemudian mengatakan bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah
bertemunya kehendak convergence of the wills atau konsensus para pihak yang membuat kontrak.
Pada abad sembilan belas tersebut, para teoretikus hukum kontrak memiliki kecenderungan untuk memperlakukan atau menempatkan pilihan individual individual
37
Khairandi, Ridwan, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak Jakarta: Pascasarjana FH-UI, 2003.hal. 12.