BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan penetapan kadar Natrium diklofenak terlebih dahulu ditentukan perbandingan fase gerak dengan menggunakan metode KCKT melalui
orientasi fase geraknya berupa MeOH : buffer asetat dengan panjang gelombang 273 nm. Orientasi digunakan untuk mengetahui perbandingan fase gerak, laju alir, waktu tambat
dan tekanan kolom yang optimal dengan cara menyuntikkan larutan Natrium diklofenak pada konsentrasi 500 mcg ml sebanyak 20µl ke dalam sistem KCKT dengan
perbandingan fase gerak MeOH : buffer asetat 90:10 dan laju alir yang tetap yaitu 1,4
ml menit diperoleh waktu tambat yaitu 2,6 menit, seperti yang tertera pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak BPFI dengan
konsentrasi 500 mcg ml, fase gerak MeOH : buffer asetat 90:10
Dari Gambar 4.1 lebih lanjut dapat diketahui nilai konsentrasi dan luas area Natrium diklofenak dalam plasma seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Nilai Konsentrasi dan Luas Area Natrium Diklofenak dalam Plasma
Konsentrasi Luas Area
80 12124061 90 15696775
105,6 21238100 120 37170508
Dari Tabel 4.1 lebih lanjut digambarkan kurva baku Natrium Diklifenak seperti yang tertera pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Kurva Baku Natrium Diklofenak
Kadar sampel dapat dihitung menggunakan persamaan rumus berikut Y = 601980,46X-37978506,5 yaitu mensubstitusikan Y dengan luas puncak sampel. Hasil
perhitungan diketahui harga X kadar sampel dapat dilihat pada lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kromatogram dan kurva kalibrasi hasil penyuntikan Natrium diklofenak BPFI di atas, selanjutnya dilakukan penyuntikan dari plasma 6 ekor kelinci
jantan yang mengandung Natrium diklofenak untuk penentuan nilai parameter farmakokinetiknya.
Dari data yang diperoleh pada lampiran 4, maka dapat diketahui nilai konsentrasi rata rata ± SD standard deviasi seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Nilai Konsentrasi Rata-Rata ± SD Standard Deviasi Seluruh Hewan Percobaan Terhadap Waktu
Waktu t jam
Rata-Rata ± SD mcgml
0,25 66,187 ± 0,538
0,5 66,553 ± 0,420
0,75 66,86 ± 0,415
1,25 69,237 ± 3,428
1,5 68,86 ± 4,332
2,5 76,087 ± 2,729
3,5 73,98 ± 2,463
4,5 71,777 ± 3,643
5,5 69,607 ± 2,449
Dari Tabel 4.2 di atas dapat digambarkan konsentrasi rata-rata log c VS waktu
t natrium diklofenak dalam plasma seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi Rata-Rata log c Vs Waktu t Natrium Diklofenak dalam
Plasma
1,74 1,76
1,78 1,8
1,82 1,84
1,86 1,88
1,9 1,92
0,25 0,5
0,75 1,25 1,5
2,5 3,5
4,5 5,5
Waktu t K
o n
s e
n tr
a s
i R a
ta -R
a ta
l o
g
c
Gambar 4.3 Konsentrasi Rata-Rata log c VS Waktu t Natrium Diklofenak dalam Plasma
Dari Tabel 4.2 juga dapat diketahui nilai parameter farmakokinetika natrium
diklofenak dalam plasma pada hasil penelitian dengan menggunakan metode stripe secara komputerisasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata dan Satuan Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak dalam Plasma dengan Menggunakan Metode Stripe Secara
Komputerisasi
Parameter Nilai Penelitian Satuan
K
a
0,963± 0,422 jam
-1
T
maks
2,445 ± 0,343 jam
C
maks
0,0734 ± 3,157x10
-3
mcg L
AUC
0- ∞
2,831 ±0,710 mcg L jam
AUMC
0- ∞
106,022 ± 58,53 mcg Ljam
2
MRT 35,57 ± 9,021
jam
Vd 24,027± 4,197
L K
el
0,030± 6,06x10
-3
jam
-1
t
12
24,323 ± 6,298 jam
CL 0,7030 ± 0,201
L jam
Dari data di atas diperoleh nilai K
a
0,963 ± 0,422 jam
-1
disebabkan karena hewan percobaan berupa 6 ekor kelinci jantan yang diberikan Na-diklofenak secara per oral
harus melewati sistem ELP Efek Lintas Pertama dimana obat akan mengalami metabolisme pada membran usus sebelum mencapai sirkulasi sistemik sehingga jumlah
obat yang dihasilkan lebih sedikit dan obat yang diabsorpsi juga sedikit. Nilai T
maks
yang diperoleh 2,445 ± 0,343 jam dan nilai C
maks
yang diperoleh 0,0734 ± 3,157x10
-3
mcg L
Universitas Sumatera Utara
serta nilai AUC
0- ∞
2,831 ±0,710 mcg L jam dan nilai MRT 35,57 ± 9,021 jam karena untuk mencapai waktu maksimum dibutuhkan waktu yang lama, disebabkan oleh obat
harus mengalami proses metabolisme pada membran usus sebelum mencapai sirkulasi sistemik sehingga waktu yang dibutuhkan obat di dalam tubuh MRT lebih lama serta
keberadaan obat dalam tubuh AUC
0- ∞
semakin sedikit dan konsentrasi maksimum yang
diperoleh juga kecil. Nilai Vd volume distribusi yang diperoleh 24,027± 4,197 L dan nilai K
el
0,030± 6,06x10
-3
jam
-1
disebabkan karena faktor kondisi tubuh hewan percobaan yang tidak memiliki banyak lemak sehingga volume cairan tubuh yang membawa obat di dalam
tubuh menuju ke sirkulasi sistemik lebih banyak dan menyebabkan proses eliminasi yang dihasilkan juga semakin cepat. Nilai t
12
24,323 ± 6,298 jam dan nilai CL klirens 0,7030 ± 0,201 L jam disebabkan karena semakin kecil laju eliminasi maka separuh jumlah
obat dalam tubuh akan semakin besar dan keberadan obat dalam tubuh akan semakin kecil sehingga proses pembuangan nilai klirens akan semakin bertambah besar. Ini
disebabkan kondisi fisiologi hewan percobaan yang tidak memiliki banyak lemak.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN