Pengaruh Kebijakan Pemerintah Dan Pelayanan Kepelabuhan Terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran Di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta

(1)

TESIS

M. AMIN BAKTI

057004013

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(2)

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PELAYANAN

KEPELABUHAN TERHADAP KESELAMATAN

LINGKUNGAN PELAYARAN DI TERMINAL

PELABUHAN I TANJUNG PRIOK

JAKARTA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Sumber dan Lingkungan

Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

M. AMI N BAKTI 0 5 7 0 0 4 0 1 3

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(3)

Judul : PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN

PELAYANAN KEPELABUHAN TERHADAP

KESELAMATAN LINGKUNGAN PELAYARAN DI

TERMINAL I PELABUHAN TANJUNG PRIOK JAKARTA

Nama Mahasiswa : M. Amin Bakti Nomor Pokok : 057004013/[S;

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Syamsul Arifin, SH, MH K e t u a

Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D Anggota

Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Retno Wishiastuti, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

ABSTRAK

Pengaruh Kebijakan Pemerintah Dan Pelayanan Kepelabuhan

Terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran Di Terminal

Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta

Penelitian ini dilakukan berawal dari melihat masalah proses pengaruh kebijakan berlangsung secara terus menerus dan bersifat mekanistis (kebiasaan) dan lambat laun akan membentuk pelayanan kepelabuhan yang ada di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat kecenderungan Pengaruh Kebijakan yang mendukung dan apakah terdapat kecenderungan Pelayanan Kepelabuhan mendukung atau bertahan sehingga tercipta Keselamatan Lingkungan Pelayaran. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Corelasional yang berusaha untuk menemukan hubungan antara Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan. Sedangkan besarnya sampel adalah 32 responden. dengan alat uji regresi liner berganda.

Hasil temuan penelitian di lapangan adalah terdapat kontribusi yang berarti terhadap Kebijakan Pemerintah sebesar 34,60% dengan klasifikasi tingkat hubungan yang sedang, demikian juga kontribusi Pelayanan Kepelabuhan diperoleh hasil sebesar 84,60% dengan klasifikasi tingkat hubungan yang kuat dan selanjutnya kedua variabel Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran diperoleh hasil penelitian sebesar 51,0% dengan klasifikasi tingkat hubungan yang kuat.

Adanya kontribusi yang berarti antara Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran ini tidak terlepas dari faktor kepemimpinan tanggung jawab dan komitmen kerja menjadi motivasi bagi pegawai di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, sesuai hasil penelitian Kebijakan Pemerintah yang dilakukan adalah koordinasi dalam menerima, mendisposisi, mendistribusikan instruksi yang membutuhkan implementasi bentuk kebijakan dan sudah terlaksananya Kebijakan Pemerintah mendukung di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.

Faktor kepemimpinan, tanggung jawab dan komitmen melaksanakan Pelayanan Kepelabuhan positif menjadi motivasi bagi pegawai untuk menciptakan Keselamatan Lingkungan Pelayaran di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.


(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga proposal tesis dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan Terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran” ini disusun untuk melengkapi kewajiban dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mengucapkan terima kasih kepada: Prof. Syamsul Arifin, SH, MH selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Ir. Zulkfili Nasution, M.Sc, Ph.D dan Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan kesungguhan hati telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Akhir kata, semoga penulisan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan September 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Landasan Teori ... 6

1.6. Kerangka Pemikiran ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Kebijakan Pemerintah ... 12

2.2 Organisasi ... 16

2.3 Pelayanan ... 19

2.4 Keselamatan Lingkungan Pelayaran ... 25

2.5 Manajemen Sumber Daya Manusia... 27

2.6 Pelabuhan dan Fungsi Pelabuhan ... 34

2.7 Pelabuhan Sebagai Lahan Usaha dan Tempat Kegiatan Organisasi Keagenan ... 36

2.8 Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 48

3.2 Lokasi Penelitian ... 48

3.3 Rancangan Penelitian ... 49

3.4 Variabel dan Pengukuran ... 49

3.5 Populasi dan Sampel ... 50

3.6 Operasional Variabel ... 50

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.8 Analisa Data ... 53

3.9 Defenisi Variabel... 55

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN HASIL PENELITIAN ... 56

4.1. Gambaran Umum ... 56

4.1.1. Visi dan Misi ... 62

4.1.2. Bidang Usaha ... 63

4.1.3. Kantor Syahbandar ... 64

4.1.4. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 66

4.2. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 79

4.3. Hasil Uji Reliabilitas ... 82


(8)

4.4.1. Uji Normalitas Sebaran ... 83

4.4.2. Analisa Tabel ... 85

4.4.2.1.Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel X1 (Kebijakan Pemerintah) ... 85

4.4.2.2.Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel X2 (Pelayanan Kepelabuhan) ... 90

4.4.2.3.Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel Y (Keselamatan Lingkungan Pelayaran) ... 97

4.5. Pengujian Hipotesis ... 105

4.6. Pembahasan Penelitian... 112

4.7. Keterbatasan Penelitian... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

5.1. Kesimpulan ... 117

5.2. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Jumlah Perijinan SIB / SPB Tahun 2010 ... 58

2 Jumlah Kapal Masuk Tahun 2010 ... 59

3 Jumlah Kapal Keluar Tahun 2010 59 4 Jumlah Kegiatan Penumpang Tarun/Naik Pelabuhan Tanjung Priok, Tahun 2010 ... 60

5 Validitas Kebijakan Pemerintah (X1) ... 80

6 Validitas Angket Pelayanan Kepelabuhan (X2) ... 81

7 Validitas Angket Keselamatan Lingkungan Pelayanan (Y) 82 8 Validitas Angket Dengan RESET Test 84 9 Kebijakan Pemerintah Yang Mengikat Aparatur 85 10 Kebijakan Pemerintah Yang Mengikat Organisasi 86 11 Kebijakan Pemerintah Yang Tertulis ... 87

12 Kebijakan Pemerintah Yang Mengingkat Masyarakat 88 13 Kebijakan Pemerintah Yang Mengikat Aparatur Organisasi ... 89

14 Mutu Disain dan Kecocokan Pada Pelayanan Kepelabuhan 91 15 Kualitas Yang Diharapkan dari Pelayanan Kepelabuhan 92 16 Kualitas Yang Tersedia Pada Pelayanan Kepelabuhan 93 17 Transport Laut Dalam Pelayanan Kepelabuhan 94 18 Kebijakan Operasional Pelayanan Kepelabuhan 95 19 Komunikasi Pelayanan Kepelabuhan ... 96

20 Sarana dan Prasarana Keselamatan Lingkungan Pelayaran Kepelabuhan ... 97

21 Kebijaksanaan Operasional Keselamatan Lingkungan Pelayaran Kepelabuhan ... 98

22 Komunikasi Keselamatan Lingkungan Pelayaran Kepelabuhan ... 99

23 Faktor Alam Keselamatan Lingkungan Pelayaran Kepelabuhan... 100

24 Skill Keselamatan Lingkungan Pelayaran Kepelabuhan ... 101

25 Kerjasama Dalam Keselamatan Lingkungan Pelayaran Kepelabuhan ... 102

26 Efektivitas Dalam Keselamatan Lingkungan Pelayaran Kepelabuhan ... 103

27 Korelasi Antar Variabel X1 Y 105 28 Model Summary ... 126

29 Coeffiseints ... 107

30 Korelasi Antar Variabel X2 Dengan Y ... 107

31 Model Summary ... 108

32 Coeffisients ... 109

33 Korelasi Antar Variabel Xtotal Dengan Ytotal ... 110

34 Model Summary ... 111


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Pelabuhan Tanjung Priok ... 57 2. Struktur Kantor Syahbandar Kelas Utama


(11)

ABSTRAK

Pengaruh Kebijakan Pemerintah Dan Pelayanan Kepelabuhan

Terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran Di Terminal

Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta

Penelitian ini dilakukan berawal dari melihat masalah proses pengaruh kebijakan berlangsung secara terus menerus dan bersifat mekanistis (kebiasaan) dan lambat laun akan membentuk pelayanan kepelabuhan yang ada di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat kecenderungan Pengaruh Kebijakan yang mendukung dan apakah terdapat kecenderungan Pelayanan Kepelabuhan mendukung atau bertahan sehingga tercipta Keselamatan Lingkungan Pelayaran. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Corelasional yang berusaha untuk menemukan hubungan antara Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan. Sedangkan besarnya sampel adalah 32 responden. dengan alat uji regresi liner berganda.

Hasil temuan penelitian di lapangan adalah terdapat kontribusi yang berarti terhadap Kebijakan Pemerintah sebesar 34,60% dengan klasifikasi tingkat hubungan yang sedang, demikian juga kontribusi Pelayanan Kepelabuhan diperoleh hasil sebesar 84,60% dengan klasifikasi tingkat hubungan yang kuat dan selanjutnya kedua variabel Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran diperoleh hasil penelitian sebesar 51,0% dengan klasifikasi tingkat hubungan yang kuat.

Adanya kontribusi yang berarti antara Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan terhadap Keselamatan Lingkungan Pelayaran ini tidak terlepas dari faktor kepemimpinan tanggung jawab dan komitmen kerja menjadi motivasi bagi pegawai di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, sesuai hasil penelitian Kebijakan Pemerintah yang dilakukan adalah koordinasi dalam menerima, mendisposisi, mendistribusikan instruksi yang membutuhkan implementasi bentuk kebijakan dan sudah terlaksananya Kebijakan Pemerintah mendukung di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.

Faktor kepemimpinan, tanggung jawab dan komitmen melaksanakan Pelayanan Kepelabuhan positif menjadi motivasi bagi pegawai untuk menciptakan Keselamatan Lingkungan Pelayaran di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis bagi wawasan nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang tujuan persatuan dan kesatuan nasional.

Pelayaran atau angkutan laut merupakan bagian dari transportasi yang tidak dapat dipisahkan dengan bagian dari sarana transportasi lainnya dengan kemampuan untuk menghadapi perubahan ke depan, mempunyai karakteristik karena mampu melakukan pengangkutan secara massal. Dapat menghubungkan dan menjangkau wilayah satu dengan yang lainnya melalui perairan, sehingga mempunyai potensi kuat untuk dikembangkan dan peranannya baik nasional maupun internasional sehingga mampu mendorong dan menunjang pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan mandat Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945.

Namun demikian sistem keselamatan dan keamanan menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dan sebagai dasar dan tolok ukur bagi pengambilan keputusan dalam menentukan kelayakan dalam pelayaran baik dilihat dari sisi sarana berupa kapal maupun prasarana seperti sistem navigasi maupun sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Banyak contoh kasus terjadinya kecelakaan laut yang disebabkan dilanggarnya standar keamanan yang


(13)

ada dan dalam hal ini lembaga yang khusus menangani keselamatan di bidang pelayaran adalah Direktorat Keselamatan Penjagaan Laut Pantai atau biasa disingkat KPLP Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Tugas pokok dari Direktorat KPLP Ditjen Perhubungan Laut sesuai dengan Keputusan Menteri No.KM.24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan antara lain :

1. Melaksanakan perumusan kebijakan

2. Bimbingan teknis dan evalusi di bidang pengamanan 3. Patroli, penanggulangan musibah dan pencemaran 4. Tertib Perairan dan pelabuhan

5. Salvage dan pekerjaan bawah air serta sarana penjagaan dan penyelamatan

Dari berbagai jenis tugas dan pekerjaan yang berkaitan dengan penjagaan dan penyelamatan di laut sangat didominasi pada masalah kemampuan sumber daya manusia yang didukung oleh sarana teknologi pelayaran, sehingga telah mendorong pemerintah melakukan berbagai kebijakan dalam mengatur masalah pelayaran atas sistem angkutan laut berstandar internasional oleh karena kondisi peraturan yang sekarang perlu dilakukan perbaikan sesuai dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, perangkat modern serta sistem navigasi lebih maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kelancaran dalam sistem angkutan laut, apalagi jika dikaitkan dengan masyarakat pengguna jasa laut masih relatif besar (massal) yang menghubungkan daerah kepulauan yang satu dengan


(14)

lainnya. Namun demikian berbagai kebijakan dan peraturan yang dibuat jika tidak didukung pelayanan yang baik tentunya akan mengkhawatirkan mengenai keselamatan di bidang pelayaran, baik bagi nakhoda, awak kapal penumpang, maupun alat transportasinya.

Berbagai masalah kehidupan tentang pelayaran menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian dan kajian berkaitan dengan penyusunan tesis. Hal-hal krusial yang menarik untuk dikaji dengan harapan hasil penelitian dapat digunakan atau minimal sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan atau keputusan yang berkaitan dengan pelayaran atau angkutan laut yang aman.

Selain permasalahan kebijakan tentang keselamatan dan keamanan pelayaran sebagai lembaga pelayanan publik, tentunya kualitas pelayanan kepada pihak-pihak terkait khususnya pelayanan di bidang kepelabuhanan sangat berpengaruh terhadap Keselamatan Pelayaran. Pelayaran di bidang Kepelabuhanan menjadi salah satu hal yang menarik untuk dibahas dan dilakukan kajian oleh karena faktor kepentingan keselamatan pelayaran.

Pelayanan kepelabuhanan yang harus dilakukan oleh setiap pegawai khususnya di lingkungan Direktorat KPLP merupakan hal yang sangat penting karena tidak hanya menyangkut keamanan, namun terlebih lagi masalah keselamatan jiwa bagi pengguna jasa angkutan atau pelayaran. Pelayaran dalam hal waktu kerja maupun kedisiplinan dalam hal pengaturan-pengaturan yang berkaitan dengan masalah angkutan, baik angkutan barang maupun penumpang sesuai dengan konvnesi Internasional di bidang pelayaran (IMD). Untuk itu


(15)

kebijakan Pemerintah harus dijalankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan didukung oleh loyalitas tentunya akan mendorong hasil yang diinginkan baik oleh Pemerintah sendiri sebagai regulator maupun demi keselamatan para penumpang dan barang.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang biasa timbul berkaitan dengan pelayaran atau sistem angkutan di Indonesia antara lain wilayah perairan, kebijakan pemerintah keamanan dan keselamatan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, kemajuan teknologi, pemeliharaan kapal, navigasi dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan dan kajian sementara terhadap permasalahan yang ada, penulis mencoba melakukan identifikasi dengan memfokuskan pada masalah kebijakan pemerintah di bidang pelayaran serta dari sisi pelayanan kepelabuhanan.

Oleh karenanya, berkaitan dengan kebijakan Pemerintah, Pelayanan Kepelabuhanan serta Keselamatan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perhubungan Laut, dapat penulis rumuskan sebagai berikut :

1. Sejauh mana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla ?

2. Bagaimana pelayanan kepelabuhanan yang dilakukan saat ini dapat berpengaruh terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla ?


(16)

3. Apakah kebijakan pemerintah dan pelayanan kepelabuhanan secara bersama-sama berpengaruh terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut untuk mengetahui :

1. Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.

1. Pengaruh pelayanan kepelabuhanan yang dilakukan saat ini terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.

2. Pengaruh kebijakan pemerintah dan pelayanan kepelabuhanan secara bersama-sama terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pimpinan di lingkungan Direktorat KPLP atau di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dalam menyusun atau membuat berbagai kebijakan tentang keselamatan lingkungan pelayaran di Indonesia, selain tentunya juga masalah SDM khususnya tentang Pelayanan yang diterapkan.


(17)

2. Memberikan informasi dan gambaran kepada pihak yang membutuhkan jasa angkutan laut/pelayaran serta bagi pembaca dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor yang mempengaruhi keselamatan lingkungan pelayaran.

1.5. Landasan Teori

1.5.1. Kebijakan Pemerintah

Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat terbagi 2 ( dua) yaitu :

1. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.

2. Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum. Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.

Pengertian kebijakan pemerintah sama dengan kebijaksanaan berbagai bentuk seperti misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri (Kepmen) dan lain-lain. Sedangkan jika kebijakan pemerintah tersebut dibuat oleh Pemerintah Daerah akan melahirkan Surat Keputusan (SK), Peraturan Daerah (Perda) dan lain-lain.

Dalam penyusunan kebijaksanaan/kebijakan mengacu pada hal-hal berikut :

1. Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.


(18)

3. Berorientasi ke masa depan.

4. Berpedoman kepada kepentingan umum. 5. Jelas dan tepat serta transparan.

6. Dirumuskan secara tertulis.

1.5.2. Organisasi

Organisasi sebagai suatu aktivitas atau sebagai suatu proses yang menentukan hubungan antara orang, pekerjaan dan sumber-sumber. Pimpinan bertanggung-jawab mempersiapkan semua komponen tersebut untuk mencapai hasil yang diharapkan secara efisien. Istilah organisasi sering juga dipakai di bidang bisnis dan pemerintah misalnya teori organisasi dan bagan atau struktur organisasi. Tujuan organisasi, pada dasarnya adalah memberikan tugas yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing orang dan menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir menurut suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu sendiri bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Gibson, (1994) mendefinisikan organisasi sebagai: “Kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan”. Kemudian pendapat Harold (1989) tentang organisasi adalah sebagai berikut : Organisasi adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang perlu untuk mencapai tujuan, penugasan masing-masing kelompok kepada seorang manajer dengan wewenang yang perlu untuk mengawasinya, dan


(19)

pengadaan koordinasi horizontal dan vertikal dalam struktur perusahaan. Dari pengertian yang diberikan oleh Harold di atas, pengorganisasian adalah merupakan pembinaan dari pada hubungan wewenang untuk mencapai adanya “koordinasi” yang terstruktur, baik secara vertikal maupun secara horizontal, di antara posisi-posisi yang diserahi tugas-tugas tertentu untuk pencapaian tujuan organisasi.

1.5.3. Pelayanan

Tujuan akhir dari seluruh penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan atau instansi pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya kontrak sosial atas pembentukan sebuah negara/pemerintahan, bahwa negara dibentuk karena adanya kehendak masyarakat agar pemerintah dapat menyelenggarakan memenuhi kebutuhan masyarakat (pelayanan) yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.

Menurut Moenir (2002), pengertian pelayanan adalah: “Kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung, inilah yang dinamakan pelayanan”. Sejalan dengan pendapat di atas, Lovelock (Hutagalung, 2007) menyebutkan bahwa: ‘Pelayanan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk manusia dalam rangka memberi kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan sehingga membuat jadi puas’.


(20)

Selanjutnya, Trilestari (2006) menyatakan bahwa: “Pelayanan adalah aktivitas/manfaat yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen atau dalam bisnis sering disebut customer (yang dilayani) yang bersifat tidak terwujud dan tidak dapat dimiliki”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan oleh seseorang atau organisasi kepada orang atau organisasi lain sehingga pihak yang dilayani memperoleh kepuasan atas pelayanan yang diterima baik secara fisik maupun non fisik.

1.5.4. Keselamatan Lingkungan Pelayaran

Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang pelayaran

Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 32 menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hokum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.


(21)

Keselamatan pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional yang mengurus atau menangani hal-hal yang terkait dengan keselamatan jiwa, harta laut, serta kelestarian lingkungan. Lembaga tersebut dinamakan International Maritime Organization (IMO) yang bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah keterampilan, keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat transportasi (kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu kapal dan betapapun canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan yang ditempatkan di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak mempunyai keterampilan/keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka semua akan sia-sia. Dalam kenyataannya 80% dari kecelakaan di laut adalah akibat kesalahan manusia (human error).

Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan sesuai untuk melakukan tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya dengan mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang yang bekerja atau diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya.


(22)

1.5.5. Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan kunci bagi kelangsungan aktivitas organisasi, karena pada hakekatnya organisasi adalah kumpulan dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Soedjadi (1993), kata kunci sumber daya manusia terletak pada kata “daya” atau “energi”, yaitu kekuatan yang melekat pada manusia yang mempunyai kompetensi untuk membangun. Kualitas Sumber daya manusia umumnya diukur dari tingkat pendidikan, kompentensi, serta skill yang dimiliki. Unsur-unsur manajemen ada enam, yaitu man, money, method, machines, materials, market atau dikenal dengan “the six M”. Dari keenam unsur tersebut, unsur

man (manusia) menjadi sangat penting sehingga dipelajari secara tersendiri dalam satu bidang ilmu yaitu dalam ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia. Pentingnya unsur man ini disebabkan karena man-lah yang akan mengatur unsur-unsur lainnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Oleh karena unsur manusia dipandang sangat bernilai bagi sebuah organisasi, maka berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari


(23)

1.6. Kerangka Pemikiran

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang sekaligus beberapa teori yang mendasari pengaruh antara variable bebas kebijakan pemerintah dan pelayanan pelayaran dengan variable terikat berupa keselamatan pelayaran, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran berikut ini.

Kebijakan Pemerintah (X1)

Pelayanan Kepelabuhan

(X2)

Keselamatan Lingkungan Pelayaran


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Pemerintah

Pengertian kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atau atas dasar kebijakan yang bersifat luas. Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum (Anonimous, 1992).

Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat terbagi 2 (dua) yaitu :

1. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.

2. Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum. Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.

Pengertian kebijakan pemerintah sama dengan kebijaksanaan berbagai bentuk seperti misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri (Kepmen) dan lain-lain. Sedangkan jika kebijakan pemerintah tersebut dibuat oleh Pemerintah Daerah akan melahirkan Surat Keputusan (SK), Peraturan Daerah (Perda) dan lain-lain.


(25)

Dalam penyusunan kebijaksanaan/kebijakan mengacu pada hal-hal berikut :

1. Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.

2. Konsistensi dengan kebijaksanaan yang lain yang berlaku. 3. Berorientasi ke masa depan.

4. Berpedoman kepada kepentingan umum. 5. Jelas dan tepat serta transparan.

6. Dirumuskan secara tertulis.

Sedangkan kebijakan atau kebijaksanaan pemerintah mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

a. Kebijakan Nasional

Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk mencapai tujuan nasional/negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan Presiden bersama-sama dengan DPR.

Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa :

1) UUD 1945 2) Ketetapan MPR 3) Undang-Undang

4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dibuat oleh Presiden dalam hal kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.


(26)

b. Kebijaksanaan Umum

Kebijaksanaan yang dilakukan oleh Presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh berupa penggarisan ketentuan-ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, Ketetapan MPR maupun Undang-Undang guna mencapai tujuan nasional.

Penetapan kebijaksanaan umum merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan bentuk kebijaksanaan umum tersebut adalah tertulis berupa peraturan perundang-undangan seperti halnya Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Kepres) serta Instruksi Presiden (Inpres).

Sedangkan kebijaksanaan pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan penjabaran dari kebijakan umum serta strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang tertentu. Penetapan kebijaksanaan pelaksanaan terletak pada para pembantu Presiden yaitu para Menteri atau pejabat lain setingkat dengan Menteri dan Pimpinan LPND sesuai dengan kebijaksanaan pada tingkat atasnya serta perundang-undangan berupa Peraturan, Keputusan atau Instruksi Pejabat tersebut (Menteri/Pejabat LPND).

c. Strategi Kebijakan

Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota berupa Surat Keputusan yang mengatur tatalaksana kerja dan segala sesuatu yang berhubungan dengan


(27)

Sumber Daya Manusia. Pengertian strategi merupakan serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.

2.2. Organisasi

Organisasi sebagai suatu aktivitas atau sebagai suatu proses yang menentukan hubungan antara orang, pekerjaan dan sumber-sumber. Pimpinan bertanggung-jawab mempersiapkan semua komponen tersebut untuk mencapai hasil yang diharapkan secara efisien. Istilah organisasi sering juga dipakai di bidang bisnis dan pemerintah misalnya teori organisasi dan bagan atau struktur organisasi. Tujuan organisasi, pada dasarnya adalah memberikan tugas yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing orang dan menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir menurut suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu sendiri bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Gibson, (1994) mendefinisikan organisasi sebagai: “Kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan”. Kemudian pendapat Harold (1989) tentang organisasi adalah sebagai berikut : Organisasi adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang perlu untuk mencapai tujuan, penugasan masing-masing kelompok kepada seorang manajer dengan wewenang yang perlu untuk mengawasinya, dan


(28)

pengadaan koordinasi horizontal dan vertikal dalam struktur perusahaan. Dari pengertian yang diberikan oleh Harold di atas, pengorganisasian adalah merupakan pembinaan dari pada hubungan wewenang untuk mencapai adanya “koordinasi” yang terstruktur, baik secara vertikal maupun secara horizontal, di antara posisi-posisi yang diserahi tugas-tugas tertentu untuk pencapaian tujuan organisasi.

Dengan demikian masing-masing definisi yang dikemukakan para ahli ini mempunyai penekanan yang berbeda. Namun maksud dan tujuan yang terkandung di dalam semua bersumber pada suatu titik tumpuan yang menunjukkan proses pengaturan kegiatan yang dibutuhkan untuk merealisasikan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui penggunaan manusia maupun alat-alat tertentu atau tenaga produksi lainnya.

Dari defenisi-defenisi di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari organisasi adalah :

1. Adanya kelompok atau himpunan orang-orang 2. Adanya maksud untuk kerja sama.

3. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

Beberapa hal yang menonjol dari pengertian organisasi yang diberikan yang diberikan di atas adalah sebagai berikut :

1. Organisasi dalam arti badan adalah kelompok orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.


(29)

2. Organisasi dalam arti bagan adalah gambaran-gambaran secara skematis tentang hubungan kerja sama orang-orang yang terdapat dalam suatu badan dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.

Kemudian unsur-unsur organisasi menurut Nawawi (2005) adalah sebagai berikut :

1. Manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih.

2. Filsafat yang merupakan dasar organisasi dan norma-norma prilaku. 3. Proses merupakan rangkaian kegiatan bersama atau kerja sama.

4. Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai baik material/finansial maupun non material/non finansial.

Selanjutnya organisasi pemerintahan berbeda dengan organisasi, karena organisasi pemerintah memiliki tiga hal penting yang merupakan wewenangnya yaitu sebagai berikut :

1. Bila organisasi lain tidak diperkenankan membunuh orang dan bahkan dapat dituntut, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut hukum mati.

2. Bila organisasi lain tidak diperkenankan mengurung orang walaupun dalam waktu yang sangat singkat, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut dengan penjara atau lembaga pemasyarakatan.


(30)

3. Bila organisasi lain tidak diperkenankan memungut uang dengan paksa tanpa alasan yang jelas karena pemberian jasa tertentu, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut dengan pajak (Syafiie, 2004) Ketentuan pokok kelembagaan pemerintah yang menjadi topik bahasan adalah menyangkut mekanisme, bentuk, dan susunan kelembagaan daerah beserta prangkatnya. Ketentuan tersebut terdapat dalam UU No. 22Tahun 1999 dan PP No. 84 Tahun 2000.

2.3. Pelayanan

Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada dua jenis, yaitu pelayanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi, baik itu organisasi massa atau negara.

Tujuan akhir dari seluruh penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan atau instansi pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya kontrak sosial atas pembentukan sebuah negara/pemerintahan, bahwa negara dibentuk karena adanya kehendak masyarakat agar pemerintah dapat menyelenggarakan memenuhi kebutuhan masyarakat (pelayanan) yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.


(31)

Menurut Moenir (2002), pengertian pelayanan adalah: “Kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung, inilah yang dinamakan pelayanan”. Sejalan dengan pendapat di atas, Lovelock (Hutagalung, 2007) menyebutkan bahwa: ‘Pelayanan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk manusia dalam rangka memberi kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan sehingga membuat jadi puas’.

Selanjutnya, Trilestari (2006) menyatakan bahwa: “Pelayanan adalah aktivitas/manfaat yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen atau dalam bisnis sering disebut customer (yang dilayani) yang bersifat tidak terwujud dan tidak dapat dimiliki”.

Selanjutnya, Poerwadarminta (2003) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan adalah: “…perbuatan (cara, hal, dan sebagainya atau melayani, misalnya pelayanan cepat dan memuaskan) dan (pelayanan) perlakuan”.

Sedangkan menurut Suparlan (Nuryani, 2006), bahwa pelayanan adalah: ‘usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik materi maupun non-materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri’.

Selanjutnya pengertian pelayanan menurut Ramli (Nuryani, 2006) adalah sebagai berikut : Pengabdian serta pelayanan kepada masyarakat, usaha


(32)

dijalankan dan pelayanan diberikan dengan memegang teguh syarat-syarat efisiensi, efektivitas, ekonomis serta manajemen yang baik dalam pelayanan kepada masyarakat dengan baik dan memuaskan.

Kotler (1996) memberikan batasan tentang definisi pelayanan sebagai berikut : A service is any action performance that one party can be offered to another is essentially intangible and does not resulting the ownership anything. It’s production major may not be tried to a physical product.

Kotler berpandangan bahwa pada hakikatnya pelayanan merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain dimana sifatnya tidak terwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan atas sesuatu. Produk jasa ini dapat berhubungan dengan produk fisik maupun non fisik.

Sedangkan pengertian pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 adalah: “Segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik di Pusat, di Daerah, di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan oleh seseorang atau organisasi kepada orang atau organisasi lain sehingga pihak yang dilayani memperoleh kepuasan atas pelayanan yang diterima baik secara fisik maupun non fisik.


(33)

Menurut Gasperzs (Hutagalung, 2007) pelayanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pelayanan merupakan output tak berbentuk (Intangible output); b. Pelayanan merupakan output variabel, tidak standar;

c. Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventory, tetapi dapat dikonsumsi dalam produksi;

d. Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui proses pelayanan;

e. Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan;

f. Keterampilan personil “diserahkan” atau diberikan secara langsung kepada pelanggan;

g. Pelayanan tidak dapat diproduksi secara masal;

h. Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang memberikan pelayanan;

i. Perusahaan jasa pada umumnya bersifat padat karya; j. Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan; k. Pengukuran efektivitas bersifat subyektif;

l. Pengendalian kualitas terutama dibatasi pada pengendalian proses; m. Option penetapan harga adalah rumit.

Selanjutnya, Nisjar (Hutagalung, 2007) mengemukakan bahwa karakteristik yang harus dimiliki oleh penyelenggara pelayanan adalah:


(34)

1) Prosedur pelayanan harus mudah dimengerti dan mudah dilaksanakan sehingga terhindar dari prosedur birokratik yang sangat berlebihan dan berbelit-belit;

2) Pelayanan diberikan secara jelas dan pasti, sehingga ada suatu kejelasan dan kepastian bagi pelanggannya dalam menerima pelayanan tersebut; 3) Pemberian pelayanan senantiasa diusahakan agar pelayanan tersebut

dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien;

4) Dalam memberikan pelayanan senantiasa mempertahankan kecepatan dan ketepatan waktu yang sudah efisien;

5) Pelanggan setiap saat dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan pelayanan secara terbuka.

6) Pada akhirnya dalam berbagai kegiatan pelayanan baik teknis maupun administrasi, pelanggan selalu diperlakukan dengan motto: “Customer is King and Customer is Always Right” (Pelanggan adalah raja, dan pelanggan selalu benar).

Agar pelayanan dapat memuaskan orang atau kelompok orang lain yang dilayani, maka pelaku yang bertugas melayani harus memenuhi empat kriteria :

1. Responsivitas, berkaitan dengan kecepatan tanggapan yang dilakukan oleh aparatur terhadap kebutuhan masyarakat. Jika kecepatan tanggap yang diberikan oleh petugas tidak optimal, maka akan menjadi preseden buruk bagi masyarakat, karena akan timbul persepsi negatif terhadap kelambatan, yang berakibat pada keengganan masyarakat untuk berhubungan, yang berakibat pada keengganan masyarakat untuk


(35)

berhubungan dengan birokrasi publik. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, maka akan sulit birokrasi publik untuk merealissasi visi dan misinya dalam mewujudkan tertib pelayanan.

2. Kesopanan, berkaitan dengan keramahan yang ditampilkan oleh aparatur dalam proses pemberian pelayanan publik, dimana faktor ini secara tidak langsung memberikan iklim organisasi yang sejuk dan kondusif ketika proses pemberian pelayanan berlangsung.

3. Akses, berkaitan dengan kesediaan aparatur untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara merata tanpa adanya sikap diskrimanatif, karena jika kondisi ini berlangsung, maka akan ada kesenjangan atau gap dalam pemberian pelayanan, sehingga pemerataan pelayanan tidak akan tercapai dan berdampak rendahnya kualitas layanan.

4. Komunikasi, berkaitan dengan kelancaran hubungan verbal maupun fisik antara aparatur dan pengguna jasa (masyarakat) dalam proses pemberian pelayanan. Kelancaran hubungan ini secara otomatis memberikan kesempatan bagi kecepatan pemberian layanan secara berkualitas, sesuai dengan harapan para pengguna jasa maupun misi dari birokrat publik (Tingkilisan, 2005).

Pelayanan kepelabuhan terhadap pelanggan memegang peranan yang sangat penting. Pelayanan tersebut merupakan nilai tambah terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Dalam persaingan


(36)

bisnis saat ini, faktor harga bukan lagi merupakan satu-satunya penentu minat pasar untuk menggunakan jasa, tetapi kualitas dari jasa serta kualitas pelayanan perusahaan juga menjadi minat pasar terhadap suatu jasa.

Orientasi pemasaran modern saat ini tidak lagi terbatas untuk mencari laba yang sebanyak-banyaknya (profit oriented) tetapi bagaimana mampu secara terpadu dengan berbagai departemen yang ada, secara terkoordinasi berusaha untuk dapat memuaskan konsumen atau pelanggan (customer satisfaction). Hal ini sesuai dengan pendapat Nangoi (1997), bahwa konsep dan praktek marketing telah bergeser dari orientasi penjualan/sales dan produk ke orientasi konsumen.

Dengan demikian jasa pelayanan merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh sebuah lembaga baik pemerintah maupun swasta, dimana tingkat pelayanan yang dilakukan menggambarkan kinerja baik secara individu maupun kelembagaan.

2.4. Keselamatan Lingkungan Pelayaran

Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang pelayaran

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian pemerintah dan pebisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pemeliharaan kebijakan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Mahruzar, 2003).


(37)

Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 32 menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hokum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.

Keselamatan pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional yang mengurus atau menangani hal-hal yang terkait dengan keselamatan jiwa, harta laut, serta kelestarian lingkungan. Lembaga tersebut dinamakan International Maritime Organization (IMO) yang bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah keterampilan, keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat transportasi (kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu kapal dan betapapun canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan yang ditempatkan di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak mempunyai keterampilan/keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka semua akan sia-sia. Dalam kenyataannya 80% dari kecelakaan di laut adalah akibat kesalahan manusia (human error).


(38)

Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan sesuai untuk melakukan tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya dengan mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang yang bekerja atau diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya.

2.5. Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan kunci bagi kelangsungan aktivitas organisasi, karena pada hakekatnya organisasi adalah kumpulan dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Soedjadi (1993), kata kunci sumber daya manusia terletak pada kata “daya” atau “energi”, yaitu kekuatan yang melekat pada manusia yang mempunyai kompetensi untuk membangun. Kualitas Sumber daya manusia umumnya diukur dari tingkat pendidikan, kompentensi, serta skill yang dimiliki. Unsur-unsur manajemen ada enam, yaitu man, money, method, machines, materials, market atau dikenal dengan “the six M”. Dari keenam unsur tersebut, unsur man (manusia) menjadi sangat penting sehingga dipelajari secara tersendiri dalam satu bidang ilmu yaitu dalam ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia. Pentingnya unsur man ini


(39)

disebabkan karena man-lah yang akan mengatur unsur-unsur lainnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Oleh karena unsur manusia dipandang sangat bernilai bagi sebuah organisasi, maka berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari man power management (Hasibuan, 2007).

Nawawi (2000) menyatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan serangkaian keputusan untuk mengelola sistem kepegawaian (calon pegawai, pegawai dan pensiunan) secara optimal mulai dari rekruitmen, seleksi, penempatan, pemeliharaan (kompensasi dan kesejahteraan) dan pengembangan (karir, pendidikan dan pelatihan) serta terminasi, untuk mencapai tujuan organisasi Pemerintah Daerah (memelihara dan meningkatkan kinerja).

Selanjutnya, Armstrong (2007) menyatakan bahwa Manajemen sumber daya manusia adalah suatu pendekatan terhadap manajemen manusia, yang berdasarkan empat prinsip dasar, yaitu:

a) Sumber daya manusia adalah harta yang paling penting yang dimiliki oleh suatu organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut;

b) Keberhasilan ini sangat mungkin dicapai jika peraturan atau kebijakan dan prosedur yang bertalian dengan manusia dari perusahaan tersebut saling berhubungan, dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan perencanaan strategis;


(40)

c) Kultur dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian yang terbaik. Karena itu, kultur ini harus ditegakkan yang berarti bahwa nilai organisasi mungkin perlu diubah atau ditegakkan dan upaya yang terus menerus mulai dari puncak, sangat diperlukan agar kultur tersebut dapat diterima dan dipatuhi;

d) Manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan integrasi menjadikan semua anggota organisasi tersebut terlibat dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa: “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek ‘manusia’ atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian”.

Ada beberapa ahli yang menyebut Manajemen Sumber Daya Manusia dengan istilah manajemen kepegawaian atau manajemen personalia atau dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan dengan istilah personnel management.

Persamaan antara Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Kepegawaian atau manajemen personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur manusia dalam suatu organisasi agar mendukung perwujudan tujuan organisasi. Sedangkan perbedaan antara keduanya menurut Hasibuan (2007) adalah:


(41)

a) Manajemen Sumber Daya Manusia dikaji secara makro, sedangkan manajemen personalia dikaji secara mikro;

b) Manajemen Sumber Daya Manusia menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi sehingga harus dipelihara dengan baik, sedangkan manajemen personalia memandang pegawai sebagai faktor produksi yang harus dimanfaatkan secara produktif; dan

c) Manajemen Sumber Daya Manusia pendekatannya secara modern, sedangkan manajemen personalia pendekatannya secara klasik.

Mengenai perbedaan antara Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Kepegawaian atau manajemen personalia juga dijelaskan oleh Gomes (Sulistiyani dan Rosidah, 2003) bahwa: Pergantian istilah dari manajemen personalia ke Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu gerakan yang mencerminkan pengakuan adanya peranan vital dan semakin pentingnya sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya manusia secara efektif, serta terjadinya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan profesionalisme di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.

Manajemen Sumber Daya Manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan terhadap sumber daya manusia. Sedangkan manajemen personalia lebih banyak berkaitan dengan sumber daya manusia yang berada dalam perusahaan-perusahaan, mempelajari dan mengembangkan cara-cara agar manusia dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam berbagai unit organisasi guna mencapai tujuan-tujuannya.


(42)

Kiggundu (Sulistiyani dan Rosidah, 2003), memberikan penjelasan bahwa: ‘Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran individu, organisasi, masyarakat, bangsa dan internasional yang efektif’. Sedangkan Flippo (Handoko, 1997) menyatakan bahwa: Manajemen personalia adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat’.

Sedangkan Nawawi (2000) menyatakan bahwa : Manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi merupakan serangkaian keputusan untuk mengelola hubungan pegawai secara optimal mulai dari rekrutmen, seleksi, penempatan pemeliharaan dan pengembangan serta terminasi dengan menggunakan instrumen/faktor standar komptensi jabatan dan tingkat kompetensi pegawai secara terpadu untuk mencapai tujuan organisasi Pemerintah Daerah.

Seperti halnya dalam pengertian manajemen yang mempunyai fungsi-fungsi manajemen, maka dalam Manajemen Sumber Daya Manusia juga ada fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan agar tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia dapat terwujud dengan baik. Hasibuan (2007) merumuskan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi: Perencanaan, Pengorganisasian,


(43)

Pengarahan, Pengendalian, Pengadaan, Pengembangan, Kompensasi, Pengintegrasian, Pemeliharaan, Kedisiplinan dan Pemberhentian

Menurut Yoder (Hasibuan, 2007) membagi fungsi MSDM antara lain: a) Staffing, yang terdiri dari: recruitment, selection, promotion, placement; b) Employee, development and training;

c) Labour relation;

d) Wage and salary administration; e) Employee, benefit and service; dan

f) Research including the merriment of record.

Dari berbagai fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut, ada 3 (tiga) fungsi yang dapat disebut sebagai fungsi utama dari fungsi manajemen, yaitu (1) fungsi rekrutmen; (2) fungsi pengembangan; dan (3) fungsi pensiun. Fungsi rekrutmen bertujuan mencari pegawai yang potensial untuk masuk ke dalam organisasi, fungsi pengembangan bertujuan meningkatkan kemampuan atau kompetensi pegawai yang sudah ada dan fungsi pensiun bertujuan memberikan jaminan setelah pegawai tidak bekerja lagi dalam organisasi.

Paradigma manusia sebagai sumber daya adalah, di satu sisi sumber daya manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar menjadi sumber daya yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia menjadi obyek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain, sumber daya manusia menjadi obyek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain, sumber daya manusia yang berkualitas merupakan subjek atau aset utama dalam proses pengembangan organisasi yang berperan memanajemen dan memberdayakan sumber daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya manusia itu sendiri.


(44)

Menurut Plunkett & Attner dalam Lako (2004), konsep sumber daya manusia menempatkan karyawan the most valuable resource yang berperan untuk merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan, dan mengendalikan organisasi beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.

Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya manusia dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok sumber daya manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami filosofi, visi, tujuan dan budaya organisasi. Sementara organisasi belajar untuk memahami karakteristik sumber daya manusia, mengembangkan dan mendayagunakan, memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan danpenghargaan yang pantas kepada individu atau kelompok sumber daya manusia sesuai dengan kinerjanya (Loka, 2004).

Flippo (1985) dalam Yuli (2005), menyanyikan sebuah kerangka dalam memahami pengertian manajemen manusia (personalia). Dalam pandangannya, manajemen personalia dapat dipahami dari dua kategori fungsi, yaitu fungsi manajemen dan fungsi operasional. Dengan membagi fungsi manajemen personalia ke dalam dua kategori, maka dirumuskan sebuah defenisi manajemen personalia, yaitu; proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat.


(45)

Menurut Nawawi (2000) berikut ini diketengahkan tiga pengertian sumber daya manusia, yang masing-masing mengatakan sebagai berikut :

a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). b. Sumber daya manusia adalah potensi manusia sebagai penggerak

organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non financial)

Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang memberikan kompensasi, integrasi, pemeliharaan, cara pengadaan tenaga kerja, melakukan pengembangan, kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2.6. Pelabuhan dan Fungsi Pelabuhan

2.6.1. Pelabuhan

Menurut Peraturan Pemerintah R.I Nomor : 69 Tahun 2001 Tanggal 17 Oktober 2001 tentang Kepelabuhan, dapat dikemukakan bahwa pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.


(46)

2.6.2. Fungsi Pelabuhan

Menurut Jacob Sir (1998), fungsi pelabuhan adalah sebagai berikut: • Interface

Pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua moda transportasi (laut) dan darat), mengandung makna bahwa pelabuhan harus menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang dibutuhkan untuk perpindahan barang dari kapal ke angkutan darat atau sebaliknya.

• Link

Link atau mata rantai, berarti pelabuhan sebagai salah satu mata rantai dari system transportasi. Sebagai mata rantai pelabuhan (baik dilihat dari segi perusahaan pelayaran-formasi maupun dari segi biaya) akan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi secara keseluruhan, misalnya terjadi congnesti sebagai akibat poor management dan keadaan fasilitas yang kurang memadai.

• Gateway

Dalam hal ini pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang/gateway dari suatu negara/daerah. Konsep pelabuhan sebagai gateway ini dapat dilihat dari segi : 1. Pelabuhan sebagai satu-satunya pintu masuk atau keluarnya barang

dari/ke negara/ daerah tersebut. Oleh karena itu pelabuhan memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian negara/ daerah tersebut. 2. Pelabuhan sebagai pintu gerbang, maka kapal-kapal yang masuk


(47)

dari Negara/daerah pelabuhan tersebut berada, antara lain: ketentuan bea dan cukai, imigrasi, peraturan eksport/import dan sebagainya.

• Industri Entity

Dengan berkembangnya industri yang berorientasi kepada eksport dari suatu negara/daerah, maka fungsi pelabuhan semakin penting bagi industri atau bagian dari industri estate/zone. Dalam fungsi ini pelabuhan dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan perdagangan, transportasi bahkan industri itu sendiri.

2.7. Pelabuhan Sebagai Lahan Usaha Dan Tempat Kegiatan Operasional

Keagenan

Pelabuhan sebagai tempat kedatangan serta keberadaan kedatangan kapal serta keberangkatan kapal, perlu diadakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa agar perpindahan muatan dari kapal ke transportasi darat dapat berjalan dengan lancar, aman dan efisien.

Dalam hubungan perpindahan muatan tersebut terdapat kegiatan penyediaan tempat tambat, seperti dermaga, pelayanan jasa pemanduan (pandu beserta kelengkapan kerjanya dan penundaan).

Selanjutnya terdapat kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal, baik dilakukan secara langsung di atas dermaga maupun tidak langsung melalui tempat penumpukkan. Kebutuhan kapal lainnya yang perlu dilayani selama


(48)

berada di pelabuhan adalah pelayanan air bersih, bahan bakar, bahan-bahan makanan dan logistik kapal.

Pelabuhan sebagai pintu gerbang bagi kapal yang singgah dan berangkat beserta muatannya harus mengikuti perundang-undangan yang berlaku dari suatu negara, dan oleh karena itu setiap kapal yang datang/masuk dan keluar pelabuhan harus mendapat pemeriksaan dan penilikkan dari instansi-instansi pemerintah yang ada di pelabuhan. Hal ini disebut clearance kapal.

2.7.1. Persiapan/Pengurusan Hal-hal Yang Berhubungan Kedatangan Kapal

1) Penunjukkan Keagenen Kapal Asing (PKKA)

Jauh dari sebelum (15 hari) sebelum kapal tiba, PT. Berlian Laju Tanker Tbk. selaku keagenan umum melaporkan/rencana kedatangan kapal kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dengan data sebagai berikut: Nama kapal/ Voyage, Bendera/ Call Sign, Ukuran (DWT/GT/HP), Owner Principal, Status, Pelabuhan Singgah, Estimate Time Arrival (ETA), Pelabuhan Asal, Pelabuhan Tujuan.

Dengan melampirkan Agency Agreement/Letter Of Appointment, crew list, dengan tembusan adalah Pemberitahuan Kedatangan Kapal Asing (PKKA) yang diberikan pada kantor pusat PT. Cahaya Karangetang Abadi dengan tebusan, antara lain: Administrator Pelabuhan, Kepala PT. (Persero) Pelindo yang bersangkutan untuk PT. Berlian Laju Tanker Tbk. cabang Tanjung Priok menerima copy/salinan Penunjukkan Keagenan Kapal Asing (PKKA) tersebut dari kantor pusat (head office).


(49)

2) Pengurusan Pemberitahuan Kedatangan Kapal (PPK/AL-1)

Nakhoda kapal memberitahukan laporan kedatangan kapal (PKK/form AL-1) yang ditujukan kepada :

• Syahbandar Pelabuhan Tanjung Priok

• Kesehatan Pelabuhan/Karantina Tanjung Priok

• Imigrasi Tanjung Priok

• Bea dan Cukai Tanjung Priok

• PT. (Persero) Pelindo 1 Tanjung Priok

Yang isinya antara lain: Nama kapal yang akan tiba, Ukuran kapal, jenis kapal, status kapal, principal, general agent, pola trayek, jenis angkutan, pelabuhan asal, rencana kapal tiba, jenis dan jumlah komoditi, jumlah penumpang dan lain-lain. Yang isinya mohon diberi izin sandar serta penggunaan fasilitas pelabuhan lainnya.

3) Laporan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP BC.1.0)

Selain melampirkan AL-1 juga melaporkan rencana kedatangan sarana pengangkutan dengan mengisi formulir BC.1.0 yang isinya antara lain : “mohon diberi putusan pemeriksaan terhadap kapal keagenan, menerima tanda pemberitahuan rencana kedatangan sarana pengangkut dari kantor Bea dan Cukai.


(50)

4) Menghubungi PT. (Persero) Pelindo I

Untuk mempersiapkan tempat sandar tambat dan penggunaan pelayanan jasa lainnya seperti: jasa pandu, jasa tunda serta penggunaan fasilitas pelabuhan lainnya, agen selaku perwakilan dari pemilik kapal mengajukan formulir Permohonan Pelayanan Kapal & Barang (PPKB) melalui Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA).

2.7.2. Pada Saat Kapal Tiba Di Pelabuhan

1. Melakukan checking ke kapal dengan membawa dokumen yang harus ditanda tangani oleh Captain kapal (Nakhoda), antara lain:

• Warta Kapal

Dokumen ini merupakan formulir yang dikeluarkan oleh seksi kesyahbandaran dan diisi oleh nakhoda yang baru sampai di pelabuhan secara benar dan sempurna, yang isinya sebagai berikut: nama kapal, pelabuhan pendaftaran, nama nakhoda, ukuran kapal, jumlah anak buah kapal, pelabuhan yang disinggahi terakhir, jumlah muatan serta agen pelayaran. Dokumen ini berguna pada saat Clearance In dokumen kapal ke kantor Administrator Pelabuhan, pada seksi Kesyahbandaran untuk mengetahui keadaan atau kondisi kapal dan identitas kapal.


(51)

Vessel Progress / Arrival Condition

Dokumen ini menyatakan bagian kapal selama kedatangan kapal tersebut tidak di pelabuhan tujuannya hingga kapal tersebut melakukan kegiatan di daerah labuh (anchorage). Dokumen ini juga dapat dikatakan Time Sheet

dan berguna untuk mengetahui pelabuhan asal (last port) kapal tersebut dan pelabuhan tujuannya (next port) kapal tersebut serta mengetahui waktu pada saat kapal tersebut melakukan olah gerak di perairan Tanjung Priok dan mengetahui keadaan / kondisi kapal.

Check In List

Dokumen ini harus ditanda tangani oleh Captain kapal yang berguna sebagai daftar pemeriksaan kapal dalam rangka penerbitan surat izin berlayar (Port Clearance) oleh Syahbandar (Harbour Master) Tanjung Priok pada saat melakukan clearance out.

Receiving List

Dokumen ini berguna sebagai tanda terima pengambilan/ pemeriksaan dokumen kapal pada saat checking dan penyerahan kembali dokumen kapal (clearance out) kepada Captain kapal.

Sailing Declaration

Dokumen ini harus diisi ditanda tangani oleh Captain kapal yang bersangkutan, dokumen ini berguna untuk keberangkatan kapal (clearance out).


(52)

Declaration of Security (DOS)

Dokumen yang dikeluarkan oleh kesyahbandaran (harbour master) yang menyatakan bahwa perairan/pelabuhan bebas dari bahaya dan aman untuk disinggahi sebagai alur pelayaran, dan dokumen ini harus ditanda tangani oleh Captain kapal yang bersangkutan.

Master’s Authority To Sign Bill Of Loading

Dokumen ini harus ditanda tangani oleh Captain kapal yang berguna untuk pendelegasian wewenang dari Captain kapal kepada perusahaan untuk membuat dan menerbitkan Bill Of Lading atas muatan yang akan diangkut oleh kapal yang bersangkutan.

Selain dokumen yang dibawa agen tersebut di atas, agen juga harus mengambil dan membawa dokumen atau sertifikat kapal yang asli guna keperluan pemeriksaan dokumen kapal yang bersangkutan tersebut pada Kabid. Kelayakan Kapal (KAKA), Kabid. Lalu Lintas Laut dan Pelabuhan (LALA), Kabid. Penjagaan dan Keselamatan (GAMAT) pada Kasie Kesyahbandaran di Kantor Administrator Pelabuhan Tanjung Priok. Dokumen atau sertifikat kapal yang diambil tersebut antara lain:

a. Nationality/Registry Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan tanda kebangsaan suatu kapal yang diberikan oleh pemerintah negara. Kapal tersebut berhak perlindungan hukum dari tersebut dan berhak mengibarkan bendera dari negara di mana kapal tersebut didaftarkan.


(53)

b. International Tonage Certificate, yaitu sertifikat atau surat ukur yang menerangkan ukuran terpenting dari kapal seperti: ukuran panjang kapal/Length Over All (LOA), lebar kapal (breadth), dalam kapal (depth), serta berat bersih kapal / Dead Wight Tonage (DWT) dan berat kotor kapal / Gross Tonage (GT)

c. Cargo Ship Safety Construction Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan ruangan kapal beserta bangunannya kapal mengangkat muatan menurut jenis kapal yang sesuai standart dan keselamatan kapal.

d. Cargo Ship Safety Equipment Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan dan menerangkan perlengkapan dan peralatan kapal.

e. Cargo Ship Safety Radio Certificate, yaitu sertifikat yang menerangkan bahwa kapal dilengkapi dengan pesawat penerima dan pemancar radio sesuai dengan syarat tertentu.

f. Safety Management Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan system manajemen kapal menurut system yang digunakan berdasarkan standart ISM Code.

g. International Ship Security Certificate (ISSC), yaitu sertifikat yang menerangkan mengenai tingkat dan level keamanan kapal tersebut. h. International Oil Polution Presentative (IOPP) Certificate, yaitu

sertifikat yang menerangkan bahwa kapal tersebut tidak melakukan pencemaran udara dan polusi di laut.


(54)

i. Certificate of Insurance or Other Financial, yaitu sertifikat yang menerangkan bahwa kapal tersebut telah diasuransikan guna mengantisipasi hal terjadi di laut.

j. Safe manning Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan keterangan perwira beserta awak kapalnya.

k. Classification of Hull Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan jenis klasifikasi lambung kapal juga jenis lambung kapal.

l. International Load Line Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan batas garis muat maksimal dan minimal kapal.

m. International Life Raft Certificate (ILR), yaitu sertifikat yang menyatakan pelampung penyelamat yang digunakan pada saat gawat darurat.

n. Fire Extinguisher Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan kapal bebas dari hama tikus.

o. Deratting Examption Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan kapal bebas dari hama tikus.

p. Port State Control (PSC), yaitu sertifikat yang menyatakan segala kondisi kapal beserta sertifikat yang menyatakan kapal layak laut beserta kekurangannya.

q. Oil Record Book, yaitu buku yang mencantumkan berita acara kondisi minyak yang digunakan oleh kapal.


(55)

r. Health Book, yaitu buku yang menyatakan bahwa kapal dalam keadaan bersih dan bebas dari penyakit yang menular.

s. Crew List and Passport, yaitu daftar yang menerangkan jumlah kapal yang ada di atas kapal.

t. Last Port Clearance, yaitu sertifikat atau surat izin berlayar yang dikeluarkan pihak Syahbandar (harbor master) setempat (last port) di pelabuhan mana kapal singgah dan menerangkan bahwa kapal tersebut layak laut untuk berlayar.

Setelah semua dokumen atau certificate diambil dari kapal langsung diperiksa dan dilengkapi serta membuat momerandumnya di kantor untuk keperluan Clearance In/Out ke Kantor Administrator Pelabuhan Tanjung Priok.

2. Pada saat kapal berada di kawasan labuh Tanjung Priok, agen menghubungi petugas Kesehatan Pelabuhan (Quarantine) melakukan Free Pratique atau pemeriksaan terhadap keadaan atau kondisi kapal dan memastikan bahwa kapal dan awal kapal tersebut dinyatakan dan dipastikan tidak membawa penyakit di pelabuhan tersebut dan diizinkan sandar dengan aman dan mengeluarkan sertifikat kesehatan (Health Declaration).

3. Bersamaan dengan itu, agen juga harus menghubungi petugas kantor imigrasi naik untuk melakukan pemeriksaan dan mengesahkan passport (seaman book) terhadap awal kapal (crew list) dan penumpang, pada saat kapal tersebut datang dan pada saat kapal akan keluar.


(56)

4. Agen (Agent) mengajukan dan merencanakan petetapan penyandaran kapal keagenan mereka di dermaga sesuai dengan ukuran atau Gross Tonage

(GRT) kapal, Length Over All (LOA) kapal tersebut dan kriteria-kriteria lain untuk menyandarkan kapal mereka melalui rapat (Port Meeting) di Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA). Selain melampirkan AL-1 seperti yang dikemukakan sebelumnya, dokumen penyandaran yang harus dilampirkan antara lain :

• Permintaan Pelayanan Kapal & Barang (PPKB)

• Putusan Ketetapan Penyandaran Kapal (PKPK)

• Rencana bongkar/muat (operation planning)

Shipping Instruction (SI)

• Surat Perjanjian Bongkar Muat yang ditanda tangani oleh agen dan pemilik barang (shipper), beserta PT. Pelindo – I selaku penanggung jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM).

5. Agen mengajukan permohonan izin gerak kepada pihak Syahbandar (harbour master) guna penerbitan surat izin gerak agar kapal yang diageni mendapat izin untuk melakukan olah gerak dari labuh dumai untuk sandar di dermaga yang telah ditentukan.

6. Melayani segala kepentingan/keperluan yang dibutuhkan baik oleh kapal maupun anak buah kapal, seperti: permintaan air tawar (supply fresh water), melayani pembelian suku cadang kapal, membawa anak buah kapal yang sakit dan segala permintaan yang berhubungan dengan kepentingan kapal.


(57)

2.7.3. Pada Saat Kapal Sandar Di Dermaga Dan Melakukan Proses Pemuatan

Pada saat kapal sandar di dermaga agen juga mempunyai tugas dan peranan yang sangat penting dalam proses pemuatan kapal keagenannya, di antaranya adalah sebagai berikut :

a) Agen menyandarkan kapal di dermaga, sesuai dengan hasil keputusan penyandaran kapal (port meeting) di PPSA.

b) Agen menghubungi kantor Pelayanan Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan terhadap barang-barang yang tidak boleh dikeluarkan dan di perjual belikan (bonded store, ship’s property list).

c) Setelah kapal sandar di dermaga, agen beserta Surveyor dan Loading Master

naik ke atas kapal untuk melakukan rapat atau diskusi untuk pemuatan cargo. d) Setelah semua urusan cargo dengan Surveyor dan Loading Master selesai,

agen mencatat Time Sheet Loading Progress kapal tersebut untuk dilaporkan ke kantor pusat guna laporan ke principal/owner’s dalam pembuatan Manfest

dan Bill of Lading (B/L).

e) Pada saat pemuatan telah selesai, agen membuat Manifest dan Mate Receipt

untuk Captain kapal dengan jumlah total cargo yang telah dimuat ke kapal guna pembuatan Bill of Lading (B/L).

f) Melayani segala kepentingan dan kebutuhan kapal dan awak kapal selama berada di pelabuhan seperti pengisian bunker, pengisian air tawar, reperasi kapal, dan semua persediaan kapal selama kapal tersebut berlayar.


(58)

g) Sebelum kapal berangkat ke pelabuhan tujuannya (next port), agen mengembalikan dokumen kapal yang diambil dari kapal kepada Captain kapal dan menyerahkan surat izin berlayar (port clearance) yang dikeluarkan oleh Syahbandar (harbour master).

2.8. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah maka hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab pengaruh kebijakan pemerintah dan pelayanan kepelabuhan terhadap keselamatan lingkungan pelayaran

1. Kebijakan pemerintah berpengaruh nyata terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.

2. Pelayanan kepelabuhanan yang dilakukan saat ini berpengaruh nyata terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.

Kebijakan pemerintah dan pelayanan kepelabuhanan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.


(59)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berupaya menelaah keselamatan lingkungan pelayaran (Y) pada Direktorat KPLP Ditjen Perhubungan Laut. Secara spesifik penelitian ini mengidentifikasikan variable kebijakan pemerintah (X1) dan pelayanan

kepelabuhan (X2), berpengaruh nyata terhadap keselamatan lingkungan

pelayaran (Y) secara parsial dan bersama-sama.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Terminal Pelabuhan I Tanjung Periok Jakarta.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian menerangkan (explanatory research) dan penelitian deskriptif (descriptive research). Penelitian yang bersifat menerangkan adalah penelitian yang menyangkut pengujian hipotesis-hipotesis dari variabel-variabel penelitian. Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu pada masyarakat (objek) yang diteliti. Pendekatan tersebut dapat mengungkapkan secara hidup kaitan antara berbagai gejola sosial, suatu hal yang tak dapat dicapai oleh penelitian yang bersifat menerangkan (Sangarimbun dan Effendi, 1989).


(60)

Penelitian ini mengkaji hubungan 3 variabel, yang terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebas yaitu kebijakan pemerintahan (X฀)

dan pelayanan kepelabuhanan (X2), sedangkan variabel terikat adalah

Keselamatan Lingkungan Pelayaran (Y). Bentuk hubungan ini diperhatikan pada skema di bawah ini :

Gambar 1 : Hubungan Antar Variabel Keterangan :

X฀ : Kebijakan Pemerintah X2 : Pelayanan Kepelabuhanan

Y : Keselamatan Pelayaran

pYX1 : Hubungan linier sederhana X1 terhadap Y

pYX2 : Hubungan linier sederhana X2 terhadap Y

pYX1X2 : Hubungan linier berganda X1 dan X2

3.4. Variabel Dan Pengukuran

bersamaan terhadap Y

Variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah variabel Kebijakan Pemerintah (X1) Pelayanan Kepelabuhanan (X2).

X1

X2

Y PX1Y

PX2Y


(61)

2. Variabel tak bebas atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah Keselamatan Lingkungan Pelayaran (Y)

3.5. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dari penelitian ini pengguna jasa pelabuhan di Terminal Tanjung Priok. Berdasarkan data dari Direktorat KPLP Ditjen Perla jumlah perusahaan pengguna jasa di Pelabuhan Tanjung Perioko sebanyak 216 perusahaan pelayaran dalam negeri dan 111 perusahaan pelayaran luar negeri.

Dalam penelitian ini adapun yang menjadi populasi adalah perusahaan pelayaran dalam negeri sebanyak 216, yang menjadi objek penelitian adalah Manejer Operasional pada perusahaan pelayaran tersebut sebanyak 216 orang. Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendapat Arikunto (2003) mengatakan bahwa : “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi selanjutnya jika objeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Dari pendapat Arikunto tersebut di atas besar sampel ditentukan 15% dari 216 = 32 responden.

3.6. Operasional Variabel

Untuk mempertajam analisis terhadap variable-variabel bebas (X1 dan X2) maupun terikat (Y)


(62)

Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator No Butir

Pertanyaan

Kebijakan Pemerintah (X1

1. Internal

)

1. Mengikat Aparatur 2. Mengikat Organisasi 3. Tertulis

4. Mengikat Masyarakat 5. Mengikat Aparatur

Organisasi 1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12 13,14,15 Pelayanan Kepelabuhan (X2

1. Kualitas Pelayanan )

2. Fungsi Pelayanan Kepelabuhan

1. Mutu disain& kecocokan 2. Kualitas yang

diharapkan

3. Kualitas yang tersedia

1. Transportasi laut 2. Kebijakan operasional 3. Komunikasi

1,2 3,4 5,6 7,8,9 10,11,12 13,14,15 Keselamatan Lingkungan Pelayaran (Y) 1. Teknis

2. Non Teknis

1. Sarana Prasarana 2. Kebijakan operasional 3. Komunikasi

1. Faktor alam 2. Skill

3. Kerjasama 4. Efektivitas

1,2,3 4,5 6,7 8,9 10,11 12,13 14,15


(63)

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung keperluan analisis berdasarkan tujuan dan variabel yang akan diteliti dengan cara sebagai berikut :

1. Riset Lapangan (Field Research)

Riset ini dilakukan dengan mengadakan penelitian secara langsung pada objek penelitian dengan menggunakan cara-cara :

a. Kuisioner, yaitu dengan memberikan lembaran pertanyaan sesuai dengan penelitian kepada responden sampel.

b. Pengamatan/Observasi, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan pengumpulan data langsung ke Kantor Direktorat KPLP Dirjen Perhubungan Laut.

c. Wawancara/Interview, yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan personil yang mengetahui tentang objek yang sedang diteliti antara lain dengan pihak pimpinan dan staff serta bagian lain yang dapat membantu dalam penelitian, seperti halnya nakhoda, awak kapal maupun pengguna jasa lainnya.

2. Riset Kepustakaan (Library Research)

Yaitu untuk memperoleh data atau informasi yang bersifat ilmiah dan teoritis yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu dengan membaca, mempelajari buku-buku teks, materi kuliah, makalah-makalah serta bacaan


(64)

lainnya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia.

Berdasarkan tujuan dan variable yang akan diteliti, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kebijakan pemerintah tentang pelayaran maupun kebijakan SDM, Pelayanan serta masalah keselamatan pelayaran.

3.8. Analisis Data

Pengujian hipotesis pertama, kedua menggunakan analisis korelasi dan regresi sederhana, sedangkan hipotesis ketiga menggunakan analisis regresi linear berganda. Secara rinci analisis tersebut dilakukan sebagai berikut:

a. Mencari persamaan regresi sederhana atas variabel Y terhadap X1, dan Y

terhadap X2 dengan rumus Y = a + b Xi (Sudjana, 1996) di mana : Y = Y

prediksi (Y duga), a = harga Y bila X = 0 (harga konstan), b = koefisien regresi; dan Xi

n XY – (ΣX) (ΣY)

(1,2) adalah harga-harga variabel-variabel bebas 1,2 yang disubtitusikan ke dalam persamaan regresi di atas dengan menggunakan metode interpolasi dalam rangka memprediksi nilai variabel Y. Pengujian hipótesis penelitian antar variabel digunakan analisis korelasi sederhana dengan rumus Product Moment (Sudjana, 1996)

rxy =


(65)

Kemudian r hitung dibandingkan dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel pada taraf 5% maka ada hubungan yang signifikan antar variabel X ke Y. b. Persamaan regresi linier berganda, untuk melihat pengaruh Kebijaka

Pemerintah (X1), Pelayanan Kepelabuhan (X2), terhadap Keselamatan

Lingkungan Pelayaran (Y) secara simultan, pengujian hipotesis : Y = a + bX1 + bX2

Untuk mengetahui menghitung korelasi ganda digunakan rumus :

JK(reg)

, di mana : Y = Y prediksi (Y duga), a = harga Y bila X = 0 (harga konstan), bj = 1,2 ialah koefisien-koefisien regresi; dan X (1,2) adalah harga-harga variabel-variabel bebas 1,2 yang disubtitusikan ke dalam persamaan regresi di atas dengan menggunakan metode interpolasi dalam rangka memprediksi nilai variabel Y (Sudjana, 1996). Selanjutnya, nilai koefisien a dan bj (b1;b2) ditaksir dari data sampeldengan

menggunakan metode kuadrat terkecil melalui program “SPSS”.

R2 = Σy2

Sedangkan untuk menguji keberartian korelasi ganda digunakan rumus :

R2 F =

(1-R

/K

2

))/(n-K-1)

Koefisien regresi linier ganda dinyatakan berarti jika harga Fhitung > Ftabel


(1)

dengan mengakomodasi gaya kepemimpinan yang bertipe konstruktif, konsultatif, partisipatif dan delegatif yang dapat ditampilkan oleh pimpinan dalam menciptakan Kebijakan Pemerintah dan Pelayanan Kepelabuhan yang kondusif.

5. Upaya peningkatan Keselamatan Lingkungan Pelayaran dengan memberi motivasi/ dorongan kerja dan penghargaan atas kemampuan dan kopetensi seorang pegawai, terhadap perlakuan penghargaan dan imbal materi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Michael. 2007. Seri Pedoman Manajemen: Manajemen Sumber Daya Manusia, Gramedia, Jakarta.

Hasibuan, S.P, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara. Jakarta.

Harold Koontz, et, al., 1989. Intisari Manajemen, Penerjemah Drs. A. Hasym Ali, Jakarta: Bina Aksara.

Hutagalung WRS. 2007. Analisis Kualitas Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada Kantor Samsat Sibolga. Skripsi. Bandung: STIA-LAN Bandung.

Gibson, James L. Ivancericn, and Donneley, 1994. Organization, diterjemahkan oleh Djoerban Wahid, Jakarta: Erlangga.

Gibson, James, L. John M, Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr. 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Jilid I, Edisi Kedelapan, Diterjemahkan oleh: Nunuk Adiarni, Jakarta: Binarupa Aksara.

Keputusan Menteri No. KM 24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Kota Kerja Departemen Perhubungan.

Kotler, Philip. 1996. Marketing Management: Analysis, Planning,

Implementation and Control, Seventh Edition, Prentice-Hall

International Inc. New Jersey.

Mahruzar, Aulia. 2003. Hubungan Antara Jaminan Keselamatan Kerja dengan Motivasi Kerja Karyawan pada Cv. Citra Pandora Banda Aceh, 2003. Jurnal.

Moenir, H.A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum, Bumi Aksara, Jakarta. Nangoi, R. 1997. Marketing Dalam Era Globalisasi. Pustaka Sinar Harapan.


(3)

Loka Andreas. 2004. Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi; Isu, Teori dan Solusi, Penerbit Amara Books, Jakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Refika Aditama, Bandung. Sevilla, Consuello, et.al, 1993. Pengantar Metode Penelitian, Universitas

Indonesia Press, Yakarta.

Singarimbun, Masri dan Effendi, S. 1989, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES

Sudjana. 1996. Metode Statistik, Tarsito, Bandung.

Soedjadi, F. 1993. O & M (Organization and Methods): Penunjang Berhasilnya Prases Manajemen, CV. Haji Masagung, Jakarta.

Sugiyono. 2005, Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung Sulistiyani, Teguh Ambar dan Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya

Manusia:Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Trilestari, E.W. 2006. Konsep-Konsep Dasar Kualitas Pelayanan Publik (Disampaikan pada Diskusi Panel “Optimalisasi Manajemen Pelayanan Umum” di STIA LAN Bandung Tanggal 25-26 Januari 2006).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Werf, H. 1997. Ilmu Manajemen Pemerintahan. Jakarta.


(4)

Lampiran A – 1

DAFTAR ANGKET A. Pengantar

Dengan hormat, sehubungan dengan penelitian tesis saya yang berjudul : PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PELAYANAN KEPELABUHAN TERHADAP KESELAMATAN LINGKUNGAN

PELAYARAN DI TERMINAL PELABUHAN TANJUNG PRIOK I

JAKARATA“, maka saya memohon agar Bapak/ibu dapat memberikan respon atas pertanyaan yang disajikan, secara objektif berdasarkan pemahaman yang Bapak/Ibu ketahui. Berilah tanda (x) untuk setiap jawaban yang dipilih.

Penelitian ini hanya bersifat ilmiah dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah semata dan tidak digunakan untuk kepentingan lainnya. Cara pengisian angket dengan cara memberikan anda (x) kepada opsi yang disajikan.

Demikian saya sampaikan dan atas perhatian dan respon Bapak/lbu menjawab angket ini, saya haturkan banyak terimakasih.

Medan, Maret 2011 Peneliti,


(5)

No. Persyaratan SS S KS TS STS

Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel X1 (Kebijakan Pemerintah)

Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta

1. Kebijakan Pemerintah yang mengikat aparatur

2. Kebijakan Pemerintah yang mengikat

organisasi

3. Kebijakan Pemerintah yang tertulis

4. Kebijakan Pemerintah yang mengikat

masyarakat

5. Kebijakan Pemerintah yang mengikat

organisasi

Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel X2 (Pelayanan Kepelabuhan)

Pelabuhan Terminal Tanjung Periok Jakarta

6. Mutu disain dan kecocokan pada pelayanan

kepelabuhan

7. Kualitas yang diharapkan dari pelayanan

kepelabuhan

8. Kualitas yang tersedia pada pelayanan

kepelabuhan

9. Transport laut dalam pelayanan kepelabuhan 10. Kebijakan operasional pelayanan kepelabuhan 11. Komunikasi pelayanan kepelabuhan


(6)

Distribusi Jawaban Responden atas Variabel Y (Keselamatan Lingkungan Pelayaran)

12. Sarana Prasarana Keselamatan lingkungan pelayaran kepelabuhan

13. Kebijaksanaan operasional keselamatan lingkungan pelayaran kepelabuhan

14. Komunikasi keselamatan lingkungan pelayaran kepelabuhan

15. Faktor alam keselamatan lingkungan pelayaran kepelabuhan

16. Skill keselamatan lingkungan pelayaran kepelabuhan

17. Kerjasama dalam keselamatan lingkungan pelayaran kepelabuhan

18. Efektivitas dalam keselamatan lingkungan pelayaran kepelabuhan