Sumber Daya Daerah Bidang Kesehatan

2.4. Sumber Daya Daerah Bidang Kesehatan

2.4.1 Profil Layanan Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri merupakan unsur pelaksana Pemerinrtah Kabupaten, dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dalam menyelenggarakan tugasnya Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang kesehatan berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dinas Kesehatan mempunyai beberapa fungsi yaitu a) perumusan kebijakan pembangunan bidang kesehatan, b) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kesehatan, c) pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kesehatan, d) pengkoordinasian bidang kesehatan, dan e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.

Menurut informasi dalam Website Pemerintah Kabupaten Kediri (www.kedirikab.go.id) Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri adalah

“ Mewujudkan dan Melestarikan Masyarakat Kabupaten Kediri yang sehat Secara Mandiri Bermanfaat dan Berkeadilan”.Adapun pengertian visi tersebut adalah

mewujudkan dan melestarikan kesehatan masyarakat secara mandiri, sehat jasmani, rokhani dan sehat sosial lingkungannya. Visi dapat dianggap sebagai petunjuk jalan dan arah yang mengikat bagi setiap staf dan pimpinan dalam organisasi Dinas Kesehatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan organisasi. Oleh karena itu pencapaian Visi akan berhasil apabila pengertian seluruh staf dan pimpinan serta seluruh lapisan masyarakt senantiasa dan bertekad untuk mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan secara mandiri dan mewujudkan dan melestarikan kesehatan masyarakat secara mandiri, sehat jasmani, rokhani dan sehat sosial lingkungannya. Visi dapat dianggap sebagai petunjuk jalan dan arah yang mengikat bagi setiap staf dan pimpinan dalam organisasi Dinas Kesehatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan organisasi. Oleh karena itu pencapaian Visi akan berhasil apabila pengertian seluruh staf dan pimpinan serta seluruh lapisan masyarakt senantiasa dan bertekad untuk mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan secara mandiri dan

Untuk mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, maka ditetapkan Misi sebagai berikut: a) Menggerakkan promosi kesehatan secara luas dan berkesinambungan; b) Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat secara individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya; c) Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat; d) Meningkatkan tata kelola kepemerintahan bidang kesehatan secara optimal.Penjelasan Misi tersebut adalah : a) Menggerakkan promosi kesehatan secara luas dan berkesinambungan;artinya meningkatnya secara bermakna promosi kesehatan dan penyuluhan Masyarakat dalam pelaksanaan program- program Pembangunan Kesehatan. b) Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat secara individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya, artinya Meningkatnya secara bermakna Kemampuan dan kemandirian masyarakat serta kemitraan swasta untuk memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian Bayi dan Ibu, menurunnya angka kesakitan, menurunnya angka kecacatan dan ketergantungan, meningkatnya status gizi Masyarakat. c) Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat;artinya meningkatkan secara bermakna Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau mengandung makna bahwa salah satu tanggungjawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yanag bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. d) Meningkatkan peran tata kelola pemerintahan bidang kesehatan secara optimal, artinya meningkatnya secara bermakna kemampuan, tata kelola pemerintahan bidang kesehatan dengan cara merencana, mengorganisasi, melaksanakan dan kemampauan mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan program kegiatan.

Visi-misi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dicapai dengan membentuk susunan organisasi. Susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri adalah sebagai berikut.

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, yang membawahi:

a) Sub Bagian Penyusunan Program Evaluasi dan Informasi Kesehatan

b) Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan

c) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

3. Bidang Pelayanan Medik dan Kefarmasian, yang membawahi:

a) Seksi Pelayanan Medik Dasar dan Rujukan

b) Seksi Kefarmasian dan Penyehatan Makanan Minuman

c) Seksi Kesehatan Khusus

4. Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi, yang membawahi:

a) Seksi Kesehatan Ibu, Bayi, dan Kesehatan Reproduksi

b) Seksi Anak, Remaja, dan Usia Lanjut

c) Seksi Gizi

5. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, yang membawahi:

a) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi

b) Seksi Pencegahan Penyakit Menular Langsung

c) Seksi Pencegahan Penyakit Bersumber Binatang

6. Bidang Promosi Kesehatan dan Pencegahan Lingkungan, yang membawahi:

a) Seksi Promosi Kesehatan

b) Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

c) Seksi Penyelamatan Lingkungan

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas, yang meliputi:

a) UPTD Laboratorium Kesehatan

b) UPTD Pusat Pelatihan SDM Kesehatan

c) UPTD Puskesmas

d) UPTD Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Secara lebih ringkas susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 4. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri

(Sumber: www.kedirikab.go.id)

Penanggulangan penyakit Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kediri berada dibawah kendali Seksi Pencegahan Penyakit Menular Langsung (P2ML).

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Profil layanan kesehatan di Kabupaten Kediri meliputi layanan yang disediakan pemerintah daerah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Kediri. Layanan ini dapat dikelompokkan dalam jenis fasilitas layanan dan layanan pada tiap-tiap kecamatan, sajikan secara berturut-turut pada Tabel 15. sampai Tabel 18.

Tabel 15. Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya pada tahun 2013 No

Fasilitas Kesehatan

Jumlah

1 Rumah Sakit Umum

2 Rumah Sakit Khusus

4 Puskesmas Pembantu

5 Puskesmas Keliling

7 Balai pengobatan

8 Klinik

9 Rumah bersalin

10 Praktik dokter perorangan

13 Toko obat

(Sumber: Dinkes Kab. Kediri, 2013)

Berdasarkan Tabel 15. sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Kediri pada tahun 2013 meliputi: 1) Rumah Sakit Umum ada 7, yang digolongkan 2 milik pemerintah (RSUD Pare dan RSU BUMN/RSU Toelongrejo) dan 5 milik swasta (RSU Surya Melati, RSU Muhammadiyah Siti Khodijah, RSIA Aura Syifa, RSU Amelia, dan RSU Wilujeng). 2) Rumah Sakit Khusus ada 3, yaitu RSAB Kasih Bunda, RSU Bedah Arga Husada, dan RSAB Nuraini. 3) Puskesmas ada 37, yaitu 8 Puskesmas perawatan dan 29 puskesmas non perawatan. 4) Puskesmas Pembantu ada 80. 5) Puskesmas Keliling ada 37. 6) Posyandu ada 1720. 7) Balai Pengobatan ada 10, Klinik sebanya 12, dan Rumah Bersalin ada 6. 8) Apotek ada 89, toko obat ada 9, dan gudang farmasi kesehatan ada 1. 9) Praktik Dokter perorangan ada 285 dan praktik pengobatan tradisional ada 87. 10) Poskesdes ada 344. 11) Industri Rumah Tangga Makanan (PM-IRT) sebanyak 867, Pedagang Besar Farmasi ada 2, Cabang Penyalur Alat Kesehatan ada 1, Industri Kecil Obat Tradisional ada 7, Industri Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga ada 2, dan Industri Kosmetika 1.

Tabel 16. Jumlah Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013 Kecamatan

Rumah Sakit

Puskesmas

Pustu Posyandu

2 3 84 Semen

Mojo

1 2 54 Ngadiluwih

1 2 5 77 Kras

2 3 71 Ringinrejo

1 2 68 Kandat

1 1 4 66 Wates

2 4 97 Ngancar

1 3 54 Plosoklaten

2 5 83 Gurah

1 2 4 77 Puncu

Kecamatan

Rumah Sakit

Puskesmas

Pustu Posyandu

(Sumber: BPS Kab. Kediri, 2013)

Data pada Tabel 16. tersebut di atas merupakan versi BPS Kabupaten Kediri yang tertuang dalam Kabupaten Kediri dalam Angka 2013. Berdasarkan

update data terbaru Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri yang tertuang dalam Profil Kesehatan 2013 Kabupaten Kediri, jumlah Rumah Sakit ada 10 (ada penambahan

1 rumah sakit) dan jumlah posyandu ada 1.720 (ada penambahan 4 posyandu). Posyandu di Kabupaten Kediri terbagi dalam 4 kategori, yaitu Posyandu Pratama

28 (1,63%), Posyandu Madya 1.000 (58,14%), Posyandu Purnama 637 (37,03%), dan Posyandu Mandiri 55 (3,20%). Persentase Posyandu Mandiri di Kabupaten Kediri masih jauh dari target propinsi yaitu 20%.

Selain Posyandu, berbagai cara dan upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupate Kediri untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang kegiatannnya antara lain melalui Posyandu, Polindes, Poskesdes, dan Desa Siaga. Jumlah Polindes di Kabupaten Kediri sebanyak 241 unit yang tersebar di 344 Desa/Kelurahan. Jumlah Desa Siaga yang sudah terbentuk di Kabupaten Kediri sebanyak 344 desa (seluruh desa di Kabupaten Kediri). Jumlah Poskesdes yang terbentuk di Kabupaten Kediri sejumlah 344 Poskesdes yang mempunyai bangunan sendiri 12 Poskesdes, yang bergabung dengan Polindes 241 pos, gabung dengan UKBM lain/di balai desa 103 pos. Poskesdes memiliki jumlah kader 741 orang dan yang sudah dilatih sebagai kader sejumlah 281 orang. Tingkat perkembangan Poskesdes dengan strata Pratama sebanyak 233 pos, Madya 90 pos, Purnama 20 pos, dan Mandiri 1 pos.

Tabel 17. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya Tenaga Kesehatan

Dokter 1. Umum

118 2. Gigi

41 43 54 54 3. Spesialis/Ahli

507 Ahli Gizi/Nutrisionis

48 50 58 58 Dukun Bayi Terlatih

- Paramedis dan Lainnya

(Sumber: BPS Kab. Kediri, 2013)

Tabel 18. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012

Kecamatan

Paramedis Sanitarian Jumlah Umum

dan Lainnya

7 11 1 11 1 34 Dinas Kes. Kab

2 9 4 88 5 115 RSUD Pare

23 10 59 4 311 RS Amelia

(Sumber: BPS Kab. Kediri, 2013)

Berdasarkan profil layanan kesehatan tersebut maka dapat dibuat tabel rasio pelayanan kesehatan per 100.000 penduduk, sebagaimana Tabel 19. Tabel ini sepenuhnya diadaptasi dari data Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2012 dan 2013.

Tabel 19. Rasio Pelayanan Kesehatan (per 100.000 penduduk) Jenis

Tahun

Jawa Timur

Kediri

Target Nasional

Tidak ada target 2013

Dokter umum 2012

Dokter gigi 2012

(Sumber: Dinkes Prov. Jatim, 2012;Dinkes Prov. Jatim, 2013 )

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level pelayanan kesehatan dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan terjaga. Berdasarkan Tabel rasio pelayanan kesehatan di atas maka dapat dikatakan bahwa hampir semua pelayanan kesehatan di Kabupaten Kediri masih sangat jauh dari rasio ideal sesuai target nasional. Rasio dokter umum pada tahun 2013 adalah 17,6 atau masih kurang 22,4 dari rasio ideal sesuai target nasional. Rasio dokter gigi pada tahun 2013 adalah 3,8 atau masih kurang 7,2 dari rasio ideal sesuai target nasional. Rasio perawat tahun 2013 69,8 atau masih kurang 47,7 dari rasio ideal sesuai target nasional.

Apabila data tersebut dibandingkan atau dikoreksi dengan data di Profil Kesehatan 2013 Kabupaten Kediri yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri maka ada perbedaan data rasio. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Kediri pada tahun 2013 sebanyak 2.152 dengan proporsi terbesar adalah perawat 776 (rasio 47,56 atau lebih rendah 22,24 dari data Dinkes Provinsi Jawa Timur), bidan 600 orang (rasio 36,82 atau lebih tinggi 2,72 dari data Dinkes Provinsi Jawa Timur), dokter spesialis 108 (rasio 7,08), dokter umum 164 (rasio 10,22 atau lebih rendah 7,38 dari data Dinkes Provinsi Jawa Timur), dan jumlah dokter gigi 65 orang. Kesimpulan data ini juga masih sama bahwa rasio SDM Kesehatan masih belum memenuhi dari rasio ideal sesuai target nasional.

Hal yang perlu menjadi catatan bahwa ada kendala terkait dengan update data SDM Kesehatan di Kabupaten Kediri sehingga data cenderung tidak sama, misalnya antara BPS Kabupaten Kediri, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. Menurut Dinkes Kab. Kediri (2013) data SDM Kesehatan yang terkumpul belum sepenuhnya dapat menggambarkan SDM Hal yang perlu menjadi catatan bahwa ada kendala terkait dengan update data SDM Kesehatan di Kabupaten Kediri sehingga data cenderung tidak sama, misalnya antara BPS Kabupaten Kediri, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. Menurut Dinkes Kab. Kediri (2013) data SDM Kesehatan yang terkumpul belum sepenuhnya dapat menggambarkan SDM

2.4.2 Jenis layanan

Berikut adalah Kegiatan Unggulan layanan kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri berdasarkan informasi di website resmi (www.kedirikab.go.id, yaitu:

1. Posyandu Lansia. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Jadi dengan adanya Posyandu Lansia diharapkan para lansia di Kabupaten Kediri mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Kegiatan posyandu lansia antara lain penyuluhan, pemeriksaan kesehatan (tekanan darah, berat badan), pengobatan dasar, pemberian makanan tambahan (PMT), dan rujukan (ke puskesmas/ rumah sakit).

2. Klinik Pemeriksaan dan Perawatan HIV/AIDS. Sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2005, penemuan kasus setiap tahun tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Namun pada tahun 2006, setelah KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) Kabupaten Kediri terbentuk, penemuan HIV mengalami peningkatan yang cukup tajam. Dengan bantuan dana IPF (International Partnership Fund) dan GF (Global Fund) KPAD bersama sektor Pemerintah, swasta dan LSM yang tergabung dalam anggota KPAD melakukan sosialisasi intensif di semua lapisan masyarakat, mulai masyarakat risiko tinggi (WPS, Waria dan Gay) juga pada masyarakat risiko rendah (masyarakat pada umumnya). Dengan bantuan dana FHI (Family Health International) dan GF, Dinas Kesehatan mendirikan layanan klinik pemeriksaan dan perawatan HIV- AIDS di Puskesmas Gurah, Puskesmas Ngadiluwih, Puskesmas Kandangan, Puskesmas Wates, Puskesmas Ngasem, dan RSUD Pare. Dengan adanya klinik 2. Klinik Pemeriksaan dan Perawatan HIV/AIDS. Sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2005, penemuan kasus setiap tahun tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Namun pada tahun 2006, setelah KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) Kabupaten Kediri terbentuk, penemuan HIV mengalami peningkatan yang cukup tajam. Dengan bantuan dana IPF (International Partnership Fund) dan GF (Global Fund) KPAD bersama sektor Pemerintah, swasta dan LSM yang tergabung dalam anggota KPAD melakukan sosialisasi intensif di semua lapisan masyarakat, mulai masyarakat risiko tinggi (WPS, Waria dan Gay) juga pada masyarakat risiko rendah (masyarakat pada umumnya). Dengan bantuan dana FHI (Family Health International) dan GF, Dinas Kesehatan mendirikan layanan klinik pemeriksaan dan perawatan HIV- AIDS di Puskesmas Gurah, Puskesmas Ngadiluwih, Puskesmas Kandangan, Puskesmas Wates, Puskesmas Ngasem, dan RSUD Pare. Dengan adanya klinik

3. Panti Rehabilitasi Akibat Rokok. Dari tahun ke tahun jumlah perokok semakin bertambah, sebagai salah satu upaya penanggulangan dampak yang timbul akibat rokok maka Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri melalui UPTD Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK ) mendirikan Panti Rehabilitasi Akibat Rokok. Panti ini melakukan penanganan & penyembuhan efek rokok baik bagi perokok aktif maupun pasif dengan menggunakan metode hipnoterapi, akupuntur dan konsultasi. Selain itu panti ini juga melakukan kegiatan konseling ke sekolah-sekolah, baik SMP maupun SMA serta pondok pesantren yang ada di wilayah Kabupaten Kediri. Panti Rehabilitasi Akibat Rokok ini berada di UPTD Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK ) Jl. Soedanco Supriadi No 24A Kota Kediri.

4. Puskesmas Standart ISO. Dalam rangka meningkatkan kinerja program kesehatan menuju kabupaten sehat mandiri sesuai dengan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, yaitu: Mewujudkan dan Melestarikan Masyarakat Kabupaten Kediri yang sehat Secara Mandiri Bermanfaat dan Berkeadilan, salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah dengan membuat puskesmas menjadi puskesmas ISO dengan harapan agar puskesmas bisa menjadi tempat pemberian pelayanan kesehatan dasar tingkat pertama yang dapat memberikan kepuasan yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kediri. Saat ini di wilayah Kabupaten Kediri ada 2 puskesmas ISO, yaitu Puskesmas Bendo dan Puskesmas Pagu, diharapkan kedepan semua puskesmas di Kabupaten Kediri dapat menjadi puskesmas ISO.

5. Poli Lansia. Saat ini di wilayah Kabupaten Kediri terdapat 1 puskesmas yang mempunyai poli lansia yaitu Puskesmas Gurah, dan mulai di buka pada oktober 2008. Poli lansia di Puskesmas Gurah buka pada hari senin dan kamis, sasarannya adalah pra usila (45- 59 tahun) dan usila (≥ 60 tahun).

2.4.3 Aksessibilitas (Jarak dan Sarana)

Angka kasar tentang jarak masyarakat dengan sarana kesehatan di Kabupaten Kediri ditunjukkan Tabel 20.

Tabel 20. Jarak Kasar Masyarakat dengan Sarana Kesehatan Jarak Berdasarkan luas Kab. Kediri

Sarana Kesehatan

Jumlah

1.386,05 km 2 (km)

Rumah Sakit 9 0-154,005 Puskesmas

37 0-20,221 Puskesmas Pembantu

80 0-14,325 Posyandu

0-0,8077 Ponkesdes

15 0-7,403 Polindes

0-6,188 Poskesdes

0-4,029 Jumlah Sarana

Angka kasar jarak masyarakat ke sarana kesehatan dapat dihitung dengan membagi luas total Kabupaten Kediri dengan jumlah sarana kesehatan, dimana diketahui bahwa luas Kabupaten Kediri adalah 1.386,05 km 2 . Berdasarkan Tabel

20 dapat diketahui bahwa jarak terhadap rumah sakit adalah 0-154,005 km, jarak terhadap puskesmas adalah 0-20,221 km, jarak terhadap puskesmas pembantu adalah 0-14,325 km, jarak terhadap posyandu adalah 0-0,8077 km. Apabila dihitung total, maka jarak terhadap sarana kesehatan adalah 0-0,572 km.

Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Kediri yang dapat diakses oleh masyarakat terkait dengan TB adalah puskesmas, rumah sakit, puskesmas pembantu, dan posyandu. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan(Kepmenkes 184 tahun 2004). Revitalisasi Puskesmas dilaksanakan agar Puskesmas dapat melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan.Selain ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah dan kualifikasi yang cukup, diperlukan juga dukungan sarana dan prasarana yang memadai agar pelaksanaan pembangunan kesehatan dapat berjalan dengan baik.

Pada tahun 2012 di Kabupaten Kediri telah berdiri 37 puskesmas dan 8 diantaranya adalah puskesmas dengan perawatan. Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas, dikembangkan puskesmas pembantu (Pustu) yang seluruhnya berjumlah 80 buah.Selain itu, terdapat sarana puskesmas keliling roda empat sebanyak 37 unit yang dapat menjangkau seluruh daerah di wilayah Pada tahun 2012 di Kabupaten Kediri telah berdiri 37 puskesmas dan 8 diantaranya adalah puskesmas dengan perawatan. Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas, dikembangkan puskesmas pembantu (Pustu) yang seluruhnya berjumlah 80 buah.Selain itu, terdapat sarana puskesmas keliling roda empat sebanyak 37 unit yang dapat menjangkau seluruh daerah di wilayah

Untuk pelayanan kesehatan rujukan, di Kabupaten Kediri sudah berdiri 10 rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Pare milik Pemerintah, Rumah Sakit Amelia, Rumah Sakit Toeloeng Rejo milik BUMN, Rumah Sakit Surya Melati, Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah, Rumah Sakit Aura Syifa, dan Rumah Sakit Wilujeng. Ketujuhrumah sakit tersebut menyediakan pelayanan untuk umum. Sedangkan Rumah Sakit Kasih Bunda, Rumah Sakit Bedah Arga Husada, dan RSAB Nuraini, menyediakan pelanyanan untuk khusus. Menurut informasi dari Kepala SeksiPenanggulangan Penyakit Menular Langsung (P2ML), Ibu Nur Munawaroh, M.Kes., terkait dengan pelayanan Tuberkulosis maka ada 5 rumah sakit yang menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment of Shortcourse), yaitu RSUD Pare, RS Amelia, RS Muhammadiyah Siti Khodijah, RS Surya Melati, dan RS Aura Syifa. Ada 3 Balai Pengobatan yang melayani rawat inap dan rawat jalan, yaitu BP Wahyu Husada, BP Muhammadiyah Kanigoro, dan BP Jimbun Kandat.

Persedian obat dan perbekalan kesehatan di UPTD Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri bersumber dari dana APBD II, Dana Alokasi Khusus, Buffer Stock , danDroping dari Provinsi dan Pusat dalam bentuk obat program. Persediaan obat di UPTD Gudang Farmasi dan Alat-alat Kesehatan rata-rata cukup untuk pemakaian lebih dari 1 tahun, hanya beberapa item yang kurang dari 1 tahun, diantaranya Obat Anti Tuberkolosis (OAT). OAT merupakan obat program yang perolehannya didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengajukan permintaan, karena pada tahun 2012 tidak ada pengadaan untuk OAT.

Tingkat ketersediaan obat yang diukur sebanyak 34 item obat (tidak semua item obatyang ada di pelayanan kesehatan).34 item obat tersebut yang diperkirakan bisa mewakili, yang merupakan obat emergency, fast moving, penunjang utama dan life saving, serta yang wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular. Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap Data Profil Kesehatan dikelompokkan persentase ketersediaan obat, salah satunya adalah Kabupaten Kediri termasuk dalam kategri ketersediaan obat 70% - 79,9%, bersama dengan Kabupaten Malang dan Kota Kediri. Perhitungan persentase ketersediaan dihitung dari jumlah item obat yang terpenuhi selama 12 bulan atau

lebih dibandingkan total item yang dihitung (34 item). Apabila dilihat dari penyediaan obat yang menggunakan perhitungan 18 bulan yang terdiri dari perhitungan kebutuhan obat dalam 1 tahun (12 bulan) ditambah penyangga (6 bulan) seharusnya semua kabupaten/kota mempunyai tingkat kecukupan 100%, akan tetapi beberapa kabupaten masih sekitar 75%, kemungkinan data stok obat yang dimasukkan bukan data stok obat yang tersedia tetapi data sisa stok obat tahun 2012 untuk memprediksi kecukupan tahun 2013, sebelum obat diadakan pada tahun tersebut atau kemungkinan karena kondisi fluktuasi penyakit, geografis dan pola kebiasaan sehari-hari penduduk. Beberapa hal lain yang dapat menyebabkan persentase obat belum mencapai target 100% antara lain karena ketersediaan obat di pasaran kosong dikarenakan proses pengadaan di daerah hampir dilaksanakan bersamaan waktunya, serta terjadinya kejadian bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tidak bisa terprediksi sebelumnya.