REKOMENDASI RENCANA ADVOKASI

BAB V REKOMENDASI RENCANA ADVOKASI

Pada kurun waktu 2010-2014 penyebarluasan informasi pemberantasan TB di Kabupaten kediri telah dilakukan baik melalui media massa, maupun melalui kegiatan kampanye terbuka dan spanduk dengan bekerjasama dengan Dinkes dan radio. Keberadaan radio di Kabupaten Kediri merupakan sarana komunikasi yang strategis, karena dapa menjangkau daerah pelosok kabupaten dalam upaya optimalisasi informasi pemberantasan TB di kabupaten Kediri. Namun demikian, dari data yang diperoleh, masih memerlukan adanya komunikasi dan informasi yang lebih intens mengenai TB di Kabupaten kediri, mengingat pengetahuan dasar dan pole penyebaran penyakit TB dapat dijadikan sebagai pengetahuan dasar pemberantasan penyakit ini di Kabupaten Kediri.

Keterlibatan Stakeholders rumah sakit, masyarakat umum, instansi pemerintah, profesi/spesialis, LSM, universitas, organisasi masyarakat seperti Aisyiyah dan stakeholders lain telah menumbuhkan partisipasi masyarakat, namun masih merupakan gerakan yang parsial. Perangkulan semua stakeholders yang terdapat di Kabupaten Kediri dapat dijadikan mobilisasi sosial yang dapat membantu peningkatan pengetahuan TB bagi amsyarakat awam di Kabupaten Kediri dan langkah penanggulangan secara terintegratif.

Penganggaran Dana yang dikhususkan untuk pemberantasan TB yang relatif kecil di Kabupaten kediri sudah merupakan langkah awal yang baik, dikarenakan di beberapa kabupaten belum ada penganggaran khusus untuk pemberantasan TB. Namun Demikian, apabila anggaran pemberantasan TB di Kabupaten kediri dapat ditingkatkan, maka kemungkinan Communitypotential lost yang tergambar dari analisis DALY yang besarnya mencapai 46,63% dari anggaran kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2013 dapat diperkecil, sehingga pemerintah dan masyarakat didak mengalami kerugian yang cukup signifikan pertahun. Pembuatan kebijakan yang mendukung pemberantasan TB secara legal yang berupa Perda, Keputusan Bupati merupakan pendukung utama peningkatan pendanaan dan penguatan institusi pemberantasan TB di Kabupaten Kediri.

5.1. Rekomendasi Rencana Aksi Advokasi

Secara lebih rinci rekomendasi rencana aksi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Optimalisasi kerjasama untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan TB.

2. Peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan terkait TB

3. Peningkatan luas area jangkauan dengan aktivasi jejaring stakeholders

4. Pemetaan daerah-daerah rawan atau daerah-daerah kantong penderita TB

5. Pembuatan juklak, panduan, atau buku pegangan yang dapat menjadi rujukan oleh semua petugas kesehatan

6. Peningkatan kuantitas dan kualitas kader TB

7. Inisiasi berdirinya LSM TB dan peningkatan kapasitas LSM TB

5.2. Rekomendasi Aksi Utama

Tuberkulosis adalah salah satu penyakit primer di Indonesia yang sering menyerang pada dewasa muda sehingga akan mempengaruhi produktifitas secara nasional. Secara teoritis penyakit ini banyak menyerang pada usia 25 - 64 tahun (Anonymous, 2006). Kekeliruan diagnosis penyakit TB dengan penyakit pneumonia dan kanker paru akan menyebabkan pengobatan yang kurang tepat. Penanganan penyakit TB yang ada diharapkan dilaksanakan secara holistik dan lintas stakeholders dengan peran yang melekat pada masing-masing institusi dan kelompok masyarakat. Koordinasi lintas sektoral ini akan lebih mudah dengan adanya penyamaan persepsi penanggulangan penyakit dan program DOTS pada para petugas medis dan masyarakat. Dukungan dana yang lebih signifikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri yang dapat diwujudkan dengan pengobatan secara gratis bagi penderita TB akan memudahkan penanggulangan penyakit ini. Sosialisasi dan mekanisme penanggulangan penyakit secara terus menerus dan berkesinambungan merupakan upaya preventif yang dapat dilakukan melalui media massa dan media komunikasi yang lain.

5.3. Rekomendasi Potensi Kemitraan

Terdapat setidaknya 5 faktor yang menyebabkan penderita TB menjadi TB- MDR yaitu (a) karena adanya pengobatan yang kurang paripurna, (b) pasien yang terlambat didiagnosis TB-MDR sehingga akan menyebabkan sumber penular, (3) Terdapat setidaknya 5 faktor yang menyebabkan penderita TB menjadi TB- MDR yaitu (a) karena adanya pengobatan yang kurang paripurna, (b) pasien yang terlambat didiagnosis TB-MDR sehingga akan menyebabkan sumber penular, (3)

Aktivasi kelompok masyarakat dan stakeholders lain yang dapat diperankan sebagai PMO (Pengawas Minum Obat) diharapkan akan menurunkan angka ketidakteraturan minum obat yang akan berdampak pada peningkatan angka kesembuhan penderita. PMO yang paling dekat berhubungan dengan penderita TB adalah keluarga. Sebagai PMO keluarga dapat berpartisipasi langsung mengawasi penderita TB Paru agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memotivasi penderita agar mau berobat teratur serta mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang telah ditentukan dan mewakili penderita mengambil obat. Dukungan PMO dari kelompok masyarakat dapat mensupport PMO keluarga dan memberikan pengetahuan baru pada penganggulangan penyakit ini. Untuk itu, pelibatan kelompok medis dan kelompok masyarakat lain sangat diperlukan sebagai mitra penganggulangan penyakit TB.