LAPORAN ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI OCT 20

ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI DAERAH KABUPATEN KEDIRI

Dalam Rangka Mempercepat Peningkatan Peran Seluruh

Pemangku Kepentingan Daerah untuk Penanggulangan TB

SR TB ‘AISYIYAH - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TIM PENELITI ANALISA SITUASI

TUBERKULOSIS (TB) KABUPATEN

KEDIRI

1. Nama : Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si.

Jabatan : Ketua

2. Nama : Husamah, S.Pd.,M.Pd. Jabatan : Anggota 1

3. Nama : Hasan Ibrahim, S.Pd. Jabatan : Anggota 2

4. Nama : Moh. Sarip Hidayatullah, S.Sos. Jabatan : Anggota 3

5. Nama : Anik Ekowati, S.E., MMA. Jabatan : Anggota 4

TIM PENELITI ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI 2014

NO NAMA

JABATAN

INSTANSI

1 Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si.

Universitas Muhammadiyah Malang 2 Husamah, S.Pd., M.Pd.

Ketua

Anggota I

Universitas Muhammadiyah Malang

3 M. Syarip Hidayatullah, S.Sos.

Universitas Muhammadiyah Malang 4 Hasan Ibrahim, S.Pd.

Anggota II

Anggota III

Universitas Muhammadiyah Malang

5 Anik Ekowati, SE, MMA

SSR TB

‘Aisyiyah Kab Kediri

‘Aisyiyah

KONTRIBUTOR/NARASUMBER

No Nama

Jabatan

Instansi

1. Drs. Sudarmono, MM

Kabid Sosbud

BAPPEDA Kab Kediri

2. Afril Dedy Setiawan, ST Kasubbid Kesos BAPPEDA Kab Kediri

3. Nur Munawaroh, M.Kes

Kasi P2ML

DINKES Kab Kediri

(Penanggulangan Penyakit Menular

4. dr. Henny

Kepala

DINKES Kab Kediri

Puskesmas Badas

5. Fenny, S.Sos

Staf P2ML

DINKES Kab Kediri

(Penanggulangan Penyakit Menular

6. Munawar Tenaga penyuluh DINKES Kab Kediri dan tenaga TB Puskesmas pelosoklaten

7. Siti Khotijah

Kader TB Care

‘Aisyiyah Kab Kediri

Kecamatan Badas

8. Sulami

Penderita TB

9. Jumadi

Penderita TB

10. Mawar

Penderita TB

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, tim Analisis Situasi Perguruan Tinggi dapat menyelesaikan Analisis Situasi TB di Kabupaten Kediri. Pada dasarnya berdasarkan amanat yang telah dikemukakan pada strategi Nasional program Pengendalian TB 2011-2014 telah melibatkan berbagai pihak pemangku kebijakan, pusat dan daerah, organisasi profesi, Komite ahli TB, LSM, serta mitra internasional telah diarahkan secara bersama sama dan sinergi untuk pemberantasan TB di Indonesia dengan visi Menuju Masyarakat Bebas masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan.

Dalam penyusunan Analisis Situasi TB di Kabupaten Kediri ini, tim peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini tim peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bupati Kediri, Bappeda dan Dinas Kesehetan Kabupaten Kediri beserta jajarannya (khususnya Kasi P2ML, Puskesmas Badas, dan Puskesmas Plosoklaten) yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas kepada peneliti, sehingga analisis situasi TB Kabupaten Kediri dapat diselesaikan dengan lancar. Tidak Lupa ucapan terimakasih yang tidak terhingga kami sa mpaikan kepada PR TB ‘Aisyiyah yang telah memberikan pengalaman berharga dalam penelitian dan fasilitas lain pada Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri. Terima kasih juga kepada Tim QC, SR, SSR TB Care ‘Aisyiyah yang banyak membantu penyusunan laporan ini.

Akhir kata, semoga Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada pada penelitian Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri.

Kediri, September 2014

Tim ANSIT TB Kab. Kediri

RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)

ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) KABUPATEN KEDIRI; “Dalam Rangka Meningkatkan Peran Seluruh Pemangku Kepentingan Daerah untuk Penanggulangan TB"

Analisa situasi TB ini dilaksanakan oleh Community TB-Care 'Aisyiyah bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, dan dikerjakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang. Pelaksanaan Analisa situasi TB Kabupaten Kediri dilaksanakan selama 4 bulan, sejak Juni 2014 hingga September 2014.

Pelaksanaan Analisa Situasi TB melibatkan instansi terkait dalam memenuhi keabsahan data, diantaranya adalah; 1) Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Langsung (P2ML) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, 2) BAPPEDA Kabupaten Kediri, 3) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 4) Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri, 5) Puskesmas (Babadan dan Plosoklaten), 6)

Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Kediri, 7) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri, 8) Petugas TB (Persatuan Perawat Nasional

Indonesia/PPNI) Kabupaten Kediri, 9) Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Kediri, 10) Tim Penggerak PKK Kabupaten Kediri, 11) SSR TB-Care 'Aisyiyah Kabupaten Kediri, 12) Rumah Sakit Siti Khotidjah, 13) Tokoh Masyarakat Pemerharti TB, 14) BPMPD Kabupaten Kediri, 15) Dinas Kesra Kabupaten Kediri, dan 16) Pasien/Penderita TB.

Keterbatasan dalam analisa situasi TB ini terkait dengan; batasan waktu, akses terhadap sumber informasi, dan ketidaksinkronan data sekunder yang diperoleh dari dinas terkait.

Tujuan Analisa Situasi (Objective)

Analisa Situasi TB ini bertujuan mendapatkan data dan melakukan analisa mengenai kondisi penyakit TB, termasuk tentang prevalensi TB, kebijakan terkait TB, penganggaran daerah untuk penanggulangan TB, kondisi layanan termasuk akses terhadap layanan kesehatan terkait TB, dan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan TB, TB-HIV, TB-MDR. Analisa situasi TB ini juga untuk mengidentifikasi isu-isu dan beberapa kemungkinan dalam rangka menguatkan penanggulangan TB di Kabupaten

Kediri.

Metodologi dan Pendekatan digunakan dalam Analisa Situasi

Kombinasi metodologi diterapkan dalam analisa situasi TB ini dengan pendekatan partisipatif. Kombinasi metodologi terdiri dari Analisa Profil, Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis), DALY (Disability Adjusted Life Year), dan Analisa Peran Stakeholder. Untuk melengkapi kebutuhan dan keabsahan data, juga melakukan survey lapangan dengan teknik observasi,, wawancara, dan Focus Group Discussion serta seminar hasil analisa.

Temuan Analisa Situasi

Prevalensi Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, dan Nasional Prevalensi Kabupaten Kediri tahun 2012 sebesar 107/100.000 penduduk. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi propinsi Jawa Timur sebesar

109/100.000, dan jika dibandingkan dengan prevalensi TB nasional sebesar pada tahun 2012 297/100.000. Angka prevalensi menunjukkan TB masih mengkhawatirkan.

Demografi dan TB Berdasarkan data BPS tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Kediri sebesar

1.526.464 jiwa, dengan luas wilayah 1386,05 km 2 dan memiliki kepadatan

penduduk 1.101,03/km 2 .

Tiga kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, berada di Kecamatan 1) Ngasem (3.118,02/km 2 ), 2) Pare (1.924,04/km 2 ), dan 3) Ngadiluwih (1.761,69/km 2 ). Tiga kecamatan tersebut juga merupakan Kecamatan dengan prevalensi tinggi sejak tahun 2012. Tiga kecamatan tersebut bukan merupakan daerah tertinggi untuk kasus kematian akibat TB, tidak terdapat keterkaitan antara kepadatan dengan penularan dalam kasus Kabupaten Kediri.

Kasus baru TB selama tahun 2011 sampai tahun 2013 juga menyasar pada kelompok usia produktif (usia 15-54 tahun). Dari 1.235 kasus baru yang tercatat selama Tahun 2013, 51% disandang oleh kelompok usia produktif.

Performa Pelayanan TB CDR/CNR: Berdasarkan data tahun 2013, capaian CNR/CDR Kabupaten Kediri sebesar 708 yang berarti 45,35% dari target CNR propinsi sebesar 70% (107/100.000), pada tahun 2012 CNR Nasional mencapai 138/100.000.

Success Rate: Mencapai 96% yang berarti melebihi dari target nasional (90,2%). Sedangkan angka pasien Kambuh, gagal, dan default yakni 4% pada tahun 2013.

Infrastruktur Pelayanan Kesehatan Hingga tahun 2013 Kabupaten Kediri terdiri dari 26 kecamatan, 343 desa, dan 1 kelurahan, serta memiliki sarana kesehatan berupa 37 Puskesmas, 80 unit puskesmas pembantu, dengan rasio 2,42 puskesmas per 100.000 penduduk yang tersebar di 15 Kecamatan. Terdapat 10 Rumah Sakit, klinik bersalin 6 unit dan puskesmas keliling 37 unit, Balai Pengobatan/klinik 22 unit, Jumlah praktek dokter perorangan: 118 dokter umum, 54 praktek dokter gigi dan 95 praktek dokter spesialis.

Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk kelancaran pelaksanaan tupoksi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, pada kurun waktu 2008-2013, Bupati Kediri belum mengeluarkan SK/Perda/Surat Edaran.

Policy issues

Kebijakan terkait isu program Kesehatan Kebijakan kesehatan Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor

9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait penanggulangan TB di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri.

Sebagai awal pengembangan kebijakan untuk penanggulangan TB, bisa dikembangkan berdasarkan kebijakan yang telah ada, diantaranya dengan Keputusan Bupati Kediri nomor 188.45/358/418.32/2012 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi.

Kebijakan terkait isu kepadatan penduduk Sama halnya dengan kebijakan terkait isu proram kesehatan, kebijakan terkait isu kependudukan Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait isu kepadatan penduduk di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi.

Kebijakan terkait isu promosi kesehatan terkait TB Sama halnya dengan kebijakan terkait isu proram kesehatan dan kebijakan terkait isu kependudukan, kebijakan terkait isu promosi kesehatan terkait TB Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait isu promosi kesehatan terkait TB di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi.

Anggaran Pelayaan Kesehatan Hingga Tahun 2013, anggaran kesehatan Kabupaten Kediri baru mencapai 8,99% masih rendah jika disesuaikan dengan Amanat UU Kesehatan 39 Tahun 2009, yang memandatkan anggaran kesehatan mencapai 10% dari APBD. Pada tahun 2012, anggaran kesehatan bersumber dari APBD Kabupaten Kediri Rp. 98.685.632.728 Kemudian, pada tahun 2013, anggaran kesehatan bersumber dari APBD menjadi Rp.170.967.647.792. Jika dilihat berdasarkan tren anggaran kesehatan Kabupaten Kediri bersumber dari APBD sejak tahun 2012 hingga 2013 mengalami kenaikan dari rentang 5,8% sampai 8,9% dari total APBD. Sementara itu Persentase anggaran TB terhadap APBD-Kesehatan sangat rendah, dimana tahun 2012 sebesar 0,084% (Rp. 82.374.750) dan tahun 2013 sebesar 0,068% (Rp. 115.465.000).

Kesehatan Penduduk dan Daya Saing Daerah

Dengan menurunnya angka prevalensi TB, secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas ekonomi. Jika dihitung menggunakan DALY, pada tahun 2013 akibat sakit TB menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 3.258.927.903, dengan asumsi 75 % dari penderita TB pada usia produktif.

Beban biaya berobat, jika dihitung menggunakan DALY dengan asumsi biaya berobat untuk 50% jumlah penderita saja mencapai Rp 737.100.000, artinya bisa ada realokasi anggaran dari biaya pengobatan TB untuk sektor maupun program lainnya.

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

AIDS : Aquired Immuno Deficiency Syndrome AKMS : Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BTA : Basil Tahan Asam DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse

GF : The Global Fund HIV

: Human Immunodeficiency Virus IDI

: Ikatan Dokter Indonesia LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDR : Multy Drugs Resistant Perda : Peraturan Daerah PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia WHO : World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang banyak menjangkiti masyarakat di Indonesia. Penyakit ini mulai dikenal oleh masyarakat dunia sejak diketemukannya bakteri Myobacterium tuberkulosis oleh Robert Koch pada tahun 1882. Nama spesies tuberkulosis inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat awam sebagai penyakit yang menyerang paru-paru manusia. Penyakit ini dikenal penyebarannya dengan melalui udara karena percikan mist yang dikeluarkan oleh penderita sebelumnya (Kusnadi, 2013).

Peningkatan penyakit Tuberkulosis secara dramatis terjadi pada era tahun 1980-an, dimana pandemi penyakit ini menyebar dengan sangat pesat di dunia, mulai dari Rusia, Amerika, Afrika, hingga benua Asia termasuk Indonesia (Weant, 2010). Saat ini penyakit Tuberkulosis telah mengalami mutasi. Munculnya strain virulen yang resisten terhadap obat merupakan pekerjaan rumah yang perlu untuk segera diselesaikan. TB juga merupakan Opportunities Diseases bagi penderita HIV/AIDS yang juga memerlukan penanganan dengan serius.

Prevalensi TB di Indonesia cukup mengkhawatirkan, apabila dilakukan rangking di dunia, Indonesia menduduki rangking ke-4 setelah China, India, dan Afrika Selatan (Kompas, 3 Maret 2014). Lebih lanjut dipaparkan oleh Kompas (2014) bahwa prevalensi TB di Indonesia 297 per 100.000 penduduk, dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000. Penderita TB tahun 2013 di Indonesia mencapai 800.000-900.000 orang, dengan kasus TB-MDR 6.900 penderita.

TB di Indonesia muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. WHO memperkirakan prevalensi penyakit TBC di Indonesia sebesar 786 per 100.000 penduduk, dengan 44% diantaranya BTA positif, yakni ditemukannya bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam dahak (sputum) penderita. Indonesia kini menempati urutan ketiga penderita penyakit TBC terbanyak di dunia, dengan 582.000 kasus baru per tahun, yang hampir separuhnya adalah TB paru dengan BTA positif. Indonesia mempunyai jumlah prevalensi TB kira-kira sebanyak 660.000 atau 285 per 100.000 penduduk dan TB di Indonesia muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. WHO memperkirakan prevalensi penyakit TBC di Indonesia sebesar 786 per 100.000 penduduk, dengan 44% diantaranya BTA positif, yakni ditemukannya bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam dahak (sputum) penderita. Indonesia kini menempati urutan ketiga penderita penyakit TBC terbanyak di dunia, dengan 582.000 kasus baru per tahun, yang hampir separuhnya adalah TB paru dengan BTA positif. Indonesia mempunyai jumlah prevalensi TB kira-kira sebanyak 660.000 atau 285 per 100.000 penduduk dan

Epidemi TB pada anak mengikuti pola epidemi TB pada orang dewasa di suatu wilayah tertentu. Walaupun sampai saat ini beban permasalahan TB anak di tingkat global masih belum begitu jelas, di berbagai negara sedang berkembang resiko terjadinya penularan TB anak pertahun sekitar 2-5%. Hal ini diperparah dengan tingginya angka kematian pada anak yang disebabkan oleh TB, yaitu sekitar 8-20%. Vaksinasi BCG memang memberikan hasil terhadap penurunan kejadian penularan dan kondisi yang mematikan, namun demikian pada anak dengan HIV tetap risiko untuk terjadi penularan TB masih cukup tinggi (Team AKMS Subdit TB, 2013).

Jumlah penderita baru TB di Jawa Timur tahun 2012 mencapai 20.327 kasus atau turun sebesar 0,61% dari tahun 2011. Dalam kurun waktu 5 tahun ini hanya pada tahun 2012 jumlah penderita TB baru mengalami penurunan dan pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan. Peningkatan tertinggi untuk kasus ini terjadi di tahun 2010, ada 11 kabupaten yang peningkatan penderita TBC baru di atas 100 kasus, yaitu Jember, Malang, Pamekasan, Jombang, Bojonegoro, Mojokerto, Kabupaten Kediri, Pasuruan, Gresik, Malang dan Sampang. Sementara di tahun 2012 penurunan di atas 100 kasus adalah Sidoarjo, Lumajang, Jember, Tulungagung dan Pacitan (RPJMD Jatim 2014).

Sampai tahun 2013 di Jawa Timur ada 42.222 penderita TB yang ditangani di beberapa rumah sakit, puskesmas, dan klinik-klinik di Jawa Timur. Hampir 90 persen pasien yang diobati sudah berhasil, tapi ada juga yang belum berhasil karena mereka melepaskan diri dari pengobatan tanpa diketahui sebabnya. Diharapkan dengan adanya tambahan empat rumah sakit yang akan melayani para penderita TB itu, pasien tidak perlu lagi harus jauh-jauh datang ke Surabaya. Selain itu, pasien akan lebih cepat dapat pelayanan kesehatan dan perawatan yang diperlukan sesuai penyakit yang diderita. Sebagai upaya mendukung operasional dan layanan pada pasien TB, rumah sakit-rumah sakit yang melayani penderita TB akan dapat anggaran khusus dari pusat dan Pemprov Jawa Timur lewat APBN dan APBD (Srianto, 2014). Jumlah kasus TB anak tahun 2013 mencapai angka 2.342 orang. Dari total penderita TB di Jatim sebanyak 43.275 orang, setidaknya Sampai tahun 2013 di Jawa Timur ada 42.222 penderita TB yang ditangani di beberapa rumah sakit, puskesmas, dan klinik-klinik di Jawa Timur. Hampir 90 persen pasien yang diobati sudah berhasil, tapi ada juga yang belum berhasil karena mereka melepaskan diri dari pengobatan tanpa diketahui sebabnya. Diharapkan dengan adanya tambahan empat rumah sakit yang akan melayani para penderita TB itu, pasien tidak perlu lagi harus jauh-jauh datang ke Surabaya. Selain itu, pasien akan lebih cepat dapat pelayanan kesehatan dan perawatan yang diperlukan sesuai penyakit yang diderita. Sebagai upaya mendukung operasional dan layanan pada pasien TB, rumah sakit-rumah sakit yang melayani penderita TB akan dapat anggaran khusus dari pusat dan Pemprov Jawa Timur lewat APBN dan APBD (Srianto, 2014). Jumlah kasus TB anak tahun 2013 mencapai angka 2.342 orang. Dari total penderita TB di Jatim sebanyak 43.275 orang, setidaknya

Kabupaten Kediri termasuk daerah rawan TB. Menurut Dinkes Kab. Kediri (2013) Kabupaten Kediri dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap cakupan program TB di Provinsi Jawa Timur, yang mana target cakupan adalah 70% dari perkiraan kasus (107/100.000 penduduk). Cakupan program penemuan penderita TB dengan BTA Positif (CDR) di Kabupaten Kediri tahun 2013 masih di bawah target, yaitu 43,35% (ditemukan 708 orang, dari perkiraan penderita TB sebesar 1.655 orang).

Catatan yang didapatkan petugas lapangan LKNU menunjukkan, di awal tahun 2013 sudah ditemukan 3 penderita Tuberkulosis di Kabupaten Kediri yang meninggal dunia. Sementara penderita yang berstatus DO (Drop Out), yaitu memilih berhenti mengkonsumsi obat sebanyak 1 orang. Penderita kambuh sebanyak 2 orang, dan 3 lainnya masih tercatat menjalani perawatan (Hadi, 2013).Kementrian Pusat sebelumnya pada 2009 mentargetkan agar Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, menekan angka penderita TB sebesar 70 % dari total 1149 penderita. Namun, baru 619 penderita yang tertangani, sehingga masih 530 penderita. Sementara itu, untuk target tahun 2010, naik menjadi 73 %, atau sebanyak 1208 penderita. Hingga akhir Juni 2010, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri sudah menangani penderita TB sebanyak 363 orang (Kristian, 2013). Hingga kini, pihaknya juga belum bisa memenuhi target temuan. Pada 2009 lalu, pihaknya hanya menemukan 619 pasien dari perkiraan 1.642 pasien, sementara pada 2010 hanya menemukan 737 pasien dari perkiraan 1.655 pasien. Sementara itu, hingga Juni 2011, masih ditemukan 440 pasien yang diketahui positif menderita TBC (Chusna, 2011).

WHO mensyaratkan bahwa setidaknya 70% pasien TB dapat ditemukan dan diobati dengan angka kesembuhan sedikitnya 85%, agar TB dapat ditanggulangi dari suatu negara maka, Untuk menangani tantangan ke depan telah dibuat rencana untuk strategi pengendalian TB pasca 2015, yang bertujuan untuk menghilangkan TB sebagai masalahkesehatan masyarakat di dunia dengan target yang sangat ambisius yaitu mengurangi 95% tingkat kematian akibat TB dari angka tahun 2015 pada tahun 2035 dan menurunkan angkainsidens TB menjadi 10/100.000 penduduk pada tahun 2035. Prinsip dari Strategi TB pasca 2015 adalah Pelayanan TB yang inovatif dan berpihak pada pasien (innovative TB

Care); Kebijakan yang lebih berani (agresif) dan didukung oleh sistem yang jelas (Bold Polices andsupportive system); Intensifikasi penelitian dan Inovasi untuk diagnosa cepat, vaksinasi pascapaparan pengobatan yang lebih singkat, dan lain- lain (Intensified research and Innovation) (Pusat Promosi Kesehatan, 2010; Ditjen PP&PL, 2011a).

Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat TB terus dilakukan melalui program pengendalian TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment of Shortcourse), yang meliputi komitmen politis, pemeriksaan dahak mikroskopis, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang bermutu serta pencatatan dan pelaporan yang baku. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal mendasar yang mesti diperhatikan dalam penanggulangan penyakit TB, yaitu, 1) Adanya kesepakatan nasional dan lokal terhadap program penanggulangan penyakit TB, 2) pendidikan kesehatan nasional dan lokal mengenai penyakit TB, 3) penemuan kasus-kasus baru melalui pemeriksaan rutin dahak terhadap orang-orang yang memiliki gejala penyakit TB, 4) pengobatan standar yang diobservasi, 5) pengembalian penderita yang lalai berobat, 6) pencatatan dan pemantauan kasus yang tersandarisasi, 7) Memastikan ketersedian obat dan perlengkapan lainnya, 8) pelatihan-pelatihan berulang yang berkelanjutan bagi para petugas kesehatan, 9) vaksinasi BCG bayi yang baru lahir serta 10) pemeriksaan anggota keluarga yang berinteraksi erat dengan orang dewasa penderita TB.Upaya ‐upaya tersebut terkoordinasi dalam suatu program yang disebut sebagai strategi DOTS yang terdiri dari lima komponen, yaitu adanya komitmen politik, diagnosis dengan mikroskopik, pengobatan dengan obat jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawasan menelan obat (PMO), jaminan ketersediaan obat serta sistem pencatatan dan pelaporan yang baik dan seragam (Ditjen PP&PL, 2011a).

Departemen Kesehatan melalui Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Buku Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Tuberkulosis 2010. Dijelaskan bahwa Strategi Promosi Pengendalian TB, adalah Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS). Mobilisasi Sosial sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Komunikasi dan Advokasi. Masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat Departemen Kesehatan melalui Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Buku Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Tuberkulosis 2010. Dijelaskan bahwa Strategi Promosi Pengendalian TB, adalah Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS). Mobilisasi Sosial sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Komunikasi dan Advokasi. Masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Tujuan Pembangunan Milenium mempertegas komitmen Indonesia untuk melakukan percepatan pencapaiannya. Inpres tersebut merupakan upaya percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional tahun 2010 yang tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2010. Laporan pencapaian MDG’s Tahun 2010 menunjukkan bahwa target 6C yaitu mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Tuberkulosis, merupakan satu satunya target MDG’s di bidang kesehatan yang telah tercapai, bahwa upaya pengendalian TB di Indonesia sebagai bagian pembangunan kesehatan telah dilaksanakan dengan benar dan memberikan kontribusi pada upaya pembangunan nasional.

Disepakati terdapat 12 agenda lanjutan Pasca MDG’s 2015 yang harus ditindaklanjuti untuk diselesaikan oleh negara-negara yang berkomitmen. Ke-12 butir agenda tersebut, yaitu 1) mengakhiri kemiskinan; 2) meningkatkan pemberdayaan wanita dan mencapai kesetaraan gender; 3) menyediakan pendidikan berkualitas dan suasana belajar seumur hidup; 4) memastikan kesehatan yang layak; 5) ketahanan pangan dan tercukupinya nutrisi; 6) mencapai akses air minum dan sanitasi; 7) menjaga keberlanjutan ketersediaan energi; 8) penciptaan lapangan kerja, mata pencarian keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang adil; 9) pengelolaan aset sumber daya alam secara berkesinambungan; 10) memastikan terciptanya tata kelola yang efektif di pemerintahan dan lembaga; 11) memastikan terciptanya kehidupan sosial yang stabil dan damai; dan 12) menciptakan lingkungan yang berdaya dengan pendanaan jangka panjang (Ditjen PP&PL, 2011b).

Visi Stop TB Partnership adalah dunia bebas TB, yang akan dicapai melalui 4 misi, yaitu 1. Menjamin akses terhadap diagnosis, pengobatan yang efektif dan kesembuhan bagi setiap pasien TB. 2. Menghentikan penularan TB. 3. Mengurangi ketidakadilan dalam beban sosial dan ekonomi akibat TB. 4. Mengembangkan dan menerapkan berbagai strategi preventif, upaya diagnosis dan pengobatan baru lainnya untuk menghentikan TB. Target yang ditetapkan Stop TB Partnership sebagai tonggak pencapaian utama adalah: a) Pada tahun 2015, beban global penyakit TB (prevalensi dan mortalitas) akan relatif berkurang sebesar 50% dibandingkan tahun 1990, dan setidaknya 70% orang yang terinfeksi

TB dapat dideteksi dengan strategi DOTS dan 85% diantaranya dinyatakan sembuh. b) Pada tahun 2050 TB bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat global (Pusat Promosi Kesehatan, 2010).

Selain itu, Stop TB Partnership juga mempunyai komitmen untuk mencapai target dalam Tujuan Pembangunan Milenium, seperti yang disebutkan pada tujuan 6, target 8 (“to have halted and begun to reverse the incidence of TB”) pada tahun 2015. Tujuan tersebut akan dicapai dengan strategi ganda yang akan dikembangkan dalam waktu 10 tahun ke depan, yaitu akselerasi pengembangan dan penggunaan metode yang lebih baik untuk implementasi rekomendasi Stop TB yang baru berdasarkan strategi DOTS dengan standar pelayanan mengacu pada International Standard for TB Care (ISTC).

Tujuan yang ingin dicapai dalam Rencana Global 2006-2015 adalah untuk:

1. Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan strategi untuk menghentikan penularan TB dengan cara meningkatkan akses terhadap diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi pelaksanaan DOTS untuk mencapai target global dalam pengendalian TB; dan meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas obat anti TB (OAT); 2. Menyusun strategi untuk menghadapi berbagai tantangan dengan cara mengadaptasi DOTS untuk mencegah, menangani TB dengan resistensi OAT (MDR-TB) dan menurunkan dampak TB/HIV; dan 3. Mempercepat upaya eliminasi TB dengan cara meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk berbagai alat diagnostik, obat dan vaksin baru; serta meningkatkan penerapan metode baru dan menjamin pemanfaatan, akses dan keterjangkauannya ((Pusat Promosi Kesehatan, 2010; Ditjen PP&PL, 2011a; Ditjen PP&PL, 2011b). .

Kebijakan yang dilakukan adalah: 1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu. 2. Menghadapi TB/HIV, Multy Drugs Resistance-TB (MDR-TB), dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya.

3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), milik perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix (PPM) dan menjamin kepatuhan terhadap International Standards of TB Care. 4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB. 5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB 6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap Program

Pengendalian TB. 7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

Sehubungan dengan itu, ada prinsip pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini salah satunya adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri dan seterusnya Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. 1) Pembangunan tidak cukup hanya mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pengentasan rakyat miskin, peningkatan pendapatan rakyat yang memperhatikan pemerataan berkeadilan, peningkatan alokasi dana untuk pemenuhan hak-hak dasar rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik lainnya, yang dapat makin memperluas dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kapabilitas rakyat. 2) Bidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang perlu mendapatkan penanganan dan menjadi urusan wajib bagi Pemerintah baik pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sarana dan prasarana kesehatan baik itu menyangkut prasarana kesehatan dan tenaga medis menjadi perhatian yang harus disiapkan oleh pemerintah. 3) Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal. 4) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsip-prinsip: (a) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin; (b) Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang ’cost effective’ dan rasional; (c) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas; (d) Penyelenggaraan yang transparan dan akuntabel. 5) Jaminan kesehatan harus bersifat komprehensif (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif), berjenjang (rawat jalan dan rawat inap di puskesmas, rawat jalan spesialistik di rumah sakit dan rawat inap di rumah sakit), tanpa batasan nilai rupiah.

Berbagai rencana strategis dan rencana aksi nasional yang ditetapkan, program kerja yang diagendakan, dan peraturan yang telah dikeluarkan harus kaji tingkat implementasinya. Perlu ada kajian, evaluasi, dan Analisis untuk melihat apakah kebijakan tersebut telahmencapai sasaran dan diperoleh hasil yang sesuai harapan. Oleh karena itu, perlu kiranya Analisis situasi tuberkulosis (ANSIT TB) di Kabupaten Kediri sebagai daerah yang termasuk memiliki prevalensi TB Berbagai rencana strategis dan rencana aksi nasional yang ditetapkan, program kerja yang diagendakan, dan peraturan yang telah dikeluarkan harus kaji tingkat implementasinya. Perlu ada kajian, evaluasi, dan Analisis untuk melihat apakah kebijakan tersebut telahmencapai sasaran dan diperoleh hasil yang sesuai harapan. Oleh karena itu, perlu kiranya Analisis situasi tuberkulosis (ANSIT TB) di Kabupaten Kediri sebagai daerah yang termasuk memiliki prevalensi TB

1.2. Tujuan

Tujuan Analisis Situasi Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kediri, yaitu

a. Mengkaji penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kedirisampai tahun 2014 (termasuk di dalamnya, yaitu 1) data prevalensi TB paru, TBAnak, TB HIV dan TB MDR, 2) kebijakan TB, 3) anggaran TB, dan 4) layanan kesehatan TB).

memaksimalkan upaya penanggulanganTuberkulosis (TB) di Kabupaten Kediri.

b. Memberi rekomendasi

aksi

kunciuntuk

c. Mendukung Strategi Promosi Pengendalian Tuberkulosis (TB) yang dicanangkan Departemen Kesehatan melalui Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan tertuang dalam Buku Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Tuberkulosis 2010, yaitu Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS) dalam pengendalianTuberkulosis (TB), khususnya di Kabupaten Kediri.

d. Menjadi landasan dan acuan untuk mendapatkan dukungan atau memperluas jaringan kemitraan, khususnya masyarakat umum, lembaga sosial kemasyarakatan (LSM), institusi pendidikan, pihak-pihak swasta (perorangan dan perusahaan yang memiliki Corporate Social responsibility), serta pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat (baik eksekutif, legislatif dan yudikatif). Hal ini tentu akan menjadi acuan dalam upaya pendampingan atau advokasi program Tuberkulosis (TB).

1.3. Proses Penyusunan

Pelaksana “Analisis Situasi Tuberkulosisdi Kabupaten Kediri” adalah Tim dari Universitas Muhammadiyah Malangyangdipilih oleh Tim Quality Control (Tim QC) Majelis DIKTIPP Muhammadiyah dan PP ‘Aisyiyah. Tim berjumlah 4 orang, 2 orang berpendidikan S2 (1 orang diantaranya sedang menyelesaikan pendidikan S3) dan 2 orang berpendidikan S1. Proses penyusunan dilakukan Pelaksana “Analisis Situasi Tuberkulosisdi Kabupaten Kediri” adalah Tim dari Universitas Muhammadiyah Malangyangdipilih oleh Tim Quality Control (Tim QC) Majelis DIKTIPP Muhammadiyah dan PP ‘Aisyiyah. Tim berjumlah 4 orang, 2 orang berpendidikan S2 (1 orang diantaranya sedang menyelesaikan pendidikan S3) dan 2 orang berpendidikan S1. Proses penyusunan dilakukan

Proses pelaksanaan Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri ini melibatkan SKPDyang terkait situasi TB di Kabupten Kediri, yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, BPS Kabupaten Kediri, Bappeda Kabupaten Kediri, Puskesmas Plosoklaten dan Babadan, Universitas Muhammadiyah Malang, PemegangProgram TB Care Aisyiyah PPA Jawa Timur Sub Recipient (SR), Sub- Sub Recipient (SSR) Kabupaten Kediri, Kader TBCare Aisyiyah Kabupaten Kediri, dan pasien (TB positif dan negatif) yang dikoordinasi oleh Pelaksana dari UniversitasMuhammadiyah Malang.

1.4. Manfaat

Hasil Analisis Situasi Tuberkulosis (TB) Kabupaten Kediri memiliki berbagai manfaat, yaitu

a. Menjadi rujukan dan dasar pertimbangan Community TB Care 'Aisyiyah untuk melaksanakan berbagai kegiatan seperti penyusunan policy paper, pelaksanaan audiensi, lobby, konferensi pers, dan KIE (Komunikasi-Informasi-Edukasi) di level Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, dan Pusat.

b. Menjadi rujukan dan dasar pertimbangan dalam upaya penyamaan persepsi sehingga memudahkan upaya pengambilan keputusan dan penentuan skala prioritas penanggulangan Tuberkulosis (TB).

c. Digunakan mendukung Visi Stop TB Partnership untuk mencapai target dunia bebas Tuberkulosis (TB), yang akan dicapai melalui empat misi sebagai berikut: 1). Menjamin akses terhadap diagnosis, pengobatan yang efektif, dan kesembuhan bagi setiap pasien Tuberkulosis (TB) yang bertujuan mengurangi angka kesakitan dan kematian. 2). Menghentikan penularan Tuberkulosis (TB). 3). Mengurangi ketidakadilan dalam beban sosial dan ekonomi akibat Tuberkulosis (TB). 4). Mengembangkan dan menerapkan berbagai strategi c. Digunakan mendukung Visi Stop TB Partnership untuk mencapai target dunia bebas Tuberkulosis (TB), yang akan dicapai melalui empat misi sebagai berikut: 1). Menjamin akses terhadap diagnosis, pengobatan yang efektif, dan kesembuhan bagi setiap pasien Tuberkulosis (TB) yang bertujuan mengurangi angka kesakitan dan kematian. 2). Menghentikan penularan Tuberkulosis (TB). 3). Mengurangi ketidakadilan dalam beban sosial dan ekonomi akibat Tuberkulosis (TB). 4). Mengembangkan dan menerapkan berbagai strategi

d. Digunakan sebagai masukan dan kajian bagi penyusunan perencanaan, baik jangkapendek, menengah, dan jangka panjang bagi berbagai pihak atau stakeholder yang terkait dalam upayapenanggulangan Tuberkulosis (TB).

e. Digunakan dalam mendukung Rencana Global Stop TB berdasarkan standar pelayanan mengacu pada International Standard for TB Care (ISTC), dengan tujuan 1). Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan strategi untuk menghentikan penularan TB dengan cara meningkatkan akses terhadap diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi pelaksanaan DOTS untuk mencapai target global dalam pengendalian TB; dan meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas obat anti TB (OAT);

2. Menyusun strategi untuk menghadapi berbagai tantangan dengan cara mengadaptasi DOTS untuk mencegah, menangani TB dengan resistensi OAT (MDR-TB) dan menurunkan dampak TB/HIV; dan 3. Mempercepat upaya eliminasi TB dengan cara meningkatkan penelitian dan pengembangan yang menjamin pemanfaatan, akses dan keterjangkauannya.

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

2.1. Wilayah

Posisi geografis Kabupaten Kediri terletak antara 111 0 47’ 05’’ sampai

0 0 dengan 112 0 18’ 20’’ BT dan 7 36’ 12’’ sampai dengan 8 0’ 32’’ LS. Kabupaten Kediri diapit oleh 5 kabupaten, yakni Kabupaten Tulungagung (di sebelah Barat-

Selatan), Kabupaten Nganjuk (Barat-Utara), Kabupaten Jombang (Utara-Timur), Kabupten Malang (Timur), dan Kabupaten Blitar (Selatan). Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran Sungai Brantas yang membelah dari Selatan ke Utara. Pada tahun 2011 tingkat curah hujan rata- rata sekitar 15,81 mm/hari, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 16,76 mm/hari (BPS Kabupaten Kediri, 2013).

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kediri 138.605 ha (1.386,05 km 2 ), terdiri dari lahan sawah 47.580 ha, lahan non sawah 91.025 ha, yang menaungi 26 Kecamatan, 343 Desa, dan 1 Kelurahan dengan organisasi RW sebanyak 2.812 dan RT sebanyak 9.265. Luas dan persentase luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Kediri tahun 2013 sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kediri Tahun 2013 No 2 Kecamatan Luas Wilayah (km )

1 Semen

5,80 2 Mojo

7,41 3 Kras

3,23 4 Ngadiluwih

3,02 5 Kandat

3,75 6 Wates

5,53 7 Ngancar

6,79 8 Puncu

4,92 9 Plosoklaten

6,39 10 Gurah

3,67 11 Pagu

1,80 12 Gampengrejo

1,44 13 Grogol

2,49 14 Papar

2,61 15 Purwoasri

3,07 16 Plemahan

3,45 17 Pare

3,41 18 Kepung

7,62 19 Kandangan

3,01 20 Tarokan

No Kecamatan

Luas Wilayah (km 2 )

100 (Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013)

Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa Kecamatan Kepung memiliki daerah yang paling luas yaitu mencapai 7,62% dari luas wilayah Kabupaten Kediri. Daerah yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Ngasem yang hanya memiliki luas sebesar 1,35% dari luas wilayah Kabupaten Kediri.

Kondisi iklim pada wilayah Kabupaten Kediri pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan daerah-daaerah lain di Indonesia yaitu secara umum beriklim tropis dengan dua musim. Kondisi iklim rata-rata Kabupaten Kediri, yaitu: a)

Suhu maksimum rata-rata 30,7 0

C pada musim kemarau dan suhu minimum rata- rata 23 0

C, sedangkan pada musim penghujan suhu rata-rata setahunnya sebesar

27 0 C. 2) Kelembaban udara rata-rata 85,5% per tahun, sementara nisbi antara 74- 86%. 3) Kecepatan angin rata-rata pada musim kemarau antara 12-13 knots dan

pada musim penghujan 17-20 knots. 4) Musim kemarau berlangsung selama 6-7 bulan yaitu sekitar bulan Mei-Nopember, sementara musim penghujan berlangsung selama 4-5 bulan yaitu pada bulan Desember-April setiap tahunnya.

5) Curah hujan rata-rata pertahunnya sebesar 130-150 mm, dengan jumlah hari hujan rata-rata 6-15 hari per bulan (BPS Kabupaten Kediri, 2013).

2.2 Penduduk

2.1.1 Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Kediri selama 4 tahun terakhir berdasarkan Sensus Penduduk 2010 oleh BPS Jawa Timur ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri (Orang)

Tahun

No. Uraian

100,25 100,32 (Sumber: BPS Kab.Kediri, 2013; Dinkes Kab. Kediri,2011, Dinkes Kab. Kediri, 2012, Dinkes Kab. Kediri, 2013).

Sex Ratio

Untuk mengetahui struktur atau susunan penduduk di Kabupaten Kediri dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, berdasarkan Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Usia

Kelompok Tahun 1990

Tahun 2010 Umur Laki-laki

Tahun 2000

Laki-laki Perempuan Jumlah 0-4

16.974 24.599 41.573 Tak Terjawab

(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013).

Berdasarkan Tabel 3. dapat dijelakan bahwa kondisi penduduk menurut tingkatan usia di Kabupaten Kediri pada tahun 2010 berjumlah 1.499.768 jiwa dengan klasifikasi umur sebagai berikut jumlah penduduk yang berusia 0-4 tahun sebanyak 125.547 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 5-9 tahun sebanyak 128.186 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 10-14 tahun sebanyak 126.493 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 15-19 tahun sebanyak 113.100 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 20-24 tahun sebanyak 102.403 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 25-29 tahun sebanyak 123.285 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 30-34 tahun sebanyak 115.277 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 35-39 tahun 118.068 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 40-44 tahun sebanyak 118.027 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 45-49 tahun sebanyak 106.194 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 50-54 tahun sebanyak 67.907 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 55-59 tahun sebanyak 67.748 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 60-64 tahun sebanyak 49.993 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 65-69 tahun sebanyak 43.168 jiwa. Jumlah penduduk yang berusia 70-75 tahun sebanyak 32.686 jiwa dan jumlah penduduk yang berusia 75 tahun keatas sebanyak 41.686 jiwa.

Dari data diatas menunjukkan struktur penduduk Kabupaten Kediri tergolong penduduk muda. Persentase penduduk umur muda relatif lebih banyak daripada penduduk umur tua yaitu terlihat dengan jumlah penduduk yang berusia 25-54 tahun atau penduduk dalam usia produktif bekerja dengan jumlah penduduk sebanyak 668.758 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah penduduk yang berusia 75 tahun ke atas atau yang disebut dengan usia lanjut (lansia) yaitu usia yang tidak lagi produktif bekerja dengan jumlah sebanyak 41.686 jiwa.

Sementara itu, menurut Proyeksi Penduduk Tahun 2013 berdasarkan Sensus Penduduk oleh BPS Jawa Timur tahun 2010 berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Kediri termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 1.034.288 jiwa (67,76%) dan selebihnya sebanyak 492.175 jiwa (32,24%) berusia di bawah 15 tahun dan berusia 65 tahun ke atas. Dari angka tersebut dapat diketahui angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Kediri adalah sebesar 47,59%. Rasio ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-65 tahun). Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif ekonomi karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-65 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif (Dinkes, 2013).

Adapun penduduk Kabupaten Kediri berdasarkan angka kelahiran sebagaimana ditunjukkan Tabel 4.

Tabel 4. Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kelahiran

Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kelahiran

Tahun Laki-laki

Rata-rata /1000Penduduk 2010

2 (Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013).

Berdasarkan Tabel 4. dapat dijelakan bahwa jumlah penduduk berdasarkan angka kelahiran di Kabupaten Kediri pada tahun 2010-2012 cenderung menurun, padatahun 2010 laki-laki berjumlah 7.872 jiwa, perempuan berjumlah 7.126 jiwa, Berdasarkan Tabel 4. dapat dijelakan bahwa jumlah penduduk berdasarkan angka kelahiran di Kabupaten Kediri pada tahun 2010-2012 cenderung menurun, padatahun 2010 laki-laki berjumlah 7.872 jiwa, perempuan berjumlah 7.126 jiwa,

10. Padatahun 2011 laki-laki berjumlah 7.149 jiwa, perempuan berjumlah 6.599 jiwa, dengan jumlah total sebesar 13.748 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 9. Padatahun 2012 laki-laki berjumlah 1.468 jiwa, perempuan berjumlah 1.400 jiwa, dengan jumlah total sebesar 2.868 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 2.

Data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan angka kelahiran tertinggi berada pada tahun 2010 dengan jumlah 14.998 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah pada tahun 2012 yaitu sebesar 2868 jiwa. Adapun Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kematian sebagaimana ditunjukkan Tabel 5. dan Angka Harapan Hidup Kabupaten Kediri ditunjukkan Tabel 6.

Tabel 5. Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kematian

Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kematian

Tahun Laki-laki

Rata-rata /1000Penduduk 2010

1 (Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013).

Tabel 6. Angka Harapan Hidup Kabupaten Kediri

Tahun

AHH (Tahun)

(Sumber: BPS Provinsi Jatim, 2012)

Berdasarkan Tabel 5. dan Tabel 6. dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk berdasarkan angka kematian di Kabupaten Kediri pada tahun 2010- 2012 cenderung menurun, dengan harapan hidup yang semakin meningkat. Rerata angka harapan hidup Kabupaten Kediri pada tahun 2012 sebesar 70,25 (Jawa Timur sebesar 70,09) dengan perincian seperti pada Gambar 1 berikut.

Gambar 3. Indeks Harapan Hidup Kabupaten Kediri

(Sumber: IPG Provinsi Jawa Timur, 2012).

Padatahun 2010 jumlah penduduk laki-laki sebesar 4.243 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebesar 4.756 jiwa, dengan jumlah total sebesar 8.999 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 6. Padatahun 2011 jumlah penduduk laki-laki sebesar4.809 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 4.554 jiwa, dengan jumlah total sebesar 9.363 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 6. Padatahun 2012 jumlah penduduk laki-laki berjumlah 905 jiwa, perempuan berjumlah 840 jiwa, dengan jumlah total sebesar 1.745 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 1.

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan angka kematian tertinggi berada pada tahun 2011 dengan jumlah 8.999 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah pada tahun 2012 yaitu sebesar 1.745 jiwa. Data kepadatan penduduk berdasarkan pekerjaan sebagaimana ditunjukkan Tabel 7.

Tabel 7. Kepadatan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tahun

No. Jenis Pekerjaan

3 Pencari Kerja Terdaftar

4 Perkumpulan Petani

5 Pencari Ikan

(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013)

2 .1.2. Tingkat Ekonomi Masyarakat Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor, baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit penyakit tertentu. Kemiskinan membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang di ukur dengan pengeluaran.