Penanganan Korban Narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

2. Penanganan Korban Narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

Penanganan korban adalah suatu tindakan dimana melakukan tindakan optimal terhadap suatu korban baik secara langsung maupun berkelanjutan. Dalam wawancara yang dilakukan penulis kepada pendiri sekaligus pemilik Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo, Bapak Titus Lado menjelaskan bahwa dalam penanganan korban narkoba di Yayasan Sinai dengan metode pendekatan kerohanian dan sosial. Dengan tindakan-tindakan pertama sebagai berikut :

a. Bagi korban narkoba yang pertama kali datang ke Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo, pertama akan diadakan sesi tanya jawab antara korban dengan staf atau petugas konseling untuk mengetahui lebih dalam mengenai jati diri korban.

b. Pihak yayasan juga memintai keterangan mengenai korban dari keluarga yang mengantar korban ke yayasan, yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyalahgunaan narkoba yang diderita korban.

c. Pihak yayasan kemudian memberikan pemahaman kepada keluarga korban atau calon pasien mengenai berbagai aturan yang ada di dalam yayasan, misalnya tidak boleh merokok karena menurut kepala yayasan Bapak Titus Lado merokok merokok merupakan pemicu utama untuk mencoba narkoba.

d. Setelah pihak keluarga korban memahami dan menyetujui segala peraturan yang ada di yayasan dan menyelesaikan administrasi kemudian pihak keluarga korban sesegera mungkin untuk meninggalkan yayasan agar penanganan terhadap korban lebih maksimal.

e. Tindakan berikutnya yang dilakukan adalah melakukan penggledahan kepada korban atau calon pasien dengan cara mengecek semua perlengkapan yang dibawa dan tidak terkecuali dilakukan penggledahan pada seluruh badan korban. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan korban masih membawa narkoba di dalam yayasan.

f. Pendekatan untuk memberi rasa aman dan nyaman sehingga korban merasa seperti dirumah sendiri.

Menurut Bapak Titus Lado selaku pendiri sekaligus pemilik yayasan menjelaskan bahwa tindakan-tindakan pertama yang dilakukan tersebut merupakan bentuk pencegahan awal yang paling efektif, hal ini disebabkan berdasarkan pengalaman pribadi beliau yang dahulunya merupakan seorang pemakai, pengedar sekaligus agen narkoba. Sehingga beliau paham betul cara-cara untuk menyembunyikan narkoba yang dibawanya. Dengan demikian berdasarkan pengalaman itulah tindakan pencegahan pertama di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo dilakukan.

Bapak Titus Lado menjelaskan bahwa dalam penanganan rehabilitasi korban narkoba semua korban ditempatkan pada ruangan yang sama baik itu korban narkoba yang baru datang maupun yang sudah lama tinggal di yayasan tersebut. Hal tersebut dilakukan karena untuk memberikan rangsangan kepada korban narkoba yang baru saja datang agar bisa melihat dan instrospeksi diri dengan melihat korban narkoba lain yang sudah mulai sembuh dari ketergantungan narkoba, sedangkan teman lain yang berada dalam satu ruang dengan korban yang baru saja masuk bisa saling memberikan motivasi dan kekuatan untuk sembuh dari ketergantungan narkoba. Kekuatan untuk sembuh dari ketergantungan narkoba itu sendiri tergantung pada kemauan pribadi masing-masing korban narkoba.

Mengenai persoalan dana dalam pelaksanaan penanganan rehabilitasi korban narkoba, Bapak Titus Lado menjelaskan bahwa masalah dana bukan merupakan faktor utama bagi kesembuhan korban. Beliau berprinsip bahwa dalam menjalani hidup ini harus saling tolong menolong antar sesama umat manusia dan tidak mengharap imbalan dalam arti pertolongan yang kita berikan adalah murni dari ketulusan hati kita, beliau percaya bahwa dengan ketulusan akan diberikan kemudahan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo telah tergabung dengan forum perlindungan dan advokasi bagi korban narkotika Jawa Tengah. Jadi secara tidak langsung dalam penanganan korban narkoba di Yayasan Sinai mendapat dukungan dan pengawasan penuh dari forum tersebut, sehingga hak-hak korban terlindungi. Metode utama yang digunakan dalam penanganan korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo terdiri atas : Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo telah tergabung dengan forum perlindungan dan advokasi bagi korban narkotika Jawa Tengah. Jadi secara tidak langsung dalam penanganan korban narkoba di Yayasan Sinai mendapat dukungan dan pengawasan penuh dari forum tersebut, sehingga hak-hak korban terlindungi. Metode utama yang digunakan dalam penanganan korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo terdiri atas :

narkoba dari pihak yayasan yang bertujuan untuk mengingatkan kembali korban kepada pencipta langit bumi dan seisinya yaitu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Metode ini merupakan pondasi pertama yang harus dibangun pada diri korban karena dengan tersadarnya korban akan kebesaran Tuhan dipercaya dapat menjadi pegangan kuat bagi korban untuk keluar dari ketergantungan narkoba. Rehabilitasi rohani diberikan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut :

1) Memberikan pelayanan konseling Suatu pendekatan kepada korban secara pribadi

untuk mengetahui lebih dalam kepribadian si korban sehingga korban merasa nyaman dalam menceritakan kehidupan yang telah dilaluinya hingga dia terjerumus kelembah hitam seperti narkoba. Dalam pelayanan konseling pihak yayasan tidak memaksa korban untuk bercerita, tetapi dengan pendekatan yang benar yaitu dengan memposisikan diri sebagai teman, memberikan kasih sayang, mendengarkan keluh kesahnya dan memahaminya baru kemudian membantu membukakan alternatif penyelesaian masalahnya yang tentunya bersumber dari Tuhan dengan membangun kembali interaksi korban dengan Tuhan penciptanya. Hal ini bertujuan agar dalam diri korban timbul rasa bersalah karena sudah jauh dari Tuhan dan menjalankan larangan-laranganNya. Sehingga dimaksudkan setelah adanya pemberian pelayanan konseling korban dapat kembali menjalin komunikasi dengan Tuhan sesuai dengan keyakinannya yang mungkin selama masih mengkonsumsi narkoba hubungannya dengan Tuhan sempat terputus. Setelah untuk mengetahui lebih dalam kepribadian si korban sehingga korban merasa nyaman dalam menceritakan kehidupan yang telah dilaluinya hingga dia terjerumus kelembah hitam seperti narkoba. Dalam pelayanan konseling pihak yayasan tidak memaksa korban untuk bercerita, tetapi dengan pendekatan yang benar yaitu dengan memposisikan diri sebagai teman, memberikan kasih sayang, mendengarkan keluh kesahnya dan memahaminya baru kemudian membantu membukakan alternatif penyelesaian masalahnya yang tentunya bersumber dari Tuhan dengan membangun kembali interaksi korban dengan Tuhan penciptanya. Hal ini bertujuan agar dalam diri korban timbul rasa bersalah karena sudah jauh dari Tuhan dan menjalankan larangan-laranganNya. Sehingga dimaksudkan setelah adanya pemberian pelayanan konseling korban dapat kembali menjalin komunikasi dengan Tuhan sesuai dengan keyakinannya yang mungkin selama masih mengkonsumsi narkoba hubungannya dengan Tuhan sempat terputus. Setelah

2) melakukan kegiatan ibadah secara khusus Menurut penjelasan yang diberikan oleh pihak

yayasan, para korban narkoba diberikan pemahaman mengenai arti beribadah yang tentunya sesuai dengan keyakinan yang dianut. Bagi mereka yang beragama nasrani disana juga diberikan pelayanan ibadah tiga kali seminggu, sedangkan ibadah secara individu antara korban dengan Tuhan sudah ditanamkan kepada mereka sejak awal masuk yayasan yaitu untuk selalu berdoa misalnya ketika bangun tidur, sebelum dan sesudah makan, sampai doa sebelum tidur yang bertujuan untuk selalu mendekatkan korban dengan penciptanya sehingga secara tidak langsung keintiman dengan Tuhan itu tercipta yang diharapkan dapat menjadi kekuatan tersendiri bagi korban untuk sembuh dari ketergantungan narkoba.

b. Rehabilitasi sosial Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo merupakan

tempat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkotika dibawah Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo dan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika pasal 50 bahwa rehabilitasi sosial bekas pecandu narkotika dilakukan oleh lembaga rehabilitasi sosial yan ditunjuk oleh Menteri Sosial. Berdiri tahun 1992 dan berbadan hukum tahun 1997 serta diresmikan oleh Bupati Sukoharjo pada tanggal 23 Mei tahun 2002.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial secara terpadu (one stop center) di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo menggunakan metode therapeutic community sebagai basic program. Program ini dirancang untuk waktu 17 (tujuh belas) bulan tetapi dalam pelaksanaannya tergantung pada perkembangan korban selama mengikuti program.

Yang dimaksud dengan therapeutic community (TC) adalah suatu program berstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu tempat yang dipimpin oleh bekas penyalahguna yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan sebagai konselor addict setelah melalui pendidikan dan pelatihan. Disini korban narkoba dilatih keterampilan, mengelola waktu dan perilakunya secara efektif serta kehidupan sehari-hari yang teratur, sehingga dapat mengatasi keinginan memakai narkotika atau sugesti dan mencegah relaps , masing-masing anggota bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membayangkan orang lain, serta tiap anggota bertanggung jawab terhadap perbuatannya. TC pada dasarnya sebuah program yang mana seorang korban narkoba satu dengan yang lainnya saling tolong menolong demi kesembuhan dirinya sendiri dan memberikan semangat atau dorongan bagi korban narkoba lain untuk sembuh.

Tahap-tahap pelayanan rehabilitasi sosial di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo yaitu :

1) Proses Detoksifikasi Proses ini bertujuan untuk membersihkan racun dalam

tubuh korban narkoba dan menghilangkan gejala putus zat akibat penggunaan narkotika. Proses

detoksifikasi biasanya menggunakan model cold turkey, model detoksifikasi ini memberikan rasa jera terhadap korban narkoba dengan tidak detoksifikasi biasanya menggunakan model cold turkey, model detoksifikasi ini memberikan rasa jera terhadap korban narkoba dengan tidak

2) Proses Entry Unit Setelah proses detoksifikasi selesai maka proses selanjutnya

korban narkoba masuk dalam proses entry unit yang bertujuan untuk mempersiapkan korban narkoba daru segi fisik dan mental agar dapat menjalani rehabilitasi dengan baik. Proses ini juga dilakukan untuk mengetahui latar belakang korban narkoba, korban dikenalkan dan diajarkan cara mengatur hidup mereka secara disiplin dan dan teratur dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti mandi, makan, tidur, berolahraga, menggunakan peralatan rumah tangga dengan benar. Hal ini disebabkan karena mereka telah melupakan cara hidup yang benar dikarenakan pengaruh pemakaian narkotika yang membuat mereka malas dan kehidupannya menjadi kacau.

3) Proses Primary Stage Proses primary stage bertujuan untuk membina tingkah

laku, emosi, spiritual atau pengetahuan dan keahlian. Dalam premary stage ada tingkatan-tingkatan perkembangan si korban narkoba itu sendiri, yaitu fase induction kurang lebih dijalan 1 (satu) bulan, fase younger member dijalani kurang lebih dalam waktu 2 (dua) bulan, fase middle peer dijalani kurang lebih 2 sampai 3 bulan, fase older member kurang lebih 2 sampai 3 bulan. Namun semua waktu tersebut tergantung kondisi korban narkoba.

4) Proses Re-entry Stage Proses ini bertujuan untuk mensosialisasikan kembali

korban narkoba kepada keluarga dan masyarakat sebagai manusia yang positif dan produktif. Memberi kepercayaan untuk dapat bertanggung jawab dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dengan dibekali keahlian yang sesuai dengan bakat dan minat. Sehingga korban narkoba dapat kembali kemasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat, bahwa dia dapat berguna menghilangkan stigma masyarakat bahwa sekali pecandu tetap pecandu dan itu merupakan sampah masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial di dalam diri si korban. Seorang korban narkoba dapat melakukan aktifitasnya kembali seperti sebelum mereka melakukan penyalahgunaan narkotika seperti kembali bersekolah, meneruskan kuliah yang sempat tertunda, pergi ke kantor. Tetapi korban masih harus tetap berada dalam pengawasan Yayasan Rehabilitasi Sinai Sukoharjo.

5) After Care Stage Merupakan tahap terakhir dimana seorang korban narkoba

dinyatakan telah pulih dari pengaruh penyalahgunaan narkotika dan diperbolehkan pulang ke orang tuanya. Tetapi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo masih melakukan pengawasan dan pemantauan guna mengetahui perkembangan dari mantan pengguna narkoba yang pernah ditanganinya tersebut telah benar-benar berhenti dan tidak lagi memakai narkotika.

Penulis juga mewawancari salah satu korban narkoba yang berada di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo dengan identitas korban sebagai berikut :

Nama

: Sri Poni Wirasti

Tempat, tanggal lahir : Subang, 26 Oktober 1975 Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat : Sumber RT 02 RW VIII Agama

: belum menikah

Korban tersebut telah menjadi penghuni di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo selama 6 (enam) tahun. Korban menceritakan awal mulanya mengenal narkoba dari teman, yang pertama-tama sekedar mencoba hanya untuk coba-coba karena timbul rasa keingintahuan dari dalam diri korban dan kebetulan ditawari oleh teman dengan bujukan bahwa memakai narkoba dapat melupakan semua permasalahan yang membelenggu diri kita. Keberanian untuk mencoba narkoba dilatar belakangi oleh karena meninggalnya kedua orang tua korban, sehingga narkoba menjadi pelarian korban dari rasa kesepian karena kasih sayang dari orang tua sudah tidak di dapatkannya lagi. Pertama hanya diberikan secara cuma-cuma alias gratis yang pada akhirnya mengakibatkan kecanduan terhadap barang haram tersebut. Dalam masa ketergantungan korban akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan narkotika. Sebab menurut pengakuan korban ketika diwawancarai oleh penulis, korban menjelaskan bahwa apabila keinginan untuk memakai narkoba tidak tersalurkan maka korban akan mengalami sakau. Korban mengalami ketergantungan narkoba selama kurang lebih 3 tahun dan kemudian korban di bawa ke yayasan untuk proses reha bilitasi oleh kakaknya. Pada awal masuk Korban tersebut telah menjadi penghuni di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo selama 6 (enam) tahun. Korban menceritakan awal mulanya mengenal narkoba dari teman, yang pertama-tama sekedar mencoba hanya untuk coba-coba karena timbul rasa keingintahuan dari dalam diri korban dan kebetulan ditawari oleh teman dengan bujukan bahwa memakai narkoba dapat melupakan semua permasalahan yang membelenggu diri kita. Keberanian untuk mencoba narkoba dilatar belakangi oleh karena meninggalnya kedua orang tua korban, sehingga narkoba menjadi pelarian korban dari rasa kesepian karena kasih sayang dari orang tua sudah tidak di dapatkannya lagi. Pertama hanya diberikan secara cuma-cuma alias gratis yang pada akhirnya mengakibatkan kecanduan terhadap barang haram tersebut. Dalam masa ketergantungan korban akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan narkotika. Sebab menurut pengakuan korban ketika diwawancarai oleh penulis, korban menjelaskan bahwa apabila keinginan untuk memakai narkoba tidak tersalurkan maka korban akan mengalami sakau. Korban mengalami ketergantungan narkoba selama kurang lebih 3 tahun dan kemudian korban di bawa ke yayasan untuk proses reha bilitasi oleh kakaknya. Pada awal masuk

Selama di yayasan Sinai kegiatan sehari-hari korban narkoba banyak diisi untk melakukan kegiatan ibadah dan kegiatan sehari- hari pada umumnya. Pada waktu khusus diberikan bentuk suatu keterampilan sesuai dengan bakat dan minat korban. Korban juga menjelaskan bahwa perlakuan yang diberikan oleh yayasan cukup baik dan sesuai dengan ketentuan rehabilitasi di dalam Undang- Undang. Korban merasakan adanya rasa kekeluargaan di dalam yayasan Sinai, hal ini sangat dirasakan dapat membantu proses rehabilitasi korban narkoba. Akan tetapi korban juga pernah merasakan rasa bosan dan rasa ingin keluar karena korban merasa bahwa keadaan di dalam yayasan terlalu tertutup atau kurang bebas dan hiburan kurang. Ketika disinggung mengenai biaya rehabilitasi, korban menjelaskan membayar sebesar Rp 800.000,00/bulan.

Penulis menanyakan mengenai masalah kesembuhan, korban menjelaskan bahwa dirinya saat ini sudah sembuh total dari ketergantungan narkoba pada tahun ketiga sebenarnya korban sudah sembuh akan tetapi korban ingin tetap berada di yayasan karena disamping sudah tidak memiliki orang tua, korban tidak ingin merepotkan sodara-sodaranya yang sudah berkeluarga. Jadi selama tinggal di yayasan Sinai korban menghabiskan waktu untuk Penulis menanyakan mengenai masalah kesembuhan, korban menjelaskan bahwa dirinya saat ini sudah sembuh total dari ketergantungan narkoba pada tahun ketiga sebenarnya korban sudah sembuh akan tetapi korban ingin tetap berada di yayasan karena disamping sudah tidak memiliki orang tua, korban tidak ingin merepotkan sodara-sodaranya yang sudah berkeluarga. Jadi selama tinggal di yayasan Sinai korban menghabiskan waktu untuk