Dasar Hukum Penanganan Korban Narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

1. Dasar Hukum Penanganan Korban Narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

Pendirian Yayasan Rahabilitasi Mental Sinai Sukoharjo ini dari hasil wawancara dengan pendiri yayasan Bapak Titus Lado berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dalam pelaksanaannya mengacu pada Pasal-Pasal yang ada dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika terutama Pasal 44 sampai dengan Pasal 51. Di dalam Pasal 45 dijelaskan bahwa seorang pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan perawatan. Penulis berpendapat bahwa hal-hal dan segala bentuk kegiatan yang ada di yayasan Sinai tersebut telah mengacu sesuai dengan Peraturan Perundang-Undang yang berlaku karena dalam pelaksanaannya melakukan segala bentuk pengobatan dan perawatan dengan metode utama adalah metode kerohanian.

Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dijelaskan bahwa pengobatan atau perawatan pecandu narkotika dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi. Di dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dijelaskan bahwa pengobatan atau perawatan pecandu narkotika dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi. Di dalam

Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dijelaskan bahwa rehabilitasi meliputi rehabilitasi medis dan sosial. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo menekankan pada rehabilitasi sosial dan ditambah dengan rehabilitasi dengan metode kerohanian, tidak menggunakan rehabilitasi medis. Hai ini dikarenakan menurut Bapak Titus Lado bahwa dengan pemberian medis melalui obat penahan sakau atau penenang justru korban akan ketergantungan dengan pemberian obat tersebut dan akhirnya nanti akan merusak syaraf korban dan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Jadi, di Yayasan Rehabilitasi Sinai tidak menggunakan cara medis dalam penanganan korban lebih diutamakan dengan menggunakan rehabilitasi sosial dan kerohanian. Beliau berkeyakinan bahwa dengan menggunakan metode tersebut lebih efektif karena kesembuhannya didasarkan pada kemauan diri pibadinya. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pengalaman pribadi beliau yang merupakan mantan pengguna narkoba.

Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dijelaskan bahwa rehabilitasi medis pecandu narkotika dapat dilakukan dirumah sakit ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Sedangkan di ayat (2) Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Narkotika di bahas tentang persetujuan Menteri

Kesehatan lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat melakukan rehabilitasi pecandu narkoba. Yayasan Rehabilitasi Sinai telah mempunyai izin khusus terkait dengan pendirian Yayasan tersebut dari Dinas Kesejahteraan Sosial Pemerintah

dengan Nomor 396/ORSOS/2003/2007 tentang izin operasional organisasi sosial/lembaga swadaya masyarakat penyelenggara kegiatan usaha kesejahteraan sosial. Kemudian memperoleh status badan hukum dengan Akta Notaris Nomor 8/20/XI/1997/SKH dan diresmikan langsung oleh Bupati Sukoharjo Ir. H. Bambang Riyanto, M.H. tanggal 23 Mei 2002. Kemudian ayat (3) Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dijelaskan bahwa selain pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi medis, proses penyembuhan pecandu narkotika dapat diselenggarakan oleh masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional. Melihat dari Pasal tersebut sangat sesuai sekali dengan yang dilakukan di Yayasan Rehabilitasi Sinai Sukoharjo yang penekanannya pada rehabilitasi kerohanian untuk penyembuhan korban narkotika.

Pasal 50 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika menjelaskan bahwa rehablitasi sosial bekas pecandu narkotika dilakukan pada lembaga sosial yang ditunjuk oleh Menteri Sosial. Menurut penulis dalam Pasal ini dilakukan setelah seorang korban narkoba tersebut sembuh dari ketergantungan.

Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 996/MENKES/SK/VIII/ 2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA dapat dilaksanakan pada sarana pelayanan kesehatan yang memperoleh izin.

Kemudian di Pasal 3 ayat (1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 996/MENKES/SK/VIII/ 2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dijelaskan mengenai sarana pelayanan rehabilitasi dapat juga dilaksanakan oleh sarana yang berbentuk antara lain panti, wisma atau pondok yang dilakukan oleh perorangan atau lembaga yang berbadan hukum dan panti, wisma, dan pondok tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Pasal 4 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA). Dalam

996/MENKES/SK/VIII/

pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA harus tetap :

penyelenggaraan

a. melaksanakan fungsi sosial dengan memperhatikan kemampuan masyarakat.

b. melakukan pencatatan dan pelaporan dan membantu melaksanakan program pemerintah dalam kebijakan penanggulangan NAPZA

c. melaksanakan fingsi rujukan Pasal 5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 996/MENKES/SK/VIII/

tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dijelaskan bahwa sarana pelayanan rehabilitasi dalam melakukan upaya pemulihan kepada pasien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, dilarang menggunakan metode dengan kekerasan fisik dan kekerasan psikologik/mental. Kemudian Pasal 7

Dari Pasal-Pasal yang telah dijelaskan diatas, menurut penulis Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo telah memenuhi berbagai ketentuan-ketentuan yang ada dalam KEPMEN tersebut. Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo sudah mendapat izin penuh dari pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan provinsi Jawa Tengah.