DAMPAK PENIDURAN PABRIK GULA COLOMADU TERHADAP KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT COLOMADU DAN PEKERJA PABRIK GULA COLOMADU
BAB IV DAMPAK PENIDURAN PABRIK GULA COLOMADU TERHADAP KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT COLOMADU DAN PEKERJA PABRIK GULA COLOMADU
Peniduran pabrik gula Colomadu sudah berlangsung selama 10 tahun. Dalam perjalanananya peniduran ini mempunyai dampak positif maupun negatif bagi pabrik gula Colomadu dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Colomadu dan para pekerja PG Colomadu. Dampak positif bagi masyarakat Colomadu, yakni pengalihan tanaman tebu ke padi, perkembangan pemukiman penduduk sedangkan dampak negatif hilangnya tradisi cembengan. Untuk pabrik gula Colomadu dampak negatif yakni peralihan tanaman tebu ke padi dan perkembangan pemukiman penduduk sedangkan bagi pekerja PG Colomadu dampak negatif perubahan struktur kepegawaian dan percepatan pensiun dini. Perubahan sosial ekonomi yang terjadi akibat peniduran PG Colomadu baik positif dan negatif akan diuraikan sebagai berikut:
A.Pengalihan Penanaman Tebu ke Padi
115 Wawancara dengan Sardi, Kamis 23 Juli 2009.
Peniduran pabrik gula Colomadu tidak lepas dari perubahan proses yang terjadi di dalam masyarakat. Perubahan proses merupakan perubahan yang bukan mendasar
melainkan perubahan modifikasi dari perubahan yang mendasar yang pernah terjadi. 116 Perubahan proses yang terjadi di Colomadu adalah perubahan jenis penanaman. Jenis
penanaman yang dilakukan petani berupa tebu menjadi padi. Pergantian penaman ini didorong oleh resiko dan ketidakpastian hasil tebu untuk mencukupi kebutuhan hidup
bagi petani. 117 Petani memandang menanam tebu memperlukan waktu antara 16-18 bulan sampai panen. Waktu yang lama ini membuat pendapatan petani naik-turun bahkan bisa
untung dan rugi, hal ini berbeda dengan menanam padi. Menurut petani di Colomadu menanam padi lebih banyak menghasilkan keuntungan dari pada tebu. Hal ini bisa terjadi karena lingkungan di sekitar PG Colomadu merupakan daerah yang subur dan didukung dengan aliran irigrasi yang baik sehingga hasil panen padi dapat dirasakan setiap tahun dua kali. Adanya alasan seperti itu membuat wilayah Colomadu terjadi proses
pengalihan tanaman tebu ke padi yang mulai marak pada tahun 1990-an. 118 Desa-desa yang berubah dalam penanaman tebu ke padi meliputi Gajahan,
Blulukan, Bolon, Paulan dan Malangjiwan. 119 Akibatnya pabrik gula Colomadu mengalami kesulitan dalam memperoleh pasokan bahan baku. Pasokan bahan baku di PG
Colomadu mulai semakin berkurang dengan dikeluarkannya UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. UU ini pada intinya memberikan kebebasan kepada
116 Soleman B. Taneko, 1984, Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, Jakarta: CV. Rajawali, hal. 155.
Mubyarto,1983, Masalah Industri Gula di Indonesiia, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, hal 122- 123.
118 Wawancara Mulyadi, Selasa 17 November 2009.
119 Ibid.
petani dalam mengusahakan lahannya untuk ditanami tanaman yang paling menguntungkan di daerahnya. Proses perkembangannya UU ini terjadi penafsiran yang berbeda antara petani dan PG Colomadu sehingga menanam tebu tidak lagi kewajiban
tetapi merupakan pilihan bebas petani berdasarkan rasional ekonomi. 120 Dampak dari undang-undang ini bagi PG Colomadu adalah penurunan luas
areal TRI. Hal ini telihat dari luas lahan TRI yang dulu luas lahan TRI tahun 1990 sekitar 1.735,244 ha menjadi 1585,782 ha pada tahun 1993. Proses penurunan areal tanaman
tebu di PG Colomadu terus mengalami penurunan sampai tahun 1997. 121 Untuk mengatasi penurunan areal tebu, maka pada tahun 1997 pemerintah mengeluarkan Inpres
No. 5 Tahun 1997 tentang Program Pengembangan Tebu Rakyat, yang bertujuan untuk mengoptimalkan sinergi dan peran tebu rakyat, perusahaan perkebunan, dan koperasi dalam pengembangan industri tebu. Inpres di atas belum berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, pada tahun 1998 pemerintah mencabut inpres tersebut karena inpres itu tidak mendapatkan respon dari para petani dan diganti dengan Inpres No. 5 Tahun 1998, yang bertujuan membebaskan petani menanam komoditas yang paling menguntungkan sesuai
dengan UU No. 12 Tahun 1992. 122 Dikeluarkan inpres itu membuat kondisi penanaman tebu di Colomadu semakin
parah. Hal ini terjadi karena para petani merasa mendapatkan dukungan dalam pengalihan tanaman yang dianggap paling menguntungkan. Anggapan petani tanaman
120 Sumber ini dapat dilihat di bagian SDM pabrik gula Colomadu tentang UU No 12 Tahun 1992 .
121 Data statistik tanam PG tahun 1986-1990 dan data Rkap MG Tahun 1993-1997.
122 Sumber ini dapat dilihat di bagian SDM pabrik gula Colomadu tentang Inpres No 5 Tahun 1998.
yang menguntungkan adalah padi sehingga pada tahun ini hampir sebagian besar tanaman yang ditanam di Colomadu adalah padi. 123 Hal ini terlihat dari tabel berikut:
Table 5. Luas Tanaman Tebu dan Padi di Colomadu 1998-2007
Luas Tanam ( Ha )
Sumber: BPS, Karanganyar Dalam Angka 1998-2007. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setelah peniduran PG Colomadu Tahun 1998 pengalihan luas tanam dari tebu ke padi di Colomadu mengalami peningkatan yang paling besar. Dari tahun ke tahun luas tanam tebu terus mengalami penurunan sedangkan luas tanam padi mengalami peningkatan. Hal ini membuat dominasi tanaman padi tidak tertahan lagi sehingga tanaman tebu hanya ditanam di tanah-tanah kas desa.
123 Wawancara dengan Widodo, Rabu 15 Juli 2009.
B. Perkembangan Pemukiman Penduduk
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik dalam lingkup ruang perkotaan maupun pedesaan dan memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat hunian serta tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. 124 Dari pengertian itu maka daerah Colomadu yang pada awalnya merupakan daerah pertanian berkembang menjadi sasaran pendirian pemukiman
penduduk akibat semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di Kota Surakarta.
Perubahan ini terjadi karena berkembangnya daerah tepian kota yang mendorong pertumbuhan perekonomian yang menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Dengan kondisi demikian permintaan terhadap lahan untuk penggunaan hal tersebut semakin meningkat. Akibatnya banyak lahan sawah terutama yang berada di sekitar daerah pinggiran perkotaan mengalami alih
fungsi ke penggunaan tersebut. 125 . Menurut Hadi Sabari Yunus perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh
daya tarik tempat, antara lain: (1) Masih luasnya tanah yang tersedia di daerah pemekaran, (2) Masih rendahnya harga tanah di daerah pemekaran, sehingga mendorong penduduk untuk tinggal di daerah tersebut, (3) Suasana yang lebih menyenangkan
Raldi H. Koestoer, 1997, Perspektif Lingkungan Desa-Kota Teori Dan Kasus, Jakarta: UI, hal. 9.
Bintarto R, 1984, Urbanisasi dan Permasalahannya, Yogyakarta: Ghalia Indonesia, hal. 34-36.
terutama di daerah pemekaran yang masih mempunyai kondisi lingkungan yang bebas dari polusi, (4) Adanya pendidikan yang mengambil lokasi luar kota, (5) Mendekati
tempat kerja. 126 Faktor yang disebutkan di atas merupakan alasan perubahan Kecamatan
Colomadu tentang peralihan fungsi lahan. Colomadu yang terletak di pinggiran Kota Solo dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan ini terbukti dari bergesernya areal penanaman padi ke pemukiman penduduk. Perubahan ini disebabkan makin tingginya jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah orang dengan tanah yang didiami, dalam
satuan luas (per km, per ha, per m, per mil) menurut kebutuhan. 127 Jumlah penduduk secara langsung akan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan yang ada di
Kecamatan Colomadu. Berikut ini adalah tabel perkembangan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Colomadu:
Tabel. 6 Perkembangan Jumlah Penduduk Colomadu 1998-2007. Tahun
Kepadatan Penduduk (Km) 1998
Jumlah Penduduk
Hadi Sabari Yunus, 1984, Teori dan Model Struktur Keruangan Kota, Yogyakarta: Fakultas
Geografi UGM, hal. 40.
127 Ibid.
Sumber: BPS, Karanganyar Dalam Angka 1998-2007. Kalau memperhatikan tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah penduduk di Colomadu terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu kepadatan peduduk juga mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini mendorong terjadinya pembangunan perumahan baik perumahan yang berbentuk permanen, semi permanen dan non permanen. Pembagunan ini terlihat dari tabel jenis pemukiman penduduk sebagai berikut:
Tabel. 7 Pembangunan Pemukiman Menurut Jenis
Jenis Rumah
Tahun Permanen
Jumlah 1998
Semi Permanen Non Permanen
10.924 1999
10.306
257
361
10.990 2000
10.387
259
344
11.331 2001
10.768
234
329
11.680 2002
11.069
154
457
11.515
160
485
12.160
Sumber: BPS, Karanganyar Dalam Angka 1998-2007 Dari tabel yang dipaparkan di atas terlihat bahwa perkembangan pemukiman penduduk setelah adanya peniduran PG Colomadu terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari awal peniduran PG Colomadu sampai kurang lebih 10 tahun kemudian perkembangan pemukiman penduduk terus meningkat terutama pemukiman jenis permanen. Hal ini berdampak kepada penjualan tanah-tanah di Colomadu yang semakin besar.
C. Hilangnya Tradisi Cembengan
Perkembangan peduduk yang semakin pesat membuat kebutuhan perumahan bagi penduduk meningkat. Akibatnya lahan di sekitar PG Colomadu dijadikan sasaran bagi pendirian pemukinan penduduk yang baru. Selain itu hiruk pikuk rentetan keramain orang-orang yang sedang melihat proses giling tebu sudah tidak terlihat lagi. Apalagi kegiatan Cembengan yang dahulu sering di adakan di PG Colomadu sudah tidak ada lagi.
Kegiatan Cembengan adalah tradisi yang dilakukan oleh pabrik gula sebelum proses giling tebu. 128
Untuk mengadakan upacara ini harus ada perhitungan selamatan giling berdasarkan wangsit dari “Dukun Cembengan” yaitu orang yang ahli dalam hal upacara dan selamatan giling/Cembengan. Upacara tradisional Cembengan harus dilakukan karena bila ditinggalkan taruhannya adalah “keselamatan”, bagi para pekerja yang terlibat dalam proses penggilingan tebu menjadi gula. Ritual Cembengan di PG Colomadu didahului ziarah ke makam pendiri Praja Mangkunegaran. Setelah itu diawali dengan penebangan dua batang tebu temanten (pengantin) yang akan dijadikan tebu pertama pada saat giling perdana esok harinya. Petangnya dilanjutkan dengan ritual untuk
meletakkan sesaji di lokasi mesin-mesin produksi yang dianggap vital. 129 Sesaji itu diletakkan di dalam jodang-jodang yang dihias dengan kertas. Isinya
jenang, gecok bakar, telur asin, kinangan, tumpeng, ketupat. Ritual ini terdapat, sembilan ekor kerbau dipotong dan kepalanya ditaruh di bagian-bagian mesin yang dianggap vital. Upacara yang disertai doa memohon keselamatan biasanya dipimpin langsung Administratur PG. Rangkaian upacara ritual itu dilakukan dengan khidmat, serta melibatkan kalangan santri yang membawakan doa keselamatan. Esok harinya, mengawali giling perdana, dilakukan prosesi bagi tebu temanten berikut tebu pengiring.
Ada perlakuan khusus bagi tebu-tebu tersebut. Selain batang tebunya dipilih yang paling baik dan memiliki rendemen tinggi, tebu temanten didandani layaknya pengantin dan mengenakan topeng Dewi Sri dan Dewa Sadana yang melambangkan
128 Wawancara dengan Irsad, Rabu 20 Juli 2009
129 Kompas, Jumat 2 Juni 2000.
kepercayaan masyarakat agraris tebu. 130 Selain itu keunikan dari upacara ini adalah adanya kegiatan pasar dadakan atau pasar malam yang diadakan oleh masyarakat di
sekitar PG Colomadu berlangsung antara satu hingga dua pekan. Pasar malem ini merupakan satu bentuk dari perkembangan usaha yang dilakukan oleh warga sekitar PG Colomadu dalam upaya meningkatkan pendapatan disaat musim giling akan dimulai.
Keramaian itu mengundang para pedagang dari luar wilayah Colomadu untuk menggelar dagangannya, baik di sekitar pabrik hingga ke halaman pabrik. Berbagai jajan tradisional seperti es dawet, brondong jagung, arum manis, komedi putar, sampai pentas dangdut membuat Cembengan selalu menimbulkan kemeriahan yang luar biasa. Perputaran uang di pasar malam diperkirakan juta-an setiap malam. Hal ini dapat telihat dari tiket masuk untuk nonton dangdut Rp 3.000 per kepala, dan stan berkapasitas tempat duduk 100 kursi. Dalam semalam, stan dangdut tersebut dapat mengelar beberapa kali pertunjukan atau tergantung dari keramain penonton. Denyut ritme kehidupan rakyat
jelata dan nadi perekonomian rakyat terasa di sini. 131 Pada hari-hari seperti ini, citra pabrik yang biasanya angker untuk sementara tersingkir. Antara karyawan dan
masyarakat sesaat membaur menjadi satu menikmati suasana musim giling. Namun, kegiatan yang mendorong pendapatan masayarakat sekitar, tak dapat dijumpai lagi oleh masyarakat Colomadu. Hal ini terjadi karena setelah peniduran PG Colomadu pada tahun 1998. Upacara Cembengan tidak dilakukan lagi di pabrik gula Colomadu, sehingga suasana cerminan singkat perekonomian rakyat pedesaan secara riil
130 Wawancara dengan Irsad, Rabu 20 Juli 2009.
131 Wawancara dengan Sukiman, Sabtu 25 Juli 2009 131 Wawancara dengan Sukiman, Sabtu 25 Juli 2009
Colomadu sudah tidak berproduksi lagi sejak tahun 1998. Sekarang yang tertinggal hanya PG Colomadu yang tidak produksi lagi.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar PG Colomadu dalam memenuhi kebutuhan hidup setelah PG tidak lagi beroperasi adalah mencari kerja di luar atau migrasi di wilayah Kota Surakarta. Hal ini dilakukan karena desakan kebutuhan hidup yang semakin kompleks setelah peniduran PG Colomadu. Perekonomian yang serba sulit dan memperlukan uang yang semakin banyak untuk mencukupi kehidupan mendorong masyarakat Colomadu untuk berfikir lebih maju. Kebanyakan yang melakukan migrasin kerja ke kota adalah para petani kecil yang dulu tanahnya sering disewakan kepada PG dan petani kaya. Migrasi yang dilakukan oleh para petani ini biasanaya disebut nglaju atau migrasi harian. Usaha dilakukan karena mereka memilih tinggal di desa, namun dalam hal mencari nafkah mereka pergi ke kota menjadi buruh pabrik atau pekerjaan di
sektor informal. 133
D. Perubahan Struktur Pekerja Pabrik Gula Colomadu
PG Colomadu membawahi sekitar 1200 ratus pekerja dari jumlah tersebut 400- 500 adalah karyawan lapangan. Selain itu di PG Colomadu memiliki dua jenis karyawan, yaitu: karyawan tetap dan musiman. Ketika PG masih menggiling dua karyawan ini saling mendukung dalam mencapai taget satu musim giling. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja di PG setiap bulan dan mereka mendapatkan gaji. Selain itu
132 Wawancara dengan Sukiman, Sabtu 25 Juli 2009.
Wawancara dengan Mujito pada tanggal 15 September 2009 di Colomadu.
mereka berstatus pegawai negeri sedangkan karyawan musiman adalah karyawan yang bekerja disaat musim giling tiba sehingga masa kerjanya sangat pendek hanya 1-2 bulan
saja. 134
Perubahan yang terjadi di PG Colomadu setelah peniduran terlihat dari Struktur Kepegawaian. Ini terjadi karena PG sekarang sudah tidak beroperasi lagi sehingga kebutuhan akan tenaga kerja berkurang karena itu PT Perkebunan Nusantara IX mengeluarkan Surat Keputusan No PTPN IX. 0/SK/050/1997 SL Tentang Pembentukan Tim Penataan dan Penyelesaian Amalgamasi di Pabrik Gula Colomadu. SK ini diambil karena PTPN IX menginginkan saat transisi peniduran PG Colomadu agar tidak terjadi gejolak sosial akibat penghentian operasi PG Colomadu. Disamping itu agar para karyawan yang terkena dampak dari SK ini tidak khawatir tentang pensiun dini yang
akan dikenakan kepada karyawan yang masa kerja di atas 20 tahun. 135 Adanya amalgamasi ini membuat posisi PG Colomadu menjadi bagian dari PG
Tasikmadu sehingga struktur kepegawaian juga berubah. Sebelum adanya amalgamasi struktur kepegawaiana PG Colomadu seperti pada bagan dibawah ini.
Bagan.1. Struktur Pekerja PG Colomadu Tahun1997